Rabu, 13 Maret 2019

makalah Evolusi Primata


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Evolusi primata merupakan salah satu contoh evolusi dengan data yang “cukup lengkap”. Teori evolusi yang hanya didasarkan atas adanya fosil tidak pernah dapat menerangkan dengan lengkap apa yang terjadi di masa lampau. Oleh karena itu untuk mempelajari evolusi suatu organism, biasanya para ahli menggunakan data organisme yang masih hidup hingga kini. Dalam hal ini, yang dilakukan para ahli ialah melihat perubahan struktur dari organisme-organisme yang paling erat kekerabatan dengan organisme sasaran yang diteliti. Dengan mengaitkan perubahan-perubahan suatu ciri, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai apa yang terjadi dimasa silam. Dalam hal ini, untuk menjelaskan evolusi manusia, digunakan pendekatan pada golongan primata.
Nenek moyang primata masa kini barangkali adalah sekelompok insektivora yang relatif tidak menarik ditinjau dari perspektif kita umat manusia atau berbentuk seperti  shrew  pohon. Primata  sendiri berarti “yang terutama”, dan hal ini tidak mengherankan, sebab manusia pastilah  menganggap ordo mammalianya sebagai yang terpenting. Begitu juga halnya dengan jika kelinci yang menyusun taksonomi, lagomorpha akan dijadikan primata. Primata tampaknya telah mengalami suatu evolusi pada awal mulanya untuk mengembangkan jari tidak terspesialisasi yang amat baik untuk kehidupan arboreal. Perubahan dalam pengelihatan, modifikasi pelvis,  perilaku, dan perkembangan orak terjadi. Dan pada primata modern, termasuk kita, terlihat  bahwa ciri hidup terestrial dan bukannya arboreal menandakan modernisasi primata
Berbicara mengenai evolusi manusia dan primata, tidaklah berarti bahwa manusia berasal dari kera. Dalam menjelaskan mengenai evolusi, terutama mengenai evolusi manusia kita harus berhati-hati dan dapat bersikap netral. Hal ini berarti apapun keyakinan kita mengenai asal-usul manusia, kita harus dapat mengemukakan bagaimana pendapat sekelompok orang dan bagaimana pula mengenai pendapat dari kelompok yang lain, dan bukan hanya pendapat kita sendiri. Apabila manusia memang berasal dari kera sekalipun, para ahli evolusi tidak akan dapat membuktikanya. Jadi dalam membuktikan evolusi kita tidak menggunakan pendekatan metode pendidikan.
Kita yang hidup pada masa sekarang tidak pernah dapat mengetahui dengan pasti mengenai apa yang terjadi dimasa lalu. Oleh karena itu, digunakan  data fosil dan data organisme yang hidup pada masa kini. Bukti yang digunakan untuk mempelajari perubahan akan tinjauan dari banyak segi, yang dapat memberikan banyak petunjuk mengenai apa yang terjadi dimasa lalu. Suatu sifat akan berevolusi sesuai dengan perkembangan waktu dan tempat. Dengan menggunakan fosil dan organisme aktuil mempunyai semua sifat terevolusi. Analisis yang dilakukan pada primata primitif sampai dengan primata yang maju, yakni manusia memberikan gambaran sebagai berikut:

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana asal mula evolusi primata ?
2.      Bagaimana perkembangan primata primitif ke primata maju?
3.      Apa saja data fosil evolusi primata ?
4.      Apa saja data genetik evolusi Primata ?
5.      Bagaimana perkembangan evolusi primata ?
6.      Bagaimana hubungan kekerabatan primata ?
7.      Apa yang dimaksud evolusi manusia ?
8.      Bagaimana perbandingan manusia, primata dan manusia modern ?

C.      Tujan Penulisan
Tujuan penulisan merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam mempelajari materi mengenai evolusi primata dan manusia. Berikut di bawah ini merupakan tujuannya.
1.      Dapat mengetahui bagaimana proses evolusi primata dan bagaimana perkembangan primata primitif ke primata maju dilihat dari data fosil primata, data genetik evolusi primata dan perkembangan evolusi primata.
2.      Dapat mengetahui hubungan kekerabatan didalam evolusi primata.
3.      Dapat mengetahui perbandingan manusia,primata dan manusia modern.

 Evolusi Primata
Evolusi primata merupakan salah satu contoh evolusi dengan data yang “cukup lengkap”. Teori evolusi yang hanya didasarkan atas adanya fosil tidak pernah dapat menerangakan dengan lengkap apa yang terjadi di masa lampau. Oleh karena itu untuk mempelajari evolusi suatu organisme, biasanya para ahli menggunakan data suatu organisme yang masih hidup hingga kini. Dalam hal ini, yang dilakukan para ahli ialah melihat perubahan stuktur dari oganisme-organisme yang paling erat hubungan kekerabatan dengan organisme sasaran yang diteliti. Dengan mengaitkan perubahan-perubahan suatu cirri, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai apa yang terjadi pada masa silam. Dalam hal ini, digunakan pendekatan pada golongan primata.
Salah satu definisi evolusi adalah merupakan suatu ilmu yang mempelajari perubahan yang berangsur-angsur menuju ke arah yang sesuai dengan masa dan tempat. Pada dasarnya evolusi tidak untuk membuktikan apakah suatu jenis berasal dari jenis yang lain. Memang menurut Darwin, suatu organisme berasal dari organisme lain. Tetapi pembuktian bahwa sustu jenis berasal dari jenis yang lain tidak pernah dapat dibuktikan. Yang dipelajari dalam evolusi adalah proses perubahannya.
Primata muncul sekitar 70 juta tahun yang lalu seiring dengan punahnya dinosaurus. Setidaknya, itulah fosil tertua yang pernah ditemukan dari primata. Sekarang, ordo primata dibagi menjadi dua sub ordo, yakni Prosimian (meliputi lemur, tarsius, dll) dan Antropoid (kera, monyet, manusia). Prosimian yang dahulu mendominasi primata, sekarang semakin tersingkir dan akhirnya menjadi endemik beberapa daerah seperti Madagaskar. Dengan pemisahan garis filogenetik, maka cabang dari Anthropoidea ada 3: monyet, kera, dan Hominid (manusia).
Monyet pertama muncul kira-kira 50 juta tahun lalu. Awal mulanya, monyet dunia baru muncul dari cabang primata kuno, dan belakangan monyet dunia lama berevolusi sebagai garis keturunan terpisah. Garis keturunan yang tersisa setelah pemisahan monyet disebut garis Hominoid.  George Gaylord Simpson menyarankan pengelompokan garis itu ke superfamilia Hominoidea. Pengelompokan itu mencakup: Hylobatidae (kera kecil), Pongidae (kera besar), Hominidae (manusia). Namun, belakangan ini para taksonom cenderung tidak membedakan lagi antara kera kecil dan kera besar. Kera kecil mencakup siamang atau gibbon dan kerabatnya. Kera besar contohnya gorila, simpanse, dan orangutan. Simpanse punya 2 spesies dan beberapa subspesies (masih kontroversi), sementara gorila hanya punya 1 spesies, namun orangutan punya 2 spesies: P. pygmaeus pygmaeus, dan P. pygmaeus abelli. Manusia modern juga hanya memiliki 1 spesies, yakni Homo sapiens.
Fosil kera primitif yang pernah ditemukan kira-kira berusia 35 juta tahun dan dinamakan Aegyptopithecus, yakni “kera fajar”. Karena itu merupakan garis keturunan hominoid, maka kera tersebut adalah nenek moyang bersama kera dan manusia. Divergensi antara kera purba dan manusia diduga terjadi sekitar 7 atau 8 tahun yang lalu.
Awal mulanya, primata mengadaptasikan kehidupan arboreal. Sendi bahu yang sangat fleksibel pada monyet dan kera memudahkan mereka untuk berayun-ayun dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Tipe lokomosi seperti itu disebut brachiasi (dari kata Latin brachia/brachium untuk lengan). Pengemukanya adalah Sir Arthur Keith,yang menyadari keuntungan lokomosi itu di hutan. Modifikasi lainnya adalah pergeseran mata ke tengah wajah, sehingga citra dari kedua
mata dapat menumpuk ditengah dan menghasilkan citra yang lebih baik. Kebanyakan primata memiliki pegangan tangan dan kaki yang kuat dan fleksibel. Namun, kemampuan itu telah tereduksi hampir seratus persen pada primata bipedal yang plantigrad, seperti manusia. Akan tetapi, hampir semua primata dari yang paling kuno sampai yang paling baru sekalipun, memiliki tangan dengan ibu jari yang dapat berputar. Hal ini sangat menguntungkan bukan saja untuk memegang objek, namun melakukan manipulasi dan modifikasi lingkungan.
Apalagi, dengan perkembangan neokorteks (cerebrum) yang amat pesat, hal ini memberikan jalan lapang untuk perkembangannya. Tangan yang telah “terbebaskan” dari peralihan cara hidup dari arboreal ke non arboreal nampaknya telah banyak berperan dalam komunikasi yang lebih baik diantara spesiesnya, dan karena itu mendorong perkembangan interaksi kelompok, berbicara, dan akhirnya: penciptaan budaya. Kita yang hidup pada masa sekarang tidak pernah dapat mengetahui dengan pasti mengenai apa yang terjadi pada masa lalu. Oleh karena itu, digunakan data fosil dan data dari organisme yang hidup pada masa kini. Bukti yang digunakan untuk mempelajari perubahan akan ditinjau dari banyak segi, yang dapat memberikan petunjuk mengenai apa yang terjadi peda masa lalu. Suatu sifat akan berevolusi sesusia dengan perkembangan waktu dan tempat. Dengan menggunakan data fosil dan organisme aktuil mempunyai senmua sifat terevolusi. Analisis yang dilakukan pada primata primitive sampai dengan primata yang maju, yakni manusia memberikan gambaran sebagai berikut:
a.       Perkembangan Primata primitif ke Primata maju
·        Hubungan antara tulang vertebra dan tengkorak mengalami perubahan yang berangsurangsur menuju titik berat tengkorak. Mula-mula hubungan ini terdapat dibagian tepi menjadi tepat berada di bawah. Perubahan ini diikuti dengan perubahan cara berjalan dari empat kaki menjadi dua kaki. Sejalan dengan perubahan ini, maka otot leherpun menjadi lebih lemah, seadngkan panggul menjadi lebih penting dan kuat. Bentuk tengkorak yang memanjang dengan rahang besar, gigi yang kuat dan membentuk moncong menjadi bertambah pendek. Rongga hidung yang besar sekarang menjadi jauh lebih kecil.
·        Bola mata pada organisme non primata tidak mempunyai tulang yang meliputinya. Tetapi pada kera dan manusia, mata sudah sepenuhnya ter-lindung. Hal ini menunjukkan bahwa mata menjadi organ yang sangat penting. Selain itu, dapat pula dilihat bahwa mata yang menghadap ke samping, menjadi berangsur-angsur menghadap ke depan. Penglihatanpun
berubah dari dua dimensi menjadi tiga dimensi, dan kemampuan melihat warna meningkat dari hitam putih untuk membedakan gelap dan terang menjadi mampu melihat hampir semua spectrum warna. Hal ini erat kaitannya dengan cara hidup dari malam hari menjadi siang hari. Selain itu, matapun diperlukan untuk melihat makan diantara rantingranting pohon, dan untuk menyelinap dengan mudah diantara hutan.
·        Ujung jari bercakar berangsur-angsur berubah menjadi kuku. Hal ini terlihat bahwa tupai mempunyai cakar, sedangkan primata lebih lanjut mempunyai kuku yang tebal dan akhirnya manusia mempunyai kuku yang tipis. Cakar mula-mula digunakan untuk mengais mencari makan. Dengan berubahnya cara hidup dari hidup di tanah menjadi kehidupan arboreal, maka cakar menjadi mengganggu kemapuan bergerak dengan cepat
di atas pohon.kehidupan arboreal lebih membutuhkan kemampuan untuk me-megang. Dengan demikian, terjadi pula perubahan cara memegang dengan terbentuknya ibu jari dengan persendiaan yang lain daripada jari-jari yang lain. Hal ini erat kaitannya dengan timbulnya flora hutan sebagai habitat baru di muka bumi. Cakar perlu untuk naik pohon, tetapi selalu terkait kalau pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Selain itu, terjadi pula perubahan dari telapak tangan. Hal ini penting berkaitan dengan kemampuan untuk memegang yang terlihat pada kera, yang mempunyai “empat tangan”, bahkan pada kera Amerika Selatan, ekorpun dapat digunakan untuk memegang.
·        Kehidupan arboreal menyebabkan fungsi tangan lebih penting daripada kaki. Hal ini terlihat pada bangsa kerayang memilki tangan yang lebih panjang dan lebih kuat daripada kaki. Struktur ini penting untuk dapat nerayun-ayun dan berpindah tempat. Dengan berubahnya permukaan bumi, maka jumlah hutan menjadi semakin sedikit. Selain itu, ditemukan primata besar yang tidak dapat ditunjang oleh hutan. Dengan demikian,
primata mulai turun ke permukaan bumi. Akibatnya tangan menjadi kurang diperlukan sedangkan kaki diperlukan untuk mengejar mangsa dan menghindarkan diri dari predator.
 
·        Volume otak mengalami perubahan pesat. Faktor ini sangat nyata terlihat pada golongan kera-manuasia. Australopithecus hanya mempunyai volume otak 600 cc, sedangkan manusia modern sekitar dua kali lebih besar. Data fosil menunjukkan bahwa fosil manusia lainnya mempunyai kisaran antara keduanya. Perubahan volume otak dapat pula
dilihat pada perubahan dahi.



b.      Data Fosil Evolusi Primata
Bermacam-macam fosil primata seperti Mesopithecus, Miopithecus,dan Aegyptophitecus dari lapisan Oligosen; Parapithecus, Propliopithecus yang berbentuk seperti bajing, diperkirakan tidak mempunyai hubungan kekerabatan yang cukup dengan manusia. Fosil primata yang paling tua dan masih termasuk famili Homonidae adalah Dryopithecus, Limnopithecus, Brahmapithecus, Sivapithecus, Pliopithecus, Oreopithecus, dan Proconsul yang dikenal sejak
zaman Miosen.
Dryopithecus dianggap berkerabat dengan bangsa beruk dan kera, sedangkan Proconsul, merupakan fosil Homidid tertua yang diduga berkerabat dengan gorilla dan simpanse. Fosil Brahmapithecus, dan Sivapithecus belum diketahaui kerabat dekatnya. Kemudian kita mengenal fosil Hominid yang lebih muda yakni Ramapithecus yang dianggap sebagai fosil yang erat hubungannya dengan manusia. Fosil ini pada mulanya hanya sebuah tulang rahang. Namun kini
pandangan tersebut berubah, karena penemuan baru telah meberikan pandangan yang lebih baik.  
Fosil ini ternyata identik dengan Dropithecus. Fosil berikutnya adalah Kenyapithecus. Fosil Homo mungkin pula telah ada, namun data yang ada belum meyakinkan. Baru kemudian, pada lapisan yang lebih muda, mulai dijumpai Paraustralopithecus aethiopicus, yang kemudian oleh para ahli yang beraliran progresif sekaran disebut Homo aethiopicus, Australopithecus (A. africanus, A. afarensis), Homo, Meganthropus palaeojavanicus (Homo mojokertoensis), dan Paranthropus (P. boisei, P. robustus). Kedua marga fosil terakhir dan Gigantopithecus adalah fosil manusia atau kera berukuran besar dan mungkuin pantas dinamakan raksasa. Fosol-fosil yang menempati lapisan lebih atasa adalah Zinjanthropus, Homo habilis, Homo ergaster, Homo rudolfensis. Baru kemudian kita mengenal manusia purba, Homo erectus (Sinatropus, Pithecanthropus, Atlanthropus, Telanthropus, Eoanthropus dan Homo heidelbergensis). Fosilfosil Hominid yang paling muda semuanya sudah dianggap sebagai Homo-sapiens (Swancombe, Steinheim, Cro-Magnon), dan Homo sapiens neaderthalensis (Homo soloensis, Homo rhodosiensis).

c.       Data Genetika Molekuler Fosil Primata
Pendekatan molekuler dilakukan oleh sekelompok peneliti dari Universitas California di Berkeley. Tahun 1987 mereka mengemukakan hasil analisis ADN mitokondria yang menunjukkan bahwa ADN mitokondria manusia yang paling primitif (wanita, karena ADN mitokondria diturunkan dari pihak ibu) terdapat di Afrika. Bila dikaji mengenai kecepatan mutasi ADN mitokondria, dan dikaitkan dengan perubahan yang terjadi, maka dapat disimpulkan bahwa manusia yang paling primitif harus sudah berada di muka bumi sekitar 200.000 tahun yang lalu.
Hal ini menimbulkan kontroversi dengan data fosil, karena menurut fosil, Homo sapiens pertama berumur paling sedikit sekitar 250.000 – 1.000.000 tahun yang lalu. Apalagi bila kita membaca buku yang lebuh tua, maka dapat kita menemukan bahwa perkiraan manusia pertama adalah sekitar 15.000.000 tahun yang lalu.
Penelitian tadinya dilakukan oleh kelompok lain dengan menggunakan analisis ADN kromosom Y menunjukkan bahwa pria pertama berasal dari daerah Aka Afrika, di tempat suku Pygmee berada. Pendekatan tersebut di atas, meskipun mengarah kepada Afrika sebagai daerah asal manusia, sangant didukung oleh data fosil. Meskipun data molekuler sangat cocock dengan data fosil, namun data yang masih ada belum cukup memastikan asal usul manusia. Teori lain menyatakan bahwa manusia pertama mungkin adalah suatu hybrid antara manusia primitif (Homo erectus dengan Homo habilis dan Homo neaderthalensis) dan dihasilkan manusia modern yang hidup sekarang. Pendapat lain mengatakan bahwa asal usul manusia terjadi di Afrika dan Asia.ada pula kemungkinan yang jauh lebih kecil yakni di Eropa dan Australia. Pendapat ini didasarkan pada fosil Homo erectus dan fosil Homo sapiens.
A.     Radiasi Primata
Perkembangan evaluasi Primata dimulai dari moyang yang berupa hewan Mammalia pemakan serangga menurunkan Prosimian yang hidup pada zaman Palaeosin. Hewan ini bertubuh kecil seperti cecurut, bermoncong, dan berekor panjang. Mereka tangas dan cerdas, mempunyai organorgan penggenggan dan lima jari. Dari Prosimian perkembangan radiasi evolusi menuju 4
golongan besar yang masih tetap hidup sekarang ini.
a.      Prosimian Modern
Kelompok besar pertama yakni Prosimian modern. Yang termasuk kelompok ini adalah lemur dan loris, sekarang hidup di pulau Madagaskar. Hewan-hewan ini masih mempunyai moncong dan ekor yang panjang, berkuku, bukan cakar dengan kemampuan untuk memanipulasi obyek, hal ini merupakan ciri umum Primata.
Hewan lain yang termasuk Prosimian modern ialah tarsier (binatang hantu), hidup di Asia Selatan dan Indonesia (daerah pantai Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra). Pada hewan ini tidak dijumpai lagi moncong yang panjang mata lebih ke depan tidak seperti mata lemur yang agak kesamping oleh karena itu, tarsier dapat memfokuskan satu titik dengan kedua matanya Nampak adanya peningkatan pada alat-alat penglihatan dan mekanisme saraf yang memberikan kemampuan untuk kedalaman persepsi (binocular stereoscopic vision) dan penglihatan warna pada tahap-tahap beranekaragam. Tarsius besarnya kira-kira sama dengan seekor tikus besar dan dapat bergerak sejauh yang bisa dilakukan seekor kangguru. Tarsius dapat memutar kepalanya nyaris 360 derajat, sehingga dapat memandang lingkungan yang ada tepat di belakangnya. Dalam hal ukuran relatif otak dan bentuk hidung, tarsius mirip dengan monyet.
b.      Ceiboidea (Monyet Dunia Baru)
Ceboidea hanya hidup pada lingkungan pohon dan ditemukan di daerah hutan-hutan sebelah selatan Amerika Utara, Amerika tengah, Dan Amerika Selatan. Mereka terbagi menjadi dua family, yakni callithricidae dan Cebidae. Callithricidae atau Marmoset adalah Primata kecil yang telah menempati niche seperti bajing di hutan Dunia Baru. Perkembangan yang menonjol pada cakar untuk memanjat yang merupakan bagian penting dari pergerakan mereka. Ceboidae hidup dilingkungan pohon. Namun lebih berkembang dibandingkan dengan Callithricidae. Mereka mengembangkan beraneka ragam besar tubuh dan adaptasi ekologis di pohon-pohon. Beberapa anggota Cebidae telah beeradaptasi dengan cara hidup dilingkungan pohon dengan jalan mengembangkan “kaki ke-5” dalam bentuk ekor prehensile (penggenggam, dapat digunakan untuk memegang sesuatu). Ekor prehensile tidak hanya terdapat pada moyet Dunia lama.
Monyet dunia baru adalah hewan asli Amerika Selatan. Kebanyakan tidak memiliki ibu jari yang dapat diputar, yang merupakan ciri khas dari primata-primata yang lebih maju. Cupingnnya lebar dan membentang ke arah samping, sehingga hidung tampak rata. Monyet capuchin yang digunakan di Eropa dalam pertunjukan-pertunjukan hiburan tergolong contoh monyet dunia baru.
c.       Cercopithecoidea (Monyet Dunia Lama)
Semua Primata dunia lama kecuali prosimian adalah catarrhini. (hidung terbelah). Monyet-moyet dunia lama diklasifikasikan dalam satu famili yakni Cercopithecidae yang terbagi menjadi 2 sub famili yaitu cercopithecinae (moyet babon) dan colobinae (monyet pemakan daun). Pada catatan fosil cercopithecoidea berkembang pada zaman Oligosin dan Miosin. Pada akhir
Moisin mereka telah menempati sejumlah niche lingkungan pohon serta terestrial di Afrika dan Erasia. Pada saat sekarang mereka berkembang menjadi Colonin (monyet pemakan daun) dan cercopithecin. Cercopithecin yang hidup sekarang menempati iklim dan habitat yang lebih luas dibandingkan Primata lain, kecuali manusia.
1.       Colobinae
Colobinae hidup beradaptasi makan daun vegetasi muda. Mereka mempunyai puncak gigi yang tajam pada gigi molar, kantung pipi khusus, dan bentuk perut khusus untuk mencernakan makanan. Pencernaan dilakukan dengan bantuan bakteri yang hidup pada perutnya yang mirip dengan kantung. Langur (sebutan untuk berapa Colobinae) mendiami banyak habitat. Beberapa diantaranya digunung-gunung tinggi dengan sedikit pohon dan makannya bergantung pada
puncak-puncak cemara dan kuliy pohon dan dedaunan.
2.      Cercopithecinae
Sub famili ini menempati beraneka habitat, mulai dari savanna terbuka (babon, macaques, monyet patas) sampai hutan (mandril, mangabey, dan quenon) tingkah laku social babon dan Cercopithecinae terrestrial banyak dipelajari oleh ahli antropologi untuk mengetahui factorfaktor lingkungan dan ekologi yang menolong membentuk nenek moyang manusia. Mereka berjalan di atas 4 kaki (quadrapedal dan mengembangkan kemampuan mencengkeram, tetapi tidak dengan ekor prehensile. Bentuk pergerakan mereka dinamakan branch walking
(berjalan) diatas cabang), plantigrade (kencenderungan bergerak pada permukaan plantar = tapak tangan atau tapak kaki) da digitigrase (kecenderungan bergerak dengan jari tangan atau jari kaki) Gibbon mempunyai tengkorak yang lebih kecil dibandingkan dengan Hominoid yang lain dan semata-mata orboreal. Bentuk Gibbon khusus untuk bergerak arboncal, disebut brachiation. Branchiation memungkinkan gibbon bergerak arboncal, disebut brachiantion. Branchiation
memungkinkan gibbon bergerak lebih cepat antara pepohonan dengan menggunakan kedua lengannya, hingga tangannya berfungsi sebagai sebuah kait. Tetapi jika ia turun ke tanah berjalan-jalan di atas dahan –dahan dilakukan dengan 2 kaki. Orangutan seperti gibbon hidup terbatas di Asia Tenggara dan pernah hidup tersebar luas di Asia. Cara bergerak orangutan dinamakan quadramanual (empat tangan). Meskipun orangutan menghabiskan banyak waktunya di atas pohon dengan menggunakan 4 anggota badanya, jua dapat berjalan jauh sekali di daratan tanah, khususnya jantan dewasa hampir 2 kali lebih besar daripada betinanya dan menjalani hidup membujang. Gorila sangat terbatas ruang lingkupnya dan sekarang hanya terdapat di hutan pegunungan daerah katulistiwa dan dataran tinggi Afrika timur. Gorila adalah vegetarian terestial, pemakan
daun yang tumbuh didataran tanah. Susunan kerangka sangat khusus untuk menopang berat badan terestrial dan berjalan diatas buku-buku jari. Cara bergerak seperti ini terlihat pada bentuk dada, bahu, pergelangan tangan, dan tulang lumbar verteberal yang kuat. Simpanse tidak mempunyai catatan fosil, hidup terbatas di daerah hutan dan bagian berhutan kera. Karena adaptasi mereka, mempunyai struktur badan yang orthograde (tegak), yang memungkinkan mereka berjalan jauh di atas permukaan tanah, tetapi juga posisi duduk dalam jangka waktu lama. Untuk duduk, babon telah mengembangkan sepetak kulit pada bagian belakang yang dinamakan ischial callosities.
3.      Hominoidea
Kelompok ini muncuk pada zaman Paleosin. Selama Miosin awal radiasi Hominoidea bercabang menjadi dua yakni Anthropoidea (kera) dan Hominidea (keluarga manusia). Kedua famili ini ditandai dengan hilangnya ekor dan berkembangnya ukuran besar badan. Otak. Anthropoidae dan Hominiidae jauh lebih berkembang dan demikian fungsi lebih kompleks. Kera-kera yang
hidup sekarang dibagi 4 genus, yakni gibbon, orangutan, simpanse, dan gorila


B.     Makhluk –makhluk pra –Homo sapiens
Evolusi makhluk – makhluk pra –Homo sapiens dapat digolongkan menjadi dua bagian besar, yakni:
1.      Evolusi pra -Homo sapiens berdasarkan Hubungan Kekerabatan manusia dengan Hewan
Klasifikasi Homo sapiens adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Subordo : Anthropoidea
Famili : Homonoidea
Genus : Homo
Species : Homo sapiens

Berdasarkan hubungan kekerabatan antara manusia dengan hewan, evolusioner pra-homo sapiens secara garis besar mengalami 4 perkembangan yakni :
·        Famili Tupaiidae
Famili Tupaiidae merupakan ordo Primata, yakni golongan hewan pemakan serangga.
·        Famili Lemuroidae
Famili ini merupakan Ordo Primata primitif termasuk di dalamnya adalah jenis binatang setelah kera. Misalnya Tarsius spectrum (binatang hantu), yang hidup di Indonesia (Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra), dan Filipina. Jenis binatang tersebut mempunyai ekor panjang serta berkuku bukan cakar dengan kemampuan memanipulasi objek
·        Famili Pongidae
·        Famili Homonidae
2.      Evolusi pra -Homo sapiens Berdasarkan Ditemukannya Fosil
Evolusi pra - Homo sapiens berdasarkan hasil penemuan fosil yang ditemukan di berbagai lapisan dunia. Berdasarkan fosil yang ditemukan diperkirakan kehidupan manusia dimulai lebih kurang 25 juta tahun lalu yang tersebar menjadi 3 zaman, yakni:
2.1.Zaman Miosin (25 – 10 juta tahun yang lalu)
·        Tingkat pertama, yakni Plipithecus. Makhluk ini sepenuhnya bersifat kera, oleh karena itu dinamakan kera primitif. Tubuhnya kecil dan pendek. Kedua tangannya mungkin masih digunakan untuk bergelantungan di dahan pohon. Mereka belum dapat berjalan tegak. Diduga, kera primitif hidup 35 – 25 juta tahun yang lalu. Ditemukan oleh tim ekspedisi Universitas Yale di Fayum tahun 1961.
·        Tingkat kedua, Proconsul, yakni kera purba yang hidup sekitar 25 -15 juta tahun yang lalu. Para ahli berpendapat bahwa makhluk ini tidak sepenuhnya bersifat kera; disebabkan pada muka, rahang, gig geliginya terdapat ciri yang ditafsirkan sebagai ciri manusia. Makhluk ini ditemukan di danau Victoria, dikatakan oleh seorang ahli: “Mungkinkah ini merupakan bisikan samar – samar pertama tentang makhluk hidup
yakni manusia”. Proconsul semakin banyak terkumpul dan semuanya menunjukkan bahwa binatang ini muncul dengan berbagai ukuran yang berbeda – beda; ada yang sekecil simpanse dan ada yang menjadi sebesar gorilla. Tipe gorilla inilah yang menjadi nenek moyang gorilla modern.
·        Tingkat ketiga, Dryopithecus, yakni kera raksasa yang hidup sekitar 15 – 10 juta tahun yang lalu. Makhluk ini sejenis Proconsul. Fosilnya ditemukan luas di Eropa, India, Cina, dan Afrika. Fosil ini belum lengkap untuk menunjukkan salah satu anggota dari genus yang luas manuju ke arah manusia. Karena rekonstruksi makhluk ini dibuat terutama
dengan menggunakan fragmen – fragmen dan gigi – gigi. Dryopithecus memiliki bentuk badan yang cukup besar serta sangat gemar mengembara sehingga menempati hutan tropis yang sangat luas.
·        Tingkat keempat, Ramapithecus, yakni primata paling purba yang pada umumnya dianggap sebagai leluhur manusia. Hidup sekitar 15 -10 juta yang lalu. Ukurannya jauh lebih lebih kecil daripada manusia sekarang, yakni 0,9 – 1,2 meter dan kapasitas tengkoraknya lebih kurang 40 cc. Ramapithecus memiliki busur gigi yang lebih kecil namun jauh lebih besar daripada kera. Bentuknya kira-kira mirip dengan busur gigi manusia. Pada manusia, tanganlah yang melakukan sebagian besar pemecahan dan
pencabikan makanan yang keras, sedangkan pada kebanyakan kera, gigi tampak
merupakan satu-satunya alat untuk melakukan tugas-tugas tersebut. Fosil dari makhluk ini ditemukan pada tahun 1930-an di bukit Siwalik (Pakistan) oleh G. E. Lewis dari Universitas Yale.

2.2.Zaman Pliosin (10 – 2 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini telah muncul makhluk baru yakni primata yang tidak menyerupai primata yang hidup sebelumnya. Makhluk ini bukan kera penghuni hutan, tetapi lebih banyak hidup di padang rumput terbuka. Makhluk ini berjalan tegak dengan kedua kakinya. Ada dua jenis makhluk ini, yakni:
·        Tahap kelima, Australopithecus afarensis
Makhluk ini merupakan tingkatan kelima. Australopithecus afarensis merupakan makhluk purba yang diduga merupakan keturunan Ramapithecus. Hidup sekitar 5 juta tahun yang lalu. Makhluk ini juga dianggap sebagai Hominoid paling awal yang menurut beberapa ahli sudah mampu berjalan tegak.
Australopithecus afarensis ditemukan oleh Lois dan Mary Leakey dibagian Timur dan Utara Afrika Selatan, di tebing Olduvai dekat dengan Ethiopia. Fosil – fosil makhluk ini ditemukan dari lapisan – lapisan batuan yang berbentuk tebing lembah. Dengan metode kalium – argon dapat ditentukan dengan tepat fosil itu.
·        Tahap keenam, Australopithecus africanus
Australopithecus africanus merupakan tingkatan keenam. Makhluk ini ditemukan oleh Raymond Dart, pada tahun 1924, yakni seorang ahli otonomi dan palaentologi dari Universitas Witwatersrand di Johannesburg, Afrika Selatan. Fosil Australopithecus africanus dipelajari Dart dari koleksi batuan yang mengandung fosil dari suatu lubang galian pertambangan kapur di Taung, Batswana. Fosil terbenam dalam salah satu bagian batuan dimana tengkorak – tengkorak yang ditemukan tidak menyerupai tengkorak lainnya yang pernah dilihatnya. Ketika tenggkorak tdi dipisahkan sama sekali dari batuan, Nampak suatu tengkorak yang menakjubkan. Dalam beberapa hal, tengkorak ini menyerupai anak manusia yang berumur lima atau enam tahun. Tetapi dalam hal beberapa lainnya tengkorak tadi jelas menyerupai tengkorak kera. Dart menamakan penemuanya dengan Australopithecus africanus, artinya “Kera Afrika Selatan”. dia terus mempelajarinya dan setelah empat tahun bekerja berhasil memisahkan rahang tengkorak sedemikian, sehingga giginya tampak jelas. Terlihat gigi – giginya sangat menyerupai gigi anak manusia. Lain dari itu, dari letak foramen magnum, yakni lubang yang menghadap ke tengkorak dan yang melewati oleh urat saraf tulang belakang menuju ke otak, menghadap langsung ke bawah. Dart merasa bahwa tengkorak tadi adalah tengkorak suatu
makhluk yang letak kepalanya seperti pada manusia; mungkin makhluk tersebut sudah berjalan tegak.
Penemuan Dart didukung oleh ahli palaentologi lain yang berkerja di Afrika Selatan, yakni Robert Broom. Setelah bertahun – tahun dia mempelajari fosil Mammalia di Afrika Selatan. dengan beberapa teman sekerja, Broom mencari fosil – fosil lagi yang mungkin dapat memberikan petunjuk untuk memperkuat kesimpulannya. Selama empat puluh tahun berikutnya, terkumpul sudah bahan fosil yang fosil tengkorak, tulang kaki, dan tulang panggul. Semua fosil diharapkan dapat memberi petunjuk dengan jelas bahwa memang sesungguhnya di Afrika Selatan terdapat makhluk pra – manusia (pra – Homo sapiens).
2.3.Zaman Pleistosin (2 juta tahun yang lalu sampai sekarang)
Pada zaman ini manusia menglami evolusi yang sangat cepat dan sudah menggunakan perkakas baik dari batu maupun kayu. Mereka sudah pandai berburu, sudah dapat menggunakan api dan diduga sudah dapat berbicara. Anggapan ini berdasarkan pada volume otak yang lebih besar bila
dibandingkan dengan makhluk sebelumnya.
·        Tahap ketujuh, Australopithecus robustus
Australopithecus robustus merupakan makhluk sejenis Australopithecus africanus, namun ukurannya lebih besar. Tinggi badannya mencapai 1,5 meter dan berat badannya 65 – 75 kg, mempunyai gigi – gigi besar dan otak rahang yang kuat yang menunjukkan bahwa spesies ini adalah herbivora. Sedangkan Australopithecus robustus lebih langsing, berat badanya kira – kira 50 kg dan tingginya 1,2 meter. Meskipun catatan fosil jauh dari sempurna, akan tetapi ada
petunjuk bahwa Australopithecus tersebut hidup di Afrika Selatan kira – kira selama 750. 000 tahun yang lalu. Selama waktu itu, Australopithecus africanus makin lama makin menyerupai manusia, sedangkan Australopithecus robustus tetap tidak berubah.
·        Tahap kedelapan, Australopithecus boisei
Makhluk ini merupakan tahap kedelapan, yang merupakan jenis Australopithecus yang paling besar. Australopithecus boisei hidup di Afrika Timur, dengan ciri – ciri badan tegap, muka dan giginya khas lagi kokoh, tempurung kepalanya rendah dan kasar. Diduga hidup 1,5 juta tahun yang lalu. Ditemukanj oleh Leakey di Lenbah Olvuvai, Tanzania.
·        Tahap kesembilan, Homo habilis
Makhluk ini merupakan keturunan dari Australopithecus purba yang lebih ramping dan berbeda dengan saudara – saudaranya, karena lebih tinggi intelegensinya. Homo habilis (manusia tukang) merupakan pembuat dan memakai alat. Homo habilis hidup sekitar 2 – 1,5 tahun yang lalu. Beberapa ahli berpendapat bahwa makhluk ini sebagai “manusia sejati pertama”, yang lebih
cerdas daripada Homo habilis karena memiliki rongga otek yang lebih besar. Ditemukan oleh Leakey di Lembah Olduvai.
·        Tahap kesepuluh, Homo erectus
Makhluk ini diduga hidup pada 1,5 – 0,5 juta tahun yang lalu. Homo erectus dapat berjalan tegak, kakinya panjang dan lurus, dan tulang tungkainya lebih maju. Otaknya lebih besar dengan valume berkisar 750 – 1.400 cc. Homo erectus sebagai manusia purba sudah pandai membuat perkakas, misalnya kapak genggam, walaupun masih agak kasar. Kehidupannya dengan berburu
mammalian besar. Telah menggunakan api, sudah dapat berbicara untuk mengajari anaknya bagaimana membuat perkakas. Makhluk ini ditemukan tersebar di dunia. Kenapa Homo erectus dapat hidup di seluruh dunia belumlah jelas. Mungkin tipe makhluk ini berevolusi di beberapa tempat menyebar sepanjang daratan subur dan yang mudah dilalui, terbentang dari Afrika Timur, mengitari Samudra Indonesia sampai ke Jawa.
Perkembangan evolusi sejalan dengan masa pengembaraan mereka dari abad ke abad. Makhluk ini di temukan diberbagai tempat, antara lain:
·        Pithecanthropus erectus (manusia jawa), ditemukan oleh Eugene Dubois tahun 1891. Dubois adalah seorang dokter Belanda menemukan fosil manusia Jawa di daerah Trinil (sepanjang tepi bengawan solo). Fosil yang ditemukan berupa rahang beberapa gigi, dan sebagian dari tulang tengkorak
·        Pithecanthropus pekinensis (Sinathropus pekinensis) (manusia Cina). Fosil makhluk ini ditemukan oleh Davidson Black dan Tranz Weidenreich pada tahun 1920 dari suatu penggalian di dalam sebuah gua kapur di dekat Peking. Volume otaknya 900 – 1.200 cc. kebudayaannya sudah lebih maju daripada Pithecanthropus. Mereka telah menggunakan
senjata dan perkakas yang terbuat dari tulang dan batu sebagai alat – alat kerja. Penggunaan api nampaknya sudah biasa. Para ahli berpendapat bahwa mahkluk ini suka membunuh sesamanya. Hal ini terbukti dari tulang – tulang tengkorak kosong yang menunjukkkan bekas dibelah dengan senjata dari bawah ke atas. Banyak ahli juga berpendapat bahwa Sinanthropus pekinensis merupakan varian dari Pithecantropus, karena kedua manusia purba mempunyai struktur tubuh yang sama dan hidup pada zaman yang sama, yakni kira – kira 500.000 tahun yang lalu.
·        Meganthropus palaeojavanicus (Manusia raksasa jawa )
Megantropus palaeojavanicus di temukan di sangiran di pulau jawa oleh Von koningswald pada tahun 1939-1941
·        Manusia Heidelberg.. Manusia heidelberg ditemukan di Jerman
·        Tahap kesebelas, munculnya makhluk yang dinamakan Homo sapiens purba, yakni
makhluk yang hidup sekitar 400.000 tahun yang lalu. Makhluk ini sebagai hasil
penemuan fosil dari tiga tengkorak yang tidak lengkap, yakni kepingan tengkorak, tulang, dan beberapa gigi. Dari fosil yang ada ditafsirkan bahwa manusia purba ini merupakan tipe peralihan antara Homo erectus ke Homo sapiens yang lebih modern. Kemampuan membuat alat sudah jauh lebih maju, bahkan ada yang menduga bahwa mereka sudah mulai bercocok tanam.
·        Tahap keduabelas, adalah munculnya Homo sapiens neanderthalesis (Manusia Lembah Neander (Neanderthal)) , yakni makhluk yang diduga hidup pada masa antara 75.000 –10.000 tahun yang lalu. Fosil makhluk ini ditemukan tahun 1856 di Lembah Neanderthal, Jerman. Bentuk tubuhnya sepenuhnya manusia, hidungnya terlihat mancung. Ukuran volume otaknya relative sudah termasuk dalam kisaran ukuran rongga antara 1.,6 – 1,8 meter, berbahu lebar, berdada cembung, dan berotot padat. Manusia Lembah Neander sudah memiliki kemampuan membuat dam memakai pakaian dari kulit dan hidup menetap secara sederhana di gua – gua. Para ahli pada umumnya sependapat bahwa manusia Lembah Neander adalah leluhur manusia modern, walaupun sekelompok ahli masih meragukan.
Umumnya masih diperdebatkan apakah Homo sapiens neanderthalesis pra-manusia ataukah manusia? Sebagian para ahli berpendapat bahwa makhluk ini manusia walaupun wajahnya menyeramkan. Nama biologiny menunjukkan bahwa ia ditempatkan dalam genus dan spesies yang sama dengan kita, tetapi ditempatkan pada subspecies yang berbeda dengan manusia. Manusia Neander tidak berdagu dan mempunyai otak yang sama besar dengan otak manusia
sekarang. Volume otak ini berkaitan dengan kemampuan berbicara yang berkembang dengan baik. Ia hidup di gua – gua, menggunakan api dan dapat membuat peralatan dengan baik. Anggota keluarga yang mati dikuburnya.
Homo sapiens neanderthalesis pernah “disingkirkan” dari catatan Homo sapiens secara anatomis modern. Banyak teori yang telah diajukan untuk menjelaskan perkembangan dan kepunahan Neanderthal. Teori – teori tersebut telah berspekulasi mengenai hubungan Neanderthal Eropa dengan bentuk – bentuk lain dari Timur Tengah dalam rangka upaya mencari tempat Homo
sapiens neanderthalesis
dalam evolusi manusia
Teori – teori tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
·        Neanderthal adalah bentuk transisi antara Homo erectus dan Homo sapiens yang kemudian berevolusi menjadi manusia modern. Bentuk progresif dari Timur Tengah dianggap bentuk yang lebih maju.
·        Neanderthal telah terspesialisasi, terisolir secara geneti yang telah teradaptasi dengan lingkungan dingin glasial Eropa. Ketika iklimnya bertambah hangat 40.000 tahun yang lalu. Mereka punah atau oleh bentuk – bentuk yang tidak begitu terspesialisasi dari Timur Tengah,
yang berimigrasi ke Eropa.
·        Teori yang sama dengan yang kedua, tetapi bukannya digantikan oleh bentuk – bentuk lain yang dating, melainkan mereka secara genetik tenggelam, tertelan begitu mereka kawin dengan bentuk – bentuk yang lebih maju.
Beberapa teori mungkin benar, atau mungkin salah. Nampaknya memang Neanderthal Eropa sedikitnya agak terisolir secara genetik. Apakah morfologi yang berbeda merupakan akibat founder effect tidaklah pasti. Sama saja seperti pertanyaan yang mempermasalahkan apakah mereka menyumbangkan gen pada populasi manusia modern. Nampaknya juga tidak mungkin teknologi Neanderthal tidak cukup menghadapi kebudayaan lain yang menyerbu, karena populasi setempat biasanya cenderung untuk lebih teradaptasi dengan lingkungan lokal daripada populasi imigan. Namun, kita banyak melihat kasus – kasus sejarah mengenai kekuatan teknologi kuat menggantikan teknologi setempat. Misalnya, jatuhnya suku Indian Amerika setelah kontak dengan orang Eropa.
·        Tahap ketiga belas, yakni munculnya manusia Cro-Magnon. Makhluk ini merupakan Hominidae (manusia) purba termodern. Diduga hidup 10.000 – ribuan tahun yang lalu. Mereka memiliki kebudayaan yang cukup maju, bercocok tanam secara baik, memelihara binatang, menguasai lingkungan, bahkan kemudian membangun kota serta mengembangkan peradapan. Ciri – cirinya adalah memiliki dagu yang menonjol, hidung
mancung, gigi kecil dan merata, serta raut wajah yang tampan. Sesungguhnya makhluk ini mirip dengan orang – orang Eropa sekarang.
Cro – magnon diambilkan dari nama gua di Prancis, tempat fosil – fosil makhluk ini ditemukan. Tanpa ragu – ragu para ahli anthropologi menempatkan manusia Cro – Magnon pada spesies dan subspecies yang sama dengan kita (Homo sapiens). Manusia Cro – Magnon memiliki ciri tinggi, tegak, dan mempunyai otak yang sama besarnya dengan otak manusia sekarang. Ia pandai sekali membuat alat – alat dan juga ahli seni. Selain batu, mereka menggunakan tulang, gading, dan
tanduk kijang untuk membuat alat-alatnya. Beberapa dari bahan ini diukur dengan corak – corak atau dipahatkan menjadi bentuk – bentuk benda yang dapat dikenal.
Bagaimana hubungan antara manusia Cro – Magnon dan Homo sapiens yang sekarang hidup di Eropa tidak begitu jelas. Uraian palaentologi manusia sebenarnya membinggungkan, bahkan lebih membinggungkan daripada uraian yang terlihat di atas. Fosil manusia selalu tidak lengkap dan selalu sukar untuk menentukan umurnya. Kadang-kadang para ahli anthropologi tidak bekerja sama dengan para ahli biologi mengenai lainnya dan begitu sebaliknya. Tetapi penelitian mengenai zaman terjadinya sebagian besar evolusi genus Homo mendapat kemajuan pesat. Dikemudian hari tentu kita akan lebih mengetahui lagi mengenai asal – usul manusia (manusia – manusia pra- Homo sapiens).
·        Tahap keempat belas, yakni munculnya Homo sapiens-sapiens (manusia modern). Tidak pasti benar kapan munculnya manusia modern, namun para peneliti ada yang beranggapan bahwa manusia modern muncul sejak sekitar 2.000 tahun Sebelum Masehi.

C.     Primata dan Filogeni
a.      Homo Sapiens
Setelah melacak jejak silsilah vertebrata sampai ke ordo-ordo mamalia, kita sekarang mulai melacak silsilah leluhur kita sendiri. Ordo primata meliputi Homo sapiens dan kerabatnya yang paling dekat. Kita adalah primata. Untuk mempelajari arti dari hal tersebut, kita harus melacak leluhur kita kembali ke pohon dimana beberapa ciri dan sifat kita yang paling berharga bermula dari adaptasi terhadap kehidupan arboreal (hidup di pepohonan).
b.      Evolusi primata memberikan pandangan bagi pemahaman asal mula manusia
Struktur geligi menunjukan bahwa primata pertama diturunkan dari insektivora pada masa Kretaseus. Primata awal ini kemungkinan merupakan mamalia arboreal (hidup di pepohonan). Dengan demikian, selama jaman mesozoikum, ordo ini telah didefinisikan oleh karakteristik yang telah dibentuk, melalui seleksi alam, karena adanya kebutuhan untuk hidup di pohon. Sebagai contoh, primata memiliki sendi pundak yang lentur yang memungkinkannya untuk berayun dari satu pegangan ke pegangan lain. Tangan kanan primata dapat menggantung pada dahan dan memanipulasi makanan. Cakar telah digantikan oleh kuku pada beberapa spesies, dan jari tangan sangat sensitif. Mata primata sangat berdekatan satu sama lain dibagian depan muka. Bidang penglihatan yang tumpang tindih pada kedua mata itu meningkatkan kedalaman persepsi, suatu keuntungan yang  jelas ketika bergelayutan dipohon. Koordinasi mata dan tangan yang luar biasa itu juga penting untuk mengendalikan arah selama di pepohonan. Penjagaan dan pengasuhan anak oleh induk sangat penting bagi hewan muda di pohon. Mamalia menghabiskan lebih banyak energi untuk menjaga, merawat, dan mengasuh anaknya dibandingkan dengan sebagian besar vertebrata lain, dan primata adalah salah satu diantara semua induk mamalia yang paling memiliki perhatian. Sebagian besar primata melahirkan 1 anak / 1 kehamilan serta membesarkan dan memelihara anaknya dalam periode waktu yang lama. Meskipun manusia tidak hidup di pohon, kita masih mempertahankan dalam bentuk yang termodifikasi, banyak ciri dan sifat yang dulu dievolusikan disana.
Primata modern 
Dua subordo primata adalah prosimii dan anthropoidea. Anggota subordo prosmii (“pramonyet”) kemungkinan menyerupai primata arboreal awal. Lemur dari Madagaskar  dan loris, poto, dan tarsius yang hidup didaerah tropis Afrika dan Asia bagian selatan adalah contoh-contoh hewan anggota subordo prosimii. Anthropoid (anggota subordo Anthropoidea) meliputi monyet, kera, dan manusia.
Evolusi anthropoidea dari anggota subordo prosimii merupakan topik perdebatan sangat hangat. Para ahli paleontologi membagi fosil anggota subordo prosimii kedalam dua kelompok, satu merupakan leluhur bagi tarsius, yang lain merupakan leluhur bagi lemur, loris dan poto. Pemisahan ini terjadi paling tidak 50juta tahun silam. Sampai baru-baru ini kedua cabang tersebut merupakan kandidat garis keturunan yang juga menurunkan anthropoid. Namun demikian, beberapa fosil yang ditemukan baru-baru ini di Asia dan Afrika mungkin lebih mirip dengan athropoid dibandingkan dengan kedua kelompok fosil anggota subordo Prosimii. Umur fosil-fosil ini masih belum disepakati, tetapi penemunya memperkirakan bahwa fosil-fosil tersebut paling tidak berumur 50 juta tahun. Penemuan ini memunculkan suatu kemungkinan bahwa anggota subrodo Prosimii telah memisah menjadi paling tidak tiga garis keturunan sekitar 50 juta tahun silam, dengan garis keturunan anthropoid telah berdiferensiasi dari dua cabang tersebut dan menurunkan anggota subordo Prosimii modern. Dengan demikian, sekarang perdebatan mengenai asal usul hewan anthropoid dapat dikatakan seperti ini : apakah hewan anthropoid lebih dekat hubungan kekerabatannya dengan tarsius, dengan lemur dan loris, atau dengan suatu kelompok ketiga anggota subordo Prosimii yang tidak memiliki perwakilan yang masih hidup saat ini? Lebih banyak fosil akan banyak membantu menjawab pertanyaan ini.
Fosil primata yang mirip monyet menunjukan bahwa hewan anthropoid sebelumnya telah mapan di Afrika dan Asia sekitar 40 juta tahun silam. Afrika dan Amerika Selatan sebelumnya telah memisah, dan masih belum jelas apakah leluhur monyet Dunia Baru mencapai Amerika selatan dengan naik batang kayu atau serpihan-serpihan lain dari Afrika atau dengan cara bermigrasi ke arah selatan dari Amerika utara. Hal yang pasti adalah bahwa monyet Dunia Baru dan kera Dunia Lama  telah berevolusi disepanjang jalur yang terpisah selama beberapa juta tahun. Semua monyet Dunia Baru hidup dipohon, sementara monyet Dunia Lama meliputi spesies yang hidup dipermukaan tanah dan spesies yang arboreal. Sebagian besar kera dari kedua kelompok itu adalah hewan diurnal (aktif selama siang hari) dan umumnya hidup dalam kelompok yang terikat satu sama lain oleh perilaku sosial.
Selain monyet, subordo anthropoidea juga meliputi keempat genus kera. Hylobates (gibon), pongo ( orangutan ), Gorilla (gorila), dan pan (simpanse).  Kera modern hanya hidup didaerah tropis Dunia Lama. Kecuali gibon, kera modern lebih besar dibandingkan dengan monyet, dengan lengan yang relatif panjang dan kaki yang pendek dan tidak memliki ekor. Meskipun semua kera mampu mengayun dan bergelayutan di dahan-dahan pohon, hanya gibon dan orangutan yang menghabiskan sebagian besar waktunya di pepohonan. Organisasi sosial beragam antar genus kera, gorila dan simpanse yang bersifat sangat sosial. Kera memiliki otak yang lebih besar dan sebanding dengan ukuran tubuh dibandingkan dengan monyet, sehingga perilaku mereka juga lebih mudah beradaptasi.

c.       Manusia merupakan cabang yang sangat muda pada pohon silsilah vertebrata
Dalam rangkaian kehidupan yang membentang lebih dari 3,5 milyar tahun, manusia dan kera telah memiliki leluhur bersama selama berjuta-juta tahun, kecuali beberapa juta tahun terakhir. Paleoantropologi, yaitu kajian mengenai asal usul dan evolusi manusia, memfokuskan pada fraksi masa geologis yang sangat kecil, saat manusia dan simpanse memisah dari nenek moyang yang sama.
Beberapa kesalahpahaman yang umum
Paleoantropologi memiliki sejarah yang silih berganti. Sampai  sekitar 20 tahun yang lalu, para peneliti sering memberikan nama baru kepada bentuk fosil yang tidak diragukan lagi merupakan spesies yang sama dengan fosil yang ditemukan oleh saintis lainnya. Teori yang rumit seringkali didasarkan pada beberapa geligi atau bagian tulang rahang. Banyak kesalahpahaman yang mengenai evolusi manusia yang dihasilkan selama awal abad ke-20 masih tetap ada dalam pikiran masyarakat, lama setelah mitos ini digantikan oleh penemuan fosil.
Pertama-tama mari kita membuang mitos bahwa nenek moyang kita adalah simpanse atau kera modern lainnya. Simpanse dan manusia mewakili dua cabang yang memisah dari pohon silsilah anthropoidea yang berevolusi dari leluhur bersama yang kurang terspesialisasi.
Kesalahpahaman yang lain adalah membayangkan evolusi manusia sebagai tangga dengan serangkaian anak tangga yang langsung turun dari leluhur anthropoidea menuju Homo sapiens. Hal ini seringkali digambarkan sebagai parade fosil hominid (anggota keluarga manusia) yang secara progresif menjadi modern setelah mereka bergerak melewati suatu masa. Jika evolusi manusia adalah suatu parade, maka tentunya parade tersebut tidak beraturan, dengan banyak kelompok yang memisahkan diri dari rombongan induknya dan akhirnya punah.pada masa-masa tertentu dalam sejarah hominid, beberapa spesies manusia yang berbeda hidup bersama. Filogeni manusia lebih menyerupai semak dengan banyak cabang dibandingkan dengan tangga, spesies kita merupakan ujung satu-satunya cabang yang masih hidup. Jika teori kesetimbangan bersela (punctuated equilibrium) berlaku bagi manusia, maka sebagian besar perubahan terjadi ketika spesies hominid baru muncul, dan bukan melalui perubahan filetik (anagenik) pada garis keturunan hominid yang tidak bercabang.
Satu mitos lagi yang harus kita kuburkan adalah pernyataan bahwa berbagai karakteristik manusia, seperti postur tegak dan otaknya yang semakin besar, berkembang secara serentak. Suatu kesan yang populer adalah bahwa manusia awal merupakan penghuni gua, bungkuk, dan tidak terlalu pintar. Ciri yang berbeda berkembang dengan laju yang berbeda pula –suatu fenomena yang dikenal sebagai evolusi mosaik- dengan postur yang tegak, atau berdiri diatas dua kaki, memulai proses tersebut. Silsilah kita meliputi nenek moyang yang berjalan tegak tetapi yang memiliki otak yangt jauh kurang berkembang dibandingkan dengan otak kita. Namun demikian, setelah membuang beberapa dongeng mengenai evolusi manusia kita harus mengakui bahwa banyak pertanyaan mengenai leluhur kita yang masih belum terjawab.
Anthropoid Awal
Fosil kera tertua yang diketahui telah dimasukan kedalam genus Aegyptopithecus, “kera fajar “. Hewan anthropoid ini berukuran sebesar kucing dan tinggal dipohon, dan hidup sekitar 35 juta tahun silam. Selama kurun Miosen yang dimulai sekitar 23juta tahun silam, keturunan kera pertama berdiversifikasi dan menyebar ke Eurasia. Sekitar 20 juta tahun silam, lempeng India bertubrukan dengan Asia dan menghasilkan daerah Himalaya. Iklim menjadi semakin kering dan daerah hutan yang sekarang dikenal sebagai Afrika dan Asia mulai berkurang, sehingga mengisolasi kedua daerah evolusi hewan anthropoid tersebut. Salah satu hewan anthropoid Afrika adalah nenek moyang bersama manusia dan simpanse. Berdasarkan rekaman fosil dan pembandingan DNA antara manusia dan simpanse, sebagian besar ahli anthropologi sekarang setuju bahwa manusia dan kera memisah dari nenek moyang tersebut hanya sekitar 6-8 juta tahun silam.
Manusia Pertama
Pada tahun 1924, ahli anthropologi Inggris Raymond Dart mengemukakan bahwa sebuah fosil tengkorak yang ditemukan digalian tambang Afrika selatan merupakan sisa-sisa manusia purba.  Dia menamai” manusia kera” itu Australopithecus africanus (“kera afrika bagian selatan”). Dengan penemuan lebih banyak fosil semakin jelas bahwa Australopithecus pada kenyataannya adalah Hominid yang berjalan sepenuhnya berdiri tegak (berkaki dua) dan memiliki lengan dan gigi seperti lengan dan geligi manusia. Namun demikian, otak Australopithecus tak lebih dari sepertiga ukuran otak manusia modern. Berbagai spesies Australopithecus bertahan hidup selama lebih dari 3 juta tahun, dan kemungkinan mulai muncul sekitar 4,5 juta silam.
Pada tahun 1974, didaerah Afar di Ethiopia, para ahli paleoantropologi menemukan kerangka Australopithecus yang 40% sempurna. “Lucy”, demikian nama fosil itu diberikan, berukuran sangat kecil – hanya sekitar 1M panjangnya, dengan kepala sebesar bola softball. Kerangka itu berumur 3,2 juta tahun. Lucy dan fosil yang sejenis telah dianggap cukup berbeda dari Australopithecus africanus sehingga di beri spesies nama yang berbeda, yaitu Australopithecus Alfarencis (karena ditemukan didaerah Afar). Fragmen tulang pelvis dan tengkorak menunjukan bahwa A.afarencis berjalan diatas dua kaki.fosil yang ditemukan pada awal tahun 1990an memperpanjang rentang masa hidup A.afarencis sebagai suatu spesies paling tidak 1 juta tahun lamanya.
Sejak tahun 1994, para ahli paleoantropologi yang bekerja pada tempat yang berbeda di Afrika Timur telah menggali fosil hominid yang sudah muncul sebelum A.afarencis. Satu, yang dinamai Australopithecus anamensis, berumur sekitar 4 juta tahun; hominid lain yang yang sangat berbeda., yang dinamai Ardipithecus ramidus, mungkin hidup sekitar 4,4 juta tahun silam. Dengan penemuan hominid tertua yang diketahui ini, catatan fosil umat manusia perlhan-lahan mendekati pemisahan manusia-kera yang diperkirakan terjadi 5-8 juta silam
Hubungan filogenetik diantara hominid awal menimbulkan banyak perdebatan. Satu masalah adalah apakah Ardipithecus ramidus merupakan leluhur Australopithecus atau merupakan cabang samping evolusi yang menjadi punah. Masalah yang lain adalah mengenai asal mula dipedalisme. Fosil hominid tertua menantang hipotesis yang telah lama bertahan bahwa dipedalisme dievolusikan ketika hominid mulai hidup di daerah Safana Afrika.
Australopithecus anamensis yang sepenuhnya berkaki dua, ternyata hidup dalam hutan ditepi danau. Ardipithecus yang posturnya masih diperdebatkan, menempati hutan yang lebat. Bukti-bukti terbaru juga memperlihatkan bahwa beberapa populasi Australopithecus afarensis hidup didaerah berpohon.  Perdebatan lain dipusatkan pada nasib evolusioner Australopithecus afarensis. Selama beberapa juta tahun yang diwakilinya dalam catatan fosil, Australopithecus afarensis hanya sedikit berubah. Kemudian dimulai sekitar 3 juta tahun silam, suatu radiasi adaktif dimulai dan menghasilkan beberapa spesies homonid baru, termasuk Australopithecus africanus dan beberapa spesies Australopithecus yang bertulang lebih berat. Periode spesiasi ini juga menghasilkan Homohabilis, anggota pertama genus homo yang mulai terdapat dalam catatan fosil sekitar 2,5 juta tahun silam. Apakah Australopithecus africanus merupakan nenek moyang bagi beberapa atau semua hominid yang beraneka ragam tersebut? Atau apakah Lucy adalah anggota dari suatu spesies yang bercabang sebelumnya dari satu nenek moyang tidak di kenal yang juga menurunkan Homo?
Apapun hasil perdebatan mengenai filogeni hominid awal, catatan fosil membuat salah satu fakta mengenai sejarah manusia menjadi lebih jelas. Hominid mampu berjalan tegak selama kurang lebih dua juta tahun tanpa ada perkembangan yang bermakna dalam ukuran otak. Mungkin berkaki dua membebaskan tangan sehingga dapat mengumpulkan makanan atau memlihara anak; pembuatan perkakas yang canggih terjadi setelahnya. Ahli biologi evolusi stephen Jay Gould mengatakan bahwa: “Manusia berdiri tegak dulu, setelah itu baru menjadi pintar.”
d.      Homo habilis
Pemebesaran otak manusia pertama kali terlihat jelas pada fosil yang umurnya setua masa akhir australopithesin, sekitar 2,5 juta tahun. Peralatan batu sederhana yang di buat oleh tangan kadang-kadang di temukan bersama-sama dengan fosil berotak besar, yang dinamai Homohabilis (“orang yang cekatan”). Setelah berjalan tegak paling tidak selama dua juta tahun, hominid akhirnya mulai menggunakan otak dan tangannya untuk membuat peralatan. Penyebaran hominid yang meliputi Homohabilis juga merupakan fokus perdebatan penting lain dalam paleoantropologi. Satu hipotesis mengemukakan bahwa penyebaran hominid terjadi sangat cepat (dari sekitar 2,8 sampai 2,5 juta tahun silam) dan merupakan peristiwa spesiasi yang di sebabkan oleh kekeringan di benua Afrika. Suatu hipotesis yang berkaitan menjelaskan tentang perubahan iklim global dan memperluas batasan waktu  periode tersebut dari 3 juta sampai 2 juta tahun yang lalu.
 Homohabilis hidup bersama selama sejuta tahun dengan Australopithecus yang berotak lebih kecil, Australopithecus robustus, yang dinamai demikian karena memiliki tubuh yang pendek gemuk dan tengkorak yang berat. Homo awal dan Australopithecus mungkin tidak bersaing secara langsung, meskipun ada kemungkinan keduanya mencari makan, memburu hewan, dan mengumpul kan buah-buahan dan sayuran.Menurut satu hipotesis mengenai asal mula manusia, anggota Australopithecus dan Homohabilis merupakan garis keturunan hominid yang berbeda, dimana keduanya sama terbelakang. Jika pandangan ini betul, maka  Australopithecus africanus merupakan garis silsilah evolusi yang berujung buntu, sementara H.habilis mungkin berada di jalur menuju manusia modern, yang menghasilkan Homo erectus pertama, yang kemudian menjadi Homo sapiens.
e.      Homo erectus dan keturunannya
Spesies apa yang pertama kali memperluas daya jangkau umat manusia dari tempat kelahirannya di Afrika ke belahan benua lainnya? Beberapa bukti fosil terbaru dari tempat-tempat di Eropa dan Asia menunjukan bahwa Homo habilis merupakan hominid pertama yang bermigrasi keluar dari Afrika, mungkin sejak 1,8 juta tahun silam. Namun demikian, menurut sebagian besar catatan, spesies yang lebih muda, Homo erectus (“orang tegak”), adalah hominid pertama yang melakukannya. Fosil yang di kenal sebagai Manusia Jawa dan Manusia Beijing adalah contoh-contoh spesies ini. Homo erectus hidup dari sekitar 1,8 juta tahun silam sampai sekitar 250.000 tahun silam. Fosil yang mliputi keseluruhan kisaran waktu itu di temukan di Afrika, dimana Homo erectus terus hidup dalam satu jaman dengan populasi Homo erectus di benua lain. Kita tidak perlu menggambarkan migrasi ini sebagai suatu perjalanan yang tergesa-gesa untuk mencari daerah baru, atau bahkan suatu perjalanan yang santai. Jika Homo erectus hanya sekadar memperluas daerah tinggalnya dari Afrika dengan kecepatan sekitar 1 mil per tahun, maka mereka hanya memerlukan sekitar 15.000 tahun untuk mencapai Jawa dan bagian Asia dan Eropa yang lain. Penyebaran secara perlahan-lahan dan bertahap tersebut mungkin bisa di kaitkan dengan suatu perubahan dalam pola makan sehingga membutuhkan proporsi daging yang lebih besar. Secara umum, hewan yang berburu membutuhkan wilayah geografis yang lebih luas di bandingkan dengan hewan yang hanya memakan tumbuhan.
Homo erectus bertubuh lebih tinggi di bandingkan dengan H.habilis dan memiliki kapasitas otak yang lebih besar. Selama 1,5 juta tahun keberadaan spesies tersebut, otak H.erectus bertambah menjadi sebesar 1200 cc, suatu kapasitas otak manusia modern. Inteligensia yang berkembang selama asal mula H.habils di Afrika memungkinkan manusia ini bertahan hidup dalam iklim yang lebih dingin di daerah utara, setelah migrasi di mulai. Homo erectus tinggal dalam gubuk atau gua, membuat api, membuat pakaiannya dari kulit hewan, dan merancang perkakas batu yang lebih halus daripada perkakas Homo habilis. Dalam adaptasi anatomis dan fisiologis, H.erectus kurang mampu untuk dapat hidup di luar daerah tropis akan tetapi mengatasi kekurangan dengan inteligensia dan kerja sama sosial.
Beberapa populasi H.erectus di Afrika, Asia, dan Australia (Indonesia, Papua Nugini, dan Australia) menghasilkan turunan yang beraneka ragam sesuai daerah masing-masing yang memiliki otak yang lebih besar lagi. Salah satu di antara keturunan H.erectus adalah Neanderthal, yang hidup di Eropa, Timur Tengah, dan beberapa daerah di Asia dari sekitar 130.000 tahun silam sampai sekitar 35.000 tahun sialm. (Mereka dinamai Neanderthal karena fosilnya pertama kali di temukan di Lembah Neander di Jerman.) Di bandingkan dengan kita, Neanderthal memiliki puncak kening yang sedikit lebih berat dan pipi yang kurang menonjol, tetapi otaknya, secara rata-rata, sedikit lebih besar dibandingkan dengan otak kita. Neanderthal adalah pembuat perkakas yang terampil, dan mereka berpartisipasi dalam penguburan dan ritual lain yang memerlukan pemikiran abstrak. Penelitian yang sangat baru pada tengkorak Neanderthal menimbulkan pertanyaan yang membingungkan: Apakah Neanderthal memiliki organ anatomis yang diperluakan untuk berbicara?
Fosil tertua setelah H.erectus yang diketahui, yang berumur lebih dari 300.000 tahun, di temukan di Afrika. Banyak ahli paleoantropologi mengelompokkan fosil Afrika ini bersama-sama dengan Neanderthal dan berbagai fosil Asia serta Australasia sebagai betuk terawal spesies kita, Homo sapiens. Keturunan H.erectus yang beragam sesuai daerah masing-masing ini kadang-kadang diacu sebagai “Homo sapiens primitif.”
f.        Kemunculan Homo sapiens: Dari Afrika... Tetapi Kapan?
Apa  nasib Neanderthal dan kerabatnya yang hidup di bagian dunia yang berbeda? Dalam pandangan beberapa ahli antropologi, Homo sapiens kuno ini menjadi manusia modern sepenuhnya. Menurut model tersebut, yang disebut dengan model multiregional, manusia modern berkembang secara paralel pada bagian dunia yang berbeda. Jika pandangan ini benar, maka keanekaragaman geografis manusia muncul relatif baru, ketika Homo erectus menyebar dari Afrika ke benua lain antara 1 dan 2 juta tahun silam. Model ini menjelaskan mengenai kemiripan genetik yang sangat besar pada semua manusia modern dengan cara menunjukan bahwa kawin silang yang kadang-kadang terjadi diantara populasi yang bertetangga selalu membuka jalan untuk terjadinya aliran gen pada keseluruhan daerah geografis umat manusia.
 Sejumlah ahli paleoantropologi, termasuk Christopher Stringer dari university of College, London, menerjemahkan catatan fosil itu secara berbeda dan telah mengusulkan suatu alternatif bagi model multiregional tadi.Perdebatan itu telah dipusatkan sebagian pada hubungan antara Neanderthal dan manusia modern Eropa dan Timur Tengah. Mungkin fosil Homo spesies modern yang paling terkenal tengkorak dan tulang belulang lain yang pada dasarnya mirip dengan tengkorak dan tulang-tulang manusia sekarang masih tetap merupakan sisa-sisa Cro-Magnon. Dinamai dari nama gua Prancis Cro-Magnon kira-kira berumu 35.000 tahun. Akan tetapi, fosil tertua Homo sapiens yang sepenuhnya modern, sekitar 100.000 tahun umurnya, di temukan di Afrika; fosil lain mirip dan hampir seumur juga telah di temukan di dalam gua di Israel. Fosil yang ditemukan di Israel itu di temukan tidak jauh dari gua-gua lain yang mengandung fosil mirip Neanderthal yang berumur sekitar 120.000 sampai 60.000 tahun.
Kedua jenis manusia ini ternyata hidup berdampingan di daerah ini selama paling tidak 40.000 tahun, sejak bentukmodern mulai muncul 100.000 tahun silam. Selain itu, menurut Stringer dan pendukungnya, keberadaan Neanderthal dan manusia modern yang tetap berada selama hidup berdampingan membuktikan bahwa kedua jenis manusia ini tidak saling mengawini. Jika interpretasi fosil Israel ini benar, maka Neanderthal dari daerah itu tidak mungkin merupakan leluhur manusia modern yang juga hidup di sana. Malahan, berdasarkan tulang belulang yang ditemukan di Israel dan data fosil lain, Stringer membuat dalih bahwa Neanderthal dan Homo sapiens primitif lain di luar Afrika adalah ujung garis evolusi yang buntu.
Dengan demikian, Stringer merupakan salah satu di antara para ahli antropologi yang mengajukan teori bahwa manusia modern berkembang pertama kali dari Homo erectus di Afrika,yang kemudian bermigrasi ke benua lain, dan menggatikan Neanderthal dan keturunan regional lain H.erectus. model ini,yang di sebut sebagai model”keluar dari Afrika” atau model monogenesis,sangat berlawanan dengan model multiregional. Menurut model monogenesis, manusia modern tidak muncul di berbagai bagian dunia yang berbeda, tetapi hanya di Afrika, asal penyeberan manusia modern baru-baru ini .Jika pandangan ini benar, maka keanekaragaman geografis manusia modern terjadi hanya dalam kisaran waktu 100.000 tahun yang lalu (dibandingkan dengan paling tidak 1 juta tahun dalam model multiregional). Bagi Stringer, argumen terkuat untuk suatu genesis manusia modern yang hanya terdapat di Afrika adalah bahwa hana fosil Afrika yang mencatat transisi lengkap dari Homo sapiens primitif hngga menjadi manusia modern.
Pada akhir tahun1980-an, Rebecca Cann dan para ahli genetika lainnya di laboratorium almarhum Allan Wilson di University of California, Barkeley, membuat berita dengan hasil penelitian yang tampaknyamendukung model monogenesis mengenai asal mula manusia. Alih – alih menggali tanah untuk mencari tulang,kelompok Wilson ini memeriksa DNA manusia hidup untuk mencari petunjuk mengenai leluhurnya. Secara spesifik,para peneliti ini membandingkan DNA mitokondria (mtDNA) suatu sampel multietnik yang terdiri dari lebih dari 100 oramg yamg mewakili empat benua. Semakin besar perbedaan antara mtDNA dua orang, semakin jauh di masa lalu mtDNA itu memisah dari sumber yang sama. Dengan menggunakan komputer untuk menganalisis datanya, para ahli genetika itu melacak sumber semua mtDNA manusia kembali ke Afrika. Yang mengejutkan adalah perhitungan bahwa pemisahan mtDNA dari sumber yang sama ini dimulai hanya 200.000 tahun silam, terlalu terlambat untuk menggambarkan penyebaran Homo erectus. Pendukung model monogenesis senang dengan bukti genetik bagi penyebaran kedua yang lebih belakang dari manusia Afrika dalam bentuk manusia modern.
Pada tahun 1992, beberapa peneliti menantang interpretasi kelompok Berkeley mengenai data mtDNA itu. Yang menjadi pokok masalah adalah metode yang digunakan untuk membangun pohon filogenetik dari perbandingan mtDNA dan kehandalan perubahan dalam mtDNA sebagai jam molekuler untuk penentuan waktu titik percabangan pada pohon-pohon silsilah tersebut. Kecaman itu memacu para pendukung model multiregional, yang terus berpendapat  bahwa evolusi multiregional manusia modern lebih sesuai dengan  bukti-bukti fosil dibandingkan dengan monogenesis manusia Afrika. Para saintis ini menginterpretasikan fosil tertentu pada berbagai bagian dunia sebagai persambungan antara versi regional Homo sapiens primitif dan manusia sekarang yang merupakan penduduk asli benua itu.
Perdebatan mengenai asal usul manusia modern terus berlangsung, sebagian besar disusul oleh kajian-kajian molekuler. Memperkuat kasus penyebaran manusia modern dari Afrika, satu kelompok peneliti telah menemukan keanekragaman genetik yang lebih besar didalam populasi Afrika disebelah selatan Sahara dibandingkan dengan dibagian dimanapun di dunia ini. Hasil itu diprediksi oleh hipotesis bahwa manusia modern berasal dari Afrika bagian selatan dan dengan demikian memiliki sejarah keanekaragaman genetik yang lebih lama didaerah itu. Jika populasi didaerah lain mulai ada karena migrasi setelah itu, maka efek peneliti dan hanyutan geneti (generic drift) dapat merupakan faktor penyebab keanekaragaman genetik yang lebih kecil tersebut.
Dalam suau kajian yang lebih baru, para ahli sistematika molekuler mendapatkan sampel mtDNA dari fosil Neanderthal yang terawetkan dengan sangat baik di Eropa. Setelah upaya yang sangat teliti dan hati-hati untuk mencegah kontaminasi mtDNA oleh DNA dari sumber lain, mereka menggunakan reaksi rantai polimarase (PCR-polimerase chain reaction) untuk memperbanyak DNA yang sedikit itu dan menghasilkan cukup banyak DNA untuk di bandingkan dengan DNA manusia hidup. Analisis mereka menunjukan bahwa individu Neandertrhal secara genetik sangat berbeda dari orang Eropa modern. Hasil ini mendukung model monogenesis, tetapi generalisasi tidak dapat di ambil dari satu spesimen. Namun demikian, kajian DNA dari kromosom Y manusia modern juga memberikan dukungan bagi skenario “keluar dari Afrika” itu. Sebaliknya, peneliti lain menunjuk ke populasi manusia kuno di Asia sebagai sumber gen yang mengkode beberapa protein darah. Kemungkinan, seperti yang telah di usulkan oleh beberapa peneliti, suatu model intermediet untuk asal usul manusia modern jauh lebih realistik di bandingkan dengan model monogenesis dan model multiregional itu: H. Speies modern mungkin merupakan hasil perpindahan keluar dari Afrika dan juga mengandung beberapa sumbangan genetik dari kelompok primitif non-Afrika.
g.      Evolusi Kultural : Kekuatan Baru dalam Sejarah Kehidupan
Suatu postur tegak merupakan perubahan anatomis yang paling radikal dalam evolusi manusia; kondisi ini memerlukan permodelan ulang penting pada kaki; pelvis, dan tulang belakang. Pembesaran otak merupakan perubahan sekunder yang dapat terjadi dengan cara memperlama periode pertumbuhan tengkorak dan isinya. Otak fetus mamalia nonprimata tumbuh dengan cepat, tetapi pertumbuhannya umumnya melambat dan berhenti tidak lama setelah lahir. Otak primata terus tumbuh setelah lahir; dan periode pertumbuhan berlangsung lebih lama pada manusia dibandingkan pada primata lainnya. Periode pertumbuhan manusia yang diperlama ini juga memperpanjang waktu pengasuhan anak oleh orang tua, yang turut memberikan anak kemampuan untuk mengambil keuntungan dari pengalaman generasi sebelumnya. Inilah dasar kebudayaan penyampaian pengetahuan yang terakumulasi selama beberapa generasi. Cara utama penerusan ini adalah bahasa, baik tertulis maupun lisan.
Evolusi kultural berlangsung terus menerus, yang terdiri atas tiga tahapan utama. Tahapan pertama dimulai dengan pengembara yang terburu dan mengumpulkan makanan dipadang rumput Afrika 2 juta tahun silam. Mereka membuat perkakas, mengatur aktivitas bersama, dan membagi-bagi tugas dan kerjaan. Tahapan kedua datang bersama perkembangan pertanian di Afrika, Eurasia, dan Amerika sekitar 10.000 sampai 15.000 tahun silam. Bersama-sama dengan adanya kegiatan pertanian, pemukiman tetap dan kota pertama mulai muncul. Tahapan utama ketiga dalam evolusi kultural manusia adalah Revolusi Industri, yang dimulai pada abad kedelapan belas. Sejak itu, teknologi baru telah meningkat secara eksponensial; satu generasi  saja sudah mencakup peristiwa penerbangan Wright bersaudara dan perjalanan Neil Armstrong di bulan. Melalui semua evolusi kultural ini, dari pemburu dan pengumpul sederhana sampai masyarakat berteknologi tinggi, koita masih belum banyak berubah secara biologis. Mungkin kita tidak lebih cerdas dari nenek moyang kita di gua-gua Afrika dan Eurasia. Pembuat perkakas yang sama yang dulu memahat batu sekarang mengukir mikro-chip. Pengetahuan untuk membangun pencakar langit, komputer, dan pesawat angkasa bukan disimpan di dalam gen kita tetapi didalam produk kumulatif ratusan generasi pengalaman manusia, yang diteruskan oleh orang tua, guru, buku-buku, dan akhir-akhir ini oleh peralatan elektronik.
Evolusi otak manusia mungkin saja secara anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan perolehan postur berdiri tegak, tetapi konsekuensi pembesaran otak sangat luar biasa besarnya. Evolusi kultural menjadikan Homo sapiens suatu kekuatan baru dalam sejarah kehidupan suatu spesies yang dapat menantang dan mengatasi keterbatasan fisiknya dan mengambil jalan pintas evolusi biologis. Kita tidak harus menunggu untuk beradaptasi dengan suatu lingkungan melalui seleksi alam; kita cukup mengubah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan  kita. Kita adalah orang yang paling banyak jumlahnya dan yang paling tersebar diantara semua hewan besar, dan kemana pun kita pergi, kita membawa perubahan lingkungan. Tidak ada yang baru mengenai perubahan lingkungan. Seperti telah kita lihat diseluruh unit ini, sejarah kehidupan adalah cerita evoplusi biologis pada suatu planet yang sedang berubah. Akan tetpi, tampaknya tidak mungkin ada perubahan lain yang terjadi secepat perubahan pada masa manusia. Evolusi kultural jauh melebihi laju evolusi biologis. Kita sedang mengubah dunia lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan spesies apapun; laju kepunahan pada abad kedua puluh 50 kali lebih besar dibandingkan dengan laju kepunahan rata-rata selama 100.000 tahun yang lalu.
Laju kepunahan yang cepat ini terutama disebabkan oleh perusakan habitat, yang merupakan suatu fungsi perubahan kultural manusia dan kelebihan penduduk. Makanan, pakaian, dan perumahan bagi sekitar 6 milyar penduduk Bumi saat ini menimbulkan tekanan yang sangat besar dalam kapasitas bumi untuk menopang kehidupan. Jika semua penduduk ini tiba-tiba mengambil standar kehidupan yang tingggi seperti yang dinikmati oleh banyak orang dinegara yang sudah berkembang, terdapat kemungkinan bahwa sistem pendukung bumi akan kelebihan beban. Sebagai contoh, laju konsusmsi bahan bakar fosil saat ini terutama oleh negara-negara yang sudah berkembang, sudah sedemikian besarnya sehingga buangan karbon dioksida mungkin bisa menyebabkan peningkatan suhu atmosfer yang cukup untuk mengubah iklim dunia. Saat ini bukan hanya sekedar individu spesies, tetapi keseluruhan ekosistem, atmosfer global dan lautan,
D.    Evolusi Manusia
Evolusi manusia, atau Anthropogenesis, merupakan bagian dari evolusi biologi yang mengenai munculnya homo sapiens. Ini merupakan subyek yang luas penyelidikan ilmiah yang berusaha memahami dan menjelaskan bagaimana perubahan ini terjadi. Studi dari evolusi manusia meliputi berbagai ilmu pengetahuan, terutama fisik antropologi, linguistik dan genetika. Beberapa typological spesies Homo telah berkembang. Termasuk Homo erectus yang menghuni Asia dan Homo neanderthalensis yang menghuni Eropa. Archaic Homo sapiens berevolusi antara 400.000 dan 250.000 tahun yang lalu.
Studi genetik menunjukkan bahwa primata bercabang (memisahkan diri) dari mamalia lain sekitar 85 juta tahun yang lalu pada periode Kapur Akhir, dan fosil paling awal muncul di era Paleosen, sekitar 55 juta tahun yang lalu. Keluarga Hominidae bercabang (memisahkan diri) dari keluarga Hylobatidae (Ungka) 15 sampai dengan 20 juta tahun yang lalu, dan sekitar 14 juta tahun yang lalu, Ponginae (orangutan), bercabang (memisahkan diri) dari keluarga Hominidae. Bipedalisme adalah adaptasi dasar dari garis suku hominini, bipedal awal hominin diduga salah satu Sahelanthropus atau Orrorin, bersama Ardipithecus, bipedal penuh muncul kemudian. Gorila dan simpanse memisahkan diri sekitar waktu yang sama, sekitar 4-6 juta tahun yang lalu, Sahelanthropus atau Orrorin mungkin nenek moyang terakhir manusia dengan dengan mereka (gorila dan simpanse). Bipedal awal akhirnya berkembang menjadi australopithecine dan kemudian berkembang lagi menjadi genus Homo.
Dokumentasi awal dari genus Homo adalah Homo Habilis yang berevolusi sekitar 2,3 juta tahun yang lalu; spesies yang dipercaya telah menggunakan alat-alat dari batu. Volume otak dari homininid awal seukuran dengan simpanse. Selama jutaan tahun berikutnya proses ensefalisasi dimulai, dimasukkannya Homo Erectus dalam catatan fosil, kapasitas tengkorak telah dua kali lipat menjadi 850 cm3. Homo erectus dan Homo ergaster adalah homininae awal yang meninggalkan Afrika, dan spesies ini menyebar melalui Afrika, Asia, dan Eropa antara 1,3 juta – 1,8 juta tahun yang lalu. Homo rhodesiensis, atau Homo antecessor dan bermigrasi keluar benua Afrika sekitar 50.000 sampai 100.000 tahun yang lalu, menggantikan populasi lokal Homo erectus, Homo Denisova, Homo floresiensis, dan Homo neanderthalensis.
Homo sapiens kuno, leluhur manusia modern secara anatomis, berevolusi antara 400.000 dan 250.000 tahun yang lalu. Bukti DNA terbaru menunjukkan bahwa beberapa haplotipe asal Neanderthal hadir di antara semua populasi non-Afrika; dan Neanderthal serta hominid lainnya, seperti Hominin Denisova mungkin telah berkontribusi hingga 6% dari genom mereka untuk manusia masa kini. Manusia beranatomi modern berevolusi dari Homo sapiens kuno di era pertengahan Paleolitikum sekitar 200.000 tahun yang lalu. Transisi ke perilaku modern dengan perkembangan budaya simbolik, bahasa, dan teknologi batu terjadi sekitar 50.000 tahun yang lalu menurut banyak antropolog meskipun ada beberapa antropolog meyakini perubahan kebiasaan tersebut terjadi bertahap dalam jangka waktu yang lebih lama.
1.      Perbandingan Antara Manusia Primate, Manusia Purba, Dan Manusia Modern
a.     Primata.
Pada tahun 1871, Charles Darwin menerbitkan bukunya yang berjudul The Descent Of Man yang berisi tentang asal usul manusia. Pendapat Darwin tersebut didasarkan atas adanya hubungan kekerabatan antara manusia dengan primata. Hubungan kekerabatan tersebut juga dapat dilihat antara manusia (Hominidae) dan orang utan (Pongidae). Di antara bentuk persamaan tersebut dapat Anda lihat struktur tubuhnya, antara lain:
·        Mata menghadap ke depan;
·        Memilki kelenjar susu yang terletak di dada;
·        Memiliki struktur, jumlah, dan macam kerangka yang sama;
·        Organ darah mempunyai susunan kimia yang sama
·        Bentuk rahim dengan tipe simpleks.

Selain persamaan di atas, juga terdapat perbedaan antara keduanya. Perbedaan tersebut dapat Anda lihat pada Tabel di bawah ini :
Perbedaan Antara Manusia (Hominidae) dan Orang Utan (Pongidae)

Struktur Tubuh

Manusia (Hominidae)

Orang Utan (Pongidae)

Kedudukan tengkorak

Tepat di ujung tulang belakang

Sebelah depan ujung tulang belakang

Rahang

Berbentuk seperti huruf V

Berbentuk seperti huruf U

Gigi

Ukuran dan tinggi sama

Ukuran dan tinggi tidak sama

Tulang belakang

Tegak dan kuat

Bengkok

Tangan
Lebih pendek dari kaki

Lebih panjang dari kaki

Kaki

Untuk berjalan

Untuk berjalan dan memegang

Ibu jari kaki

Tidak dapat bergerak bebas

Dapat bergerak bebas

Pelvis

Lebar dan kuat

Sempit dan memanjang






b. Manusia purba.
Fosil manusia purba ditemukan di berbagai tempat. Penemuan tersebut dapat menunjukkan suatu perbandingan dan mengetahui perkembangan evolusi yang terjadi. Di antara penemuan yang ada adalah sebagai berikut.
1.      Manusia kera Afrika Selatan.
Beberapa fosil manusia kera dari Afrika Selatan ditemukan oleh Raymond Dart (1829 – 1924). Beberapa penemuan tersebut antara lain Australopithecus africanus, Paranthropus robustus, Plesianthropus transvelensis. Menurut Raymond Dart, manusia kera Afrika Selatan memiliki karakteristik antara lain:
·        Dapat berdiri tegak dan berjalan dengan dua kaki;
·        Memiliki tinggi badan kurang lebih 1,5 meter;
·        Memiliki volume otak hanya sekitar 450 – 600 cm3;
·        Habitat hidup di tempat terbuka.
2.       Manusia Kera Afrika Timur.
Fosil ini ditemukan oleh Leakey dan diberi nama Australopithecus boisai yang memiliki ciri-ciri antara lain berbadan lebih kekar, gigi, dan tulang rahang lebih kuat. Penemuan lain adalah jenis Australopithecus habilis yang memiliki ciri-ciri antara lain:
·        Memiliki volume otak yang lebih besar dibandingkan manusia kera Afrika yang lain yaitu ± 650 cm3, sehingga intelegensinya lebih tinggi;
·        Sudah menggunakan alat bantu untuk memotong dari batu.
3.      Manusia Jawa.
 Fosil manusia Jawa ditemukan oleh Eugene Dubois, yang merupakan ahli anatomi dan geologi dari Belanda. E. Dubois menemukan fosil tersebut di daerah Trinil, Jawa Timur pada tahun 1894.
Penemuan ini dilakukan oleh C.R. Von Koenigswald di daerah Mojokerto dan Sangiran. Hasil penemuan Koenigswald tersebut diberi nama Pithecanthropus erectus. Manusia Jawa yang ditemukan tersebut memiliki ciri-ciri antara lain:
·        Dapat berdiri dan berjalan dengan dua kaki;
·         Memiliki volume otak kurang lebih 770 – 1000 cm3;
·        Dapat berkomunikasi dengan berbicara;
·        Dapat membuat alat berburu dan menggunakan api;
·        Hidup kurang lebih 500.000 s.d. 300.000 tahun yang lalu.
4.      Manusia Peking
Penemuan fosil manusia purba dilakukan oleh Davidson Black (Canada) dan Franz Weiden Reich (Amerika) pada tahun 1920. Penemuan manusia purba tersebut berada di Gua Kapur, Peking. Hasil penemuan tersebut diberi nama Sinanthropus pekinensis. Ciri-ciri manusia Peking tersebut antara lain:
·        Memiliki volume otak yang agak besar yaitu kurang lebih 900–1200 cm3;
·        Diperkirakan hidup sekitar 500.000 tahun yang lalu;
·        Mampu menggunakan senjata dan perkakas dari tulang dan batu;
·        Sudah menggunakan api;
·         Mempunyai kebudayaan yang lebih maju.
5.      Homo sapiens.
 Penemuan homo sapiens oleh eugene dubois yaitu homo wajakensis yang ditemukan di desa wajak, jawa timur pada tahun 1889. Spesies ini diperkirakan hidup kurang lebih 40.000 tahun.
C.    Manusia Modern
Manusia modern memiliki ciri-ciri antara lain:
·        Memiliki volume otak ± 1400 – 1500 cm3;
·        Memiliki tinggi badan ± 1,6 m;
·        Memiliki peradaban yang maju
·        Mempunyai peralatan yang lebih baik;
·        Suka berburu;
·        Sudah terdapat hubungan sosial dan upacara ritual;
·        Diperkirakan hidup sekitar 100.000 – 40.000 tahun yang lalu.
Dari ciri-ciri tersebut, Anda dapat melihat suatu perkembangan terjadi menuju bentuk manusia yang lebih baik. Dari penjelasan mengenai berbagai sejarah evolusi manusia tersebut, Anda akan memiliki gambaran tentang perkembangan dari generasi ke generasi sehingga membentuk manusia yang lebih sempurna seperti sekarang.

BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Perkembangan Primata primitif ke Primata maju, meliputi:
·        Hubungan antara tulang vertebra dan tengkorak mengalami perubahan yang berangsur-angsur menuju titik berat tengkorak
·        Bola mata pada organisme non primata tidak mempunyai tulang yang
meliputinya. Tetapi pada kera dan manusia, mata sudah sepenihnya ter-lindung.
·        Ujung jari bercakar berangsur-angsur berubah menjadi kuku.
·        Kehidupan arboreal menyebabkan fungsi tangan lebih penting daripada kaki.
·        Volume otak mengalami perubahan pesat.
Perkembangan evaluasi Primata:
·          Prosimian Modern, termasuk lemur dan loris, sekarang hidup di pulau
Madagaskar, tarsier (binatang hantu), hidup di Asia Selatan dan Indonesia
(daerah pantai Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra).
·        Ceiboidea (Monyet Dunia Baru), Ceboidea terbagi menjadi dua family,
yakni callithricidae dan Cebidae.
·        Cercopithecoidea (Monyet Dunia Lama), Monyet-moyet dunia lama
diklasifikasikan dalam satu famili yakni Cercopithecidae yang terbagi menjadi 2 sub famili yaitu cercopithecinae (moyet babon) dan colobinae
(monyet pemakan daun).
·        Hominoidea, kelompok ini muncuk pada zaman Paleosin. Selama Miosin
awal radiasi Hominoidea bercabang menjadi dua yakni Anthropoidea (kera) dan Hominidea (keluarga manusia).
Evolusi makhluk – makhluk pra –Homo sapiens dapat digolongkan menjadi dua bagian besar, yakni:
·        Berdasarkan hubungan kekerabatan antara manusia, hewan evolusioner pra homo sapiens secara garis besar mengalami 4 perkembangan yaitu :
Ø  Famili Tupaiidae, yakni golongan hewan pemakan
serangga.
Ø  Famili Lemuroidae, termasuk di dalamnya adalah jenis
binatang setelah kera. Misalnya Tarsius spectrum (binatang
hantu).
Ø  Famili Pongidae
Ø  Famili Homonidae
·        Evolusi pra - Homo sapiens berdasarkan hasil penemuan fosil yang ditemukan di berbagai lapisan dunia. Berdasarkan fosil yang ditemukan diperkirakan kehidupan manusia dimulai lebih kurang 25 juta tahun lalu yang tersebar menjadi 3 zaman, yakni:
Zaman Miosin (25 – 10 juta tahun yang lalu)
·        Tingkat pertama, yakni Plipithecus.
·        Tingkat kedua, Proconsul, yakni kera purba yang hidup sekitar 25 -15 juta tahun yang lalu.
·        Tingkat ketiga, Dryopithecus, yakni kera raksasa yang hidup sekitar 15 – 10 juta tahun yanglalu.
·        Tingkat keempat, Ramapithecus, yakni primata paling purba yang pada umumnya dianggap sebagai leluhur manusia. Hidup sekitar 15 -10 juta yang lalu.
Zaman Pliosin (10 – 2 juta tahun yang lalu)
·        Tahap kelima, Australopithecus afarensis, hidup sekitar 5 juta tahun yang lalu.
·        Tahap keenam, Australopithecus africanus
Zaman Pleistosin (2 juta tahun yang lalu sampai sekarang)
·        Tahap ketujuh, Australopithecus robustus
·        Tahap kedelapan, Australopithecus boisei, diduga hidup 1,5 juta tahun yang lalu.
·        Tahap kesembilan, Homo habilis, hidup sekitar 2 – 1,5 juta tahun yang lalu.
·        Tahap kesepuluh, Homo erectus, diduga hidup pada 1,5 – 0,5 juta tahun yang lalu. Makhluk ini di temukan diberbagai tempat, antara lain: Pithecanthropus erectus (manusia jawa), Pithecanthropus pekinensis (Sinathropus pekinensis) (manusia Cina), Meganthropus Palaeojavanicus (Manusia Raksasa Jawa), dan Manusia heidelberg yang ditemukan di Jerman
·        Tahap kesebelas, munculnya makhluk yang dinamakan Homo sapiens purba, yakni makhluk yang hidup sekitar 400.000 tahun yang lalu.
·        Tahap keduabelas, adalah munculnya Homo sapiens neanderthalesis (Manusia Lembah Neander (Neanderthal)) , yakni makhluk yang diduga hidup pada masa antara 75.000 – 10.000 tahun yang lalu.
·        Tahap ketiga belas, yakni munculnya manusia Cro-Magnon. Makhluk ini merupakan Hominidae (manusia) purba termodern. Diduga hidup 10.000 – ribuan tahun yang lalu.
·        Tahap keempat belas, yakni munculnya Homo sapiens-sapiens (manusia modern). Tidak pasti benar kapan munculnya manusia modern, namun para peneliti ada yang beranggapan bahwa manusia modern muncul sejak sekitar 2.000 tahun Sebelum Masehi.
sPerbandingan Antara Manusia Primate, Manusia Purba, Dan Manusia Modern
Hubungan kekerabatan tersebut juga dapat dilihat antara manusia (Hominidae) dan orang utan (Pongidae). Di antara bentuk persamaan tersebut dapat Anda lihat struktur tubuhnya, antara lain:
·        Mata menghadap ke depan;
·        Memilki kelenjar susu yang terletak di dada;
·        Memiliki struktur, jumlah, dan macam kerangka yang sama;
·        Organ darah mempunyai susunan kimia yang sama
·        Bentuk rahim dengan tipe simpleks.
Perbedaan Manusia dengan orang utan
Struktur Tubuh

Manusia (Hominidae)

Orang Utan (Pongidae)

Kedudukan tengkorak

Tepat di ujung tulang belakang

Sebelah depan ujung tulang belakang

Rahang

Berbentuk seperti huruf V

Berbentuk seperti huruf U

Gigi

Ukuran dan tinggi sama

Ukuran dan tinggi tidak sama

Tulang belakang

Tegak dan kuat

Bengkok

Tangan
Lebih pendek dari kaki

Lebih panjang dari kaki

Kaki

Untuk berjalan

Untuk berjalan dan memegang

Ibu jari kaki

Tidak dapat bergerak bebas

Dapat bergerak bebas

Pelvis

Lebar dan kuat

Sempit dan memanjang


B.     Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca memahami bagaimana terjadinya evolusi primata dan manusia, para pembaca juga diharapkan mampu memahami isi dari makalah evolusi primata dan manusia.
      Akan tetapi makalah kami masih jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan guna pembuatan makalah yang lebih baik lagi berikutnya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

problem pendidikan biologi dan solusi

BAB  I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar, terencana, sistematis dan berlangsung terus mene...