Rabu, 13 Maret 2019

Evolusi hewan invertebrate


1 Evolusi hewan invertebrate
Dari evolusi invertebrata dapat diketahui bahwa evolusi vertebrata berasal dari nenek moyang berupa Echinodermata (kulit berduri). Echinodermata akan berkembang menjadi Echinodermata modern yang ada sekarang ini, misalnya bintang laut, bulu babi.
Sebagai organisme multiseluler, invertebrata mewakili beberapa langkah di sepanjang jalan menuju kompleksitas organisasi yang membuat kebanyakan organisme seperti sekarang ini.
Kehidupan pertama berevolusi dalam bentuk sel tunggal dalam air. Invertebrata adalah beberapa contoh awal organisme multiselular yang berevolusi dalam air. Invertebrata mengatur jalan bagi evolusi organisme lain saat transformasi sederhana mulai terjadi. Perubahan sederhana ini menyebabkan makhluk kompleks berbentuk vertebrata.
Dalam sistematika awal, binatang mencakup banyak organisme bersel tunggal yang dikelompokkan sebagai Protozoa karena sifat heterotrof dan bergerak aktif (motil). Pengelompokan ini terus dianut hingga pertengahan abad ke-20 dan hingga sekarang masih dipakai untuk kepentingan praktis. Ketika orang mulai menganggap bahwa organisme bersel satu tidak memiliki organisasi jaringan, dibentuklah kelompok protista yang menghimpun semua organisme sederhana yang berperilaku mirip binatang (bergerak, heterotrof).
Perkembangan biologi sejak separuh akhir abad ke-20 telah menunjukkan bahwa banyak organisme bersel satu tidak dapat lagi dipertahankan sebagai binatang. Ke dalam "binatang" dimasukkan semua organisme bersel banyak yang sel spermanya memiliki kesamaan struktur dengan koanosit, suatu sel generatif primitif. Selain itu, penerapan konsep evolusi dan kladistik telah mengubah banyak organisasi sistematika hewan. Proses reklasifikasi ini sampai sekarang masih terus berjalan.
Menurut para ahli, terbentuknya hewan-hewan di muka bumi ini dimulai dari zigot bersel satu yang mengalami pembelahan sel dan sel tersebut akan bertambah banyak yang terbentuk menyerupai bola. Bentuk seperti bola tersebut akan mengalami perkembangan, yaitu akan melekuk ke dalam sehingga akan terbentuk dua lapisan, yaitu ektoderm (lapisan luar) dan endoderm (lapisan dalam). Ektoderm dalam masa perkembangannya membentuk bagian-bagian tubuh tertentu, yaitu epidermis, kulit, dan sistem saraf, sedangkan lapisan endoderm akan berkembang menjadi sistem pencernaan dan kelenjarnya. Ada beberapa hewan yang berkembang pada tingkat kedua lapisan ini yang dinamakan diplobastik. Adapun yang termasuk golongan hewan ini adalah Porifera dan Coelenterata. Di antara kedua lapisan, yaitu ektoderm dan endoderm akan berkembang dan terbentuk lapisan mesoderm. Lapisan mesoderm akan berkembang membentuk bagian tubuh yang menjadi otot, sistem reproduksi, sistem sirkulasi, dan sistem ekskresi. Golongan hewan yang berkembang pada ketiga tingkat lapisan ini dinamakan  triplobastik. Golongan hewan ini adalah Platyhelminthes dan Nemathelminthes.
Dari hasil penelitian diketahui pada Platyhelminthes belum mempunyai rongga tubuh, yaitu terlihat tubuhnya padat, tanpa rongga antara usus dan tubuh terluar sehingga digolongkan sebagai triplobastik aselomata (selom = rongga tubuh). Adapun pada Nemathelminthes mempunyai rongga tubuh semu, yaitu mesoderm belum membentuk rongga yang sesungguhnya karena tampak pada mesoderm belum terbagi menjadi lapisan dalam dan lapisan luar, yang dinamakan dengan triplobastik pseudoselomata dan yang mempunyai rongga tubuh dinamakan triplobastik selomata karena mesodermnya sudah dipisahkan oleh rongga tubuh yang terbentuk menjadi dua lapisan, yaitu dalam dan luar. Termasuk golongan hewan ini adalah Annelida sampai Chordata.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa terbentuknya hewan dimulai dari Protozoa kemudian Porifera, Coelenterata, sampai pada tingkat Mamalia. Jadi, hewan tersebut mengalami perkembangan dari satu sel menjadi banyak sel hingga terbentuk triplobastik aselomata, pseudoselomata, sampai selomata. Hewan yang digolongkan dalam kelompok Avertebrata memiliki persamaan ciri, yaitu tidak mempunyai ruas-ruas tulang belakang (vertebrae). Jika kita amati, golongan hewan ini memiliki pola organisasi tubuh yang agak sederhana, dibandingkan dengan kelompok hewan Vertebrata. Dengan dasar inilah hewan-hewan ini dianggap primitif atau merupakan bentuk-bentuk paling awal dari kehidupan yang telah mengalami sedikit perubahan. Adapun kelompok invertebrata yaitu filum forifera , Coelenterata, Platyhelminthes ,Nemathrlminthes , Echinodermata ,Annelida , Molusca ,Antropoda sebagai berikut  :


1).Filum Porifera
porifera adalah suatu hewan invertebrata yang tidak mempunyai jaringan sejati (parazoa), tanpa organ serta jaringan yang tidak terspesialisasi dan juga tubuhya mempunyai terdapat banyak pori.
Description: Hasil gambar untuk Filum Porifera
Klasifikasi:
§  Hexactinellida
Memiliki spikula yang tersusun dari silika. Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat. Contohnya adalah Euplectella.
§  Demospongiae
Memiliki rangka yang tersusun dari serabut sponging. Tubuhnya berwarna cerah karena mengandung pigmen amoebosit. Pigmen ini berfungsi untuk melindungi tubunya dari sinar matahari. Bentuk tubuhnya tidak beraturan. Contoh: Hippospongia
§  Calcarea
Memiliki rangka yang tersusun dari kalsium karbonat. Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk seperti vas bunga,dompet,kendi. Contoh spesies: Sycon raphanus
2) Coelenterata

Coelenterata (dalam bahasa yunani, coelenteron = rongga) adalah invertebrata yang memiliki rongga tubuh.Rongga tubuh tersebut berfungsi sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler).Coeleanterata disebut juga Cnidaria (dalam bahasa yunani, cnido = penyengat) karena sesuai dengan cirinya yang memiliki sel penyengat.Sel penyengat terletak pada tentakel yang terdapat disekitar mulutnya.
Coelenterata memiliki struktur tubuh yang lebih kompleks.Sel-sel Coelenterata sudah terorganisasi membentuk jaringan dan fungsi dikoordinasi oleh saraf sederhana.
Kelas-kelas yang termasuk dala filum Coelenterata adalah:
  • Hydrozoa
Hydrozoa adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Cnidaria. Sebagian besar hewan Hydrozoa hidup di laut dan berkoloni. Siklus hidup sebagian besar Hydrozoa mencakup tahap polip yang aseksual dan tahap medusa yang seksual. Contoh hewan: Hydra

  • Scyphozoa
Ubur-ubur adalah sejenis binatang laut yang termasuk dalam kelas Scyphozoa. Tubuhnya berbentuk payung berumbai, dapat membuat gatal pada kulit bila tersentuh. Bereproduksi secara aseksual dan seksual. Contoh spesiesnya: Chrysaora fruttescens
  • Anthozoa
Anthozoa berarti hewan yang bentuknya seperti bunga atau hewan bunga, yang meliputi anemon laut serta hewan-hewan karang. Anthozoa hidup sebagai polip. Contoh spesies: Anemon laut

3).Filum Platyhelminthes
Platyhelminthes sering disebut cacing pipih karena tubuhnya berbentuk pipih seperti pita. Tubuh hewan ini tidak bersegmen, mempunyai mulut, tetapi tidak mempunyai anus
Description: Hasil gambar untuk Platyhelminthes

Klasifikasi:
  • Turbellaria
Tubellaria atau juga disebut Cacing Berambut Getar adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Platyhelminthes. Salah satu contoh Tubellaria adalah Planaria sp.Cacing ini bersifat karnivor dan dapat ditemukan di perairan, genangan air, kolam, atau sungai. Biasanya cacing ini menempel dibatuan atau di daun yang tergenang air. Beberapa Turbellaria melakukan gerakan berombak untuk berenang di air. Contoh spesies: Planaria
  • Trematoda
Trematoda atau disebut juga Cacing Isap adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Platyhelminthes.  Jenis cacing Trematoda hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Tubuhnya dilapisi dengan kutikula untuk menjaga agar tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya dan mempunyai alat pengisap dan alat kait untuk melekatkan diri pada inangnya. Contoh anggota Trematoda adalah Fasciola hepatica (cacing hati). Cacing ini hidup di hati ternak kambing, biri-biri, sapi, dan kerbau. Contoh spesies: Fasciola hepatica
  • Cestoda
Tubuh cestoda dilapisi kutikula dan terdiri dari bagian anterior (skoleks),leher (stobilus),rantai, proglotid. Contoh spesies: Taenia solium

4).Filum  Nemathelmintes.
Nemathelminthes mempunyai tubuh berbentuk bulat panjang dan tidak bersegmen. Hewan ini mempunyai mulut dan anus. Kebanyakan Nemathelminthes hidup bebas. Ada beberapa yang hidup secara parasit. Contoh anggota Nemathelminthes yaitu cacing tambang dan cacing perut
Description: Hasil gambar untuk Nemathelminthes.
5).Filum Annelida
kelompok hewan dengan bentuk tubuh seperti susunan cincin, gelang-gelang atau ruas-ruas. Istilah kata Annelida berasal dari bahasa Yunani dari kata annulus yang berarti cincin, dan oidos yang berarti bentuk. Annelida merupakan cacing dengan tubuh bersegmen, tripoblastik dengan rongga tubuh sejati (hewan selomata) dan bernapas melalui kulitnya.
Description: Hasil gambar untuk Annelida
Klasifikasi:
  • Polychaeta
Polyhaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung (parapodia) pada setiap segmen tubuhnya. Parapodia berfungsi sebagai alat gerak. Parapodia juga mengandung pembuluh darah halus yang berfungsi untuk bernapas. Setiap parapodium memilki beberapa rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin. Contoh spesies: Nereis acutifolia
  • Oligochaeta
Oligochaeta ini memiliki rambut yang sedikit. Oligochaeta tidak memiliki parapodia., namun memiliki setqa pada tubuhnya yang bersegmen. Contoh spesies : Pheretima
  • Hirudinae
Hirudinea tidak memiliki parapodia maupun seta pada segmen tubuhnya. Pada segmen diujung posteriordan anterior terdapat alat penghisap. Alat penghisap digunakan untuk bergerak dan menempel. Sebagian besar Hirudinea merupakan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya. Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan Hirudo (lintah). Contoh : Hirudo

6).Filum molusca
adalah kelompok hewan yang bersifat tripoblastik slomata dan invertebrata yang bertubuh lunak dan multiseluler. Istilah Mollusca berasal dari bahasa Yunani dari kata molluscus yang berarti lunak. Mollusca termasuk dalam hewan yang lunak baik yang dengan cangkang ataupun tanpa cangkang.
Description: Hasil gambar untuk Filum mollusca
Klasifikasi:
  • Gastropoda
Kelas ini bergerak dengan menggunakan perut. Gastropoda darat mengeluarkan lender dari kaki bagian anterior untuk memudahkan pergerakannya. Tubuh gastropada dilindungi cangkang tunggal. Contoh spesies: Siput (Lymnea sp)
  • Pelecypoda
Pelecypoda memiliki cirri khas, yaitu kaki berbentuk pipih seperti kapak. Kaki ini dapat dijulurkan dan digunakan untuk melekat di batu dan menggali pasir dan Lumpur. Cangkang pelecypoda tersusun dari lapisan periostrakum, prismatic, nakreas. Contoh : Kerang darah Anadara granosa
  • Cephalopoda
Kelompok hewan ini seluruhnya hidup di laut dengan berenang/merayap didasar laut. Makanannya berupa kepiting atau invertebrate lain.Pergerakannya dilakukan dengan cara mengisap air memalui sifon masuk ke dalam rongga mantel dan kemudian menyemburkan air keluar melalui sifon keluar. Contoh: Mastigoteuthis flammea




7)Filum Echinodermata
Echinodermata (hewan berkulit duri) hanya ditemukan di laut. Hewan ini mempunyai rangka luar yang terbuat dari lempeng-lempeng zat kapur.Organ penggerak hewan ini berupa kaki pembuluh (kaki ambulakral). Contoh anggota Echinodermata: bintang ular, bintang laut, duri landak, dan Teripang.
Description: Hasil gambar untuk Filum Echinodermata
Klasifikasi:
  • Asteroidea
Asteroidea mempunyai duri yang termodifikasi menjadi bentuk seperti catut disebut pediselaria. Pediselaria mempunyai fungsi untuk menangkap makanan serta melindungi permukaan tubuh dari kotoran. Tubuh asteroida berbentuk seperti bintang yang terdiri dari cakram pusat tersebut. Contoh: Bintang Laut
  • Ophiuroidea
Ophiuroidea berbentuk seperti bintang ular. Namun lengannya langsing fleksibel. Ophiuroidea tidak memiliki pediselaria. Terdapat betas yang jelas antara cakram pusat dengan lengan-lengannya. Contoh: Ophiothrix fragilis
  • Echinoidea
Hewan ini pergerakan dibantu oleh kaki ambulakralnya..Echinoidea yang bertubuh bulat memiliki alat pencernaan yang khas yaitu “tembolok’ kompleks yang disebut lentera Aristoteles.


 Contoh hewan: Bulu babi
  • Holothuroidea
Kelas ini dikenal dengan nama timun laut/teripang. Hewan ini tidak berlengan . Tubuhnya memanjang tidak berduri. Contoh spesies: Holothuria mexicana
  • Crinoidea
Hewan ini berbentuk seperti tumbuhan, tubuhnya bertangkai, dikenal sebagai lili laut. Sedangkan yang tubuhnya tidak bertangkai disebut bintang laut berbulu. Hewan ini tidak memiliki duri. Contoh spesies:Ptilometra australis

8).Filum Arthropoda
Arthropoda berasal dari bahasa latin: Arthra artinya ruas, buku, segmen, dan Podos artinya kaki yang berarti merupakan hewan yang memiliki kaki beruas, berbuku, atau bersegmen. Tubuh Arthropoda merupakan simetri bilateral dan tripoblastik selomata.
Description: Hasil gambar untuk  Arthropoda
Arthropoda dibagi menjadi 4 kelas, yaitu :
  • Insecta (Serangga)
Insecta adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti “berkaki enam”)
Contoh : kecoa, kupu-kupu, nyamuk, lalat

  • Crustaceae (Udang-udangan)
Mayoritas merupakan hewan air, baik air tawar maupun laut, walaupun beberapa kelompok telah beradaptasi dengan kehidupan darat, seperti kepiting darat. Kebanyakan anggotanya dapat bebas bergerak, walaupun beberapa takson bersifat parasit dan hidup dengan menumpang pada inangnya.
Tubuh Crustacea terdiri atas dua bagian, yaitu kepala dada yang menyatu (sefalotoraks) dan perut atau badan belakang (abdomen). Bagian sefalotoraks dilindungi oleh kulit keras yang disebut karapas dan 5 pasang kaki yang terdiri dari 1 pasang kaki capit (keliped) dan 4 pasang kaki jalan. Selain itu, di sefalotoraks juga terdapat sepasang antena, rahang atas, dan rahang bawah. Sementara pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan di bagian ujungnya terdapat ekor. Pada udang betina, kaki di bagian abdomen juga berfungsi untuk menyimpan telurnya.
Contoh : kepiting, ketam, udang
  • Arachnoidea (Laba-laba)
Laba-laba, atau disebut juga labah-labah, adalah sejenis hewan berbuku-buku (arthropoda) dengan dua segmen tubuhempat pasang kaki, tak bersayap dan tak memiliki mulut pengunyah. Laba-laba merupakan hewan pemangsa (karnivora), bahkan kadang-kadang kanibal. Mangsa utamanya adalah serangga.
Tidak semua laba-laba membuat jaring untuk menangkap mangsa, akan tetapi semuanya mampu menghasilkan benang sutera –yakni helaian serat protein yang tipis namun kuat– dari kelenjar (disebut spinneret) yang terletak di bagian belakang tubuhnya. Serat sutera ini amat berguna untuk membantu pergerakan laba-laba, berayun dari satu tempat ke tempat lain, menjerat mangsa, membuat kantung telur, melindungi lubang sarang, dan lain-lain.
Contoh : kalajengking, laba-laba, kutu buku.
  • Myriapoda (Lipan)
Kelabang adalah hewan yang memiliki sepasang kaki di setiap ruas tubuhnya. Hewan ini termasuk hewan yang berbisa, dan termasuk hewan nocturnal (beraktivitas di malam hari).
Contoh : lipan (kelabang), luwing (kaki seribu)
A.     Asal usul kehidupan hewan invertebrata

Semua hewan yang tidak memiliki tulang belakang dikelompokkan dalam Invertebrata (avertebrata). Hewan invertebrata ada yang tersusun oleh satu sel (uniselluler) dimana seluruh aktivitas kehidupannya dilakukan oleh sel itu sendiri. Invertebrata atau sering disebut juga avertebrata diartikan sebagai binatang binatang yang tidak bertulang belakang. Binatang-binatang yang masuk dalam kelompok ini mempunyai variasi yang sangat luas tanpa memperhatikan ukuran,  bentuk, ciri-ciri morfologi dan hubungan phylogenetisnya. Sehingga contoh-contoh hewan seperti cacing, belalang, sponge, koral, kepiting, bintang laut, satu sama lain tidak mempunyai kesamaan struktur yang spesifik, tetapi meskipun demikian semuanya termasuk invertebrata. Invertebrata mencakup sekitar 95 % dari seluruh hewan yang masih hidup. Dengan jumlah yang sangat banyak tentunya keragamannya juga sangat tinggi. Ukurannya mulai dari yang kecil (mikroskopis) contohnya beberapa jenis vermes sampai yang berukuran besar (makroskopis) contohnya pada Phyllum Mollusca dari classis Cephalopoda misalnya yang mempunyai ukuran sangat besar yaitu cumi-cumi raksasa (Architeuthis) terdapat di Atlantik utara dengan panjang total 16,5 meter. Keragaman invertebrata juga dapat kita temukan pada bentuk tubuh, simetri tubuh dan tingkatan organisasi tubuh. Perkembangan embrio hewan metazoa melalui tahap tahap tertentu. Secara embriologi, hewan ada yang memiliki dua lapisan kulit, hewan demikian dinamakan diploblastik. Untuk hewan yang memiliki tiga lapisan kulit dalam tubuhnya dinamakan triploblastik. Struktur tubuh, dan sistem sistem yang ada pada hewan 3 invertebrata berbeda beda, makin tinggi tingkatannya semakin komplek struktur dan sistem tubuhnya.

2.2  Evolusi   Pergerakan

Kebanyakan protozoa bersifat planktonik jadi bergerak mengikuti arus atau siklus air harian.Beberapa protozoa aktif bergerak  menggunakan silia, flagel bahkan gerak brown.Pergerakan aktif mula-mula dikenal dengan gerak amoeboid yang disebabkan aliran protoplasma. Amoeboid berlaku pada eukariota seperti amoeba. Perubahan pergerakan amoeboid diperkirakan menghasilkan mikrosilia seperti yang terlihat pada platyhelminthes (planaria) dan molusca. Penyempurnaaan pergerakan kemudian mengarah pada pergerakan peristaltik seperti pada cacing dan berundulasi pada lintah dan molusca. Pada masa ini belum dikenal anggota tubuh. Pergerakan peristaltik secara gradual berevolusi dengan menambah setae (parapodia) seperti pada cacing duri. Dari penyempurnaan setae mulailah dihasilkan sejumlah kaki tabung seperti pada kelompok echinodermata. Mekanisme penyempurnaan kaki tabung kemudian mengarah pada kaki tabung bersegmen yang diadopsi oleh kebanyakan arthropoda. Bentuk bola dapat membentuk rongga tubuh akibat matinya sel yang berada di tengah, jadi dihasilkan bola berongga. Kematian beberapa sel cukup untuk membuat rongga di tengah menjadi semacam mulut yang menghubungkan rongga di dalam dengan di luar. Sel-sel yang ada di luar selalu berinteraksi dengan lingkungan, akan memperoleh struktur penguat khusus atau fungsi khusus, misalnya cilia atau flagella untuk bergerak.
Kelangsungan hidup suatu spesies sangat bergantung dari kemampuannya untuk berkembang biak atau memperbanyak diri. Hampir semua adaptasi tingkah laku, morfologi atau fisiologi diperkirakan berperan dalam kesuksesan reproduksi, baik secara langsung atau tidak langsung. Jadi, sebenarnya semua organisme menjalani hidup untuk berkembang biak. Semua proses reproduksi selalu mengikutsertakan diferensiasi sel, yaitu pengkhususan fungsi sel yang diatur secara genetis. Banyak hal yang diketahui tentang ekspresi gen berasal dari studi perkembangan hewan avertebrata. Hewan avertebrata menunjukkan keanekaragaman yang tinggi dalam pola reproduksi dan perkembangan, jauh melebihi apa yang dimiliki oleh hewan vertebrata. Kebanyakan dari hewan vertebrata mengalami pembuahan internal dan menunjukkan derajat perawatan pada anaknya. Semua vertebrata adalah deuterostomia karena pada dasarnya pembelahan terjadi secara radial dan intermediet, serta mulut tidak terbentuk dari blastoporus. Variasi dari pola deuterostomia dikarenakan adanya perbedaan pada jumlah kuning telur (yolk). Hal ini menjadi lain apabila mengacu pada perkembangan hewan avertebrata. Di antara hewan-hewan avertebrata terdapat perbedaan yang mencolok pada (1) ekspresi jenis kelamin, (2) tapak pembuahan (bila ada), (3) pola pembelahan sel, (4) tahapan di mana nasib sel ditentukan, (5) jumlah lapisan jaringan yang terbentuk, (6) mekanisme pembentukan mesoderm (apabila ada), (7) perkembangan rongga tubuh, (8) mekanisme perkembangan rongga tubuh, dan (9) asal mulut dan anus (apabila ada).
1.      Reproduksi Aseksual
Reproduksi hewan avertebrata dapat terjadi secara seksual atau aseksual. Reproduksi seksual selalu mengikutkan penyatuan materi genetik dari dua genom. Sebaliknya reproduksi aseksual adalah reproduksi tanpa mengikutkan penyatuan materi genetik dari dua genom. Dengan kata lain, pada reproduksi aseksual tidak terjadi pembuahan. Waktu terjadinya reproduksi seksual maupun aseksual diatur atau dipengaruhi oleh berbagai faktor di luar tubuh (eksternal) dan di dalam tubuh (internal). Reproduksi aseksual umumnya adalah proses replikasi, pada individu yang telah bermutasi reproduksi aseksual akan menghasilkan keturunan yang sama pola genetiknya dengan induknya. Bentuk reproduksi aseksual tidak dapat menambah keanekaragaman genetik dalam suatu populasi. Di lain pihak, melalui reproduksi aseksual, satu individu dapat berperan dalam meningkatkan jumlah populasi secara cepat, tidak termasuk saingan potensial dan menambah populasi dengan genotipe yang menguntungkan. Reproduksi aseksual tidak memerlukan pembentukan sel telur oleh betina. Pada sepon (Porifera), Hydrozoa, Scyphozoa, Bryozoa, Thaliacea, beberapa Ascidia maupun Protozoa, reproduksi aseksual dapat dilakukan melalui pertunasan. Protozoa melakukan reproduksi aseksual dengan cara mereplikasi selnya melalui pembelahan biner. Reproduksi aseksual pada Trematoda (parasit) terjadi melalui pembelahan ameiosis pada tahap larva. Hal ini meningkatkan kemungkinan satu genotipe untuk dapat menemukan inang yang sesuai. Larva kutu (Insecta) pemakan jamur bereproduksi aseksual dengan menghasilkan larva-larva yang sama secara genetis dalam tubuh mereka sehingga meningkatkan kemungkinan suatu genotipe untuk menemukan jamur yang sesuai. Pada kelompok lain, seperti Anthozoa, Ctenophora, Turbellaria, Rhyncocoela, Polychaeta, Asteroidea, dan Ophiuroidea dapat melepaskan sebagian anggota tubuhnya dan membiarkannya agar dapat tumbuh menjadi individu baru yang lengkap secara morfologi. Produksi telur sangat terkait erat dengan reproduksi aseksual secara ameiosis pada beberapa spesies avertebrata. Pada beberapa spesies Arthropoda dan Rotifera, reproduksi aseksual berlangsung secara partenogenesis, yaitu telur berkembang menjadi individu dewasa tanpa  dibuahi. Proses ini berlangsung tidak sesederhana yang dibayangkan. Pada beberapa rayap dan kutu (kelas Arachnida), betinanya tidak dapat bertelur tanpa melakukan perkawinan walaupun jantan tidak berperan dalam memberi materi genetik pada telur dan keturunannya. Proses seperti ini disebut pseudogami (“kawin palsu”). Hal serupa terjadi pada banyak spesies kumbang, perbedaannya betina kawin dengan jantan dari spesies lain yang bersekutu walaupun tidak ada peleburan gamet, telur tidak akan berkembang apabila tidak ada kontak dengan sperma. Pada kelompok avertebrata lain, reproduksi aseksual dapat mengikutsertakan meiosis sehingga pasangan kromosom dan segregasi dapat berlangsung, dan kombinasi genetik baru dapat terbentuk walaupun tidak ada masukan materi genetik dari salah satu individu pasangan. Hal tersebut terjadi pada beberapa spesies Protozoa dan Nematoda. Keduanya bersifat parasit atau hidup bebas, tetapi paling sering ditemukan pada Arthropoda, khususnya Insecta dan Arachnida. Reproduksi aseksual sangat umum terjadi pada avertebrata. Malahan reproduksi tanpa pembuahan merupakan cara reproduksi utama pada kebanyakan spesies. Perlu dicatat bahwa reproduksi aseksual, dengan beberapa pengecualian, hanya memerlukan keberadaan satu individu saja.

2. Reproduksi Seksual
a. Pola seksual Walau banyak hewan avertebrata bereproduksi secara aseksual, reproduksi secara seksual yang membutuhkan penyatuan gamet haploid sering terjadi. Dua individu biasanya ikut serta dalam melakukan proses ini. Pola genetik dari keturunan selalu tidak sama dengan pola genetik induknya. Kedua induk biasanya berbeda jenis kelamin sehingga sering disebut sebagai diesis atau gonokhoristik. Dengan kata lain, satu individu dapat menjadi jantan atau betina secara bersamaan (hermaprodit bersamaan) atau dalam urutan (hermaprodit berurutan).

2.3  Evolusi Coelom
Rongga tubuh (coelom) merupakan salah satu karakter yang dapat digunakan dalam pengelompokan hewan. Hewan-hewan yang tidak memiliki rongga tubuh dikelompokkan ke dalam Acoelomata. Selama perkembangannya, rongga tubuh dapat terbentuk tidak sempurna dan disebut rongga palsu. Disebut demikian oleh karena pada perkembangannya sel-sel merenggang ke tepi membentuk semacam rongga, tapi tanpa dinding. Kelompok hewan yang memiliki rongga tubuh palsu seperti ini dikelompokkan ke dalam Pseudocoelomata. Sedangkan seluruh hewan yang memiliki rongga tubuh yang sebenarnya dikelompokkan ke dalam Eucoelomata atau Coelomata (Gambar 1.1). Berbagai Tipe Rongga Tubuh.
Pertambahan jumlah sel dapat membentuk gumpalan sel yang mengarah pada bentuk-bentuk koloni. Pada metazoa bentuk yang terjadi sangat bervariasi. Bentuk yang terjadi antara lain bentuk bola, bentuk pipih yang melengkung atau berlipat kemudian akan membentuk rongga tubuh. Bentuk bola dapat membentuk rongga tubuh akibat matinya sel yang berada di tengah, jadi dihasilkan bola berongga.Kematian beberapa sel cukup untuk membuat rongga di tengah menjadi semacam mulut yang menghubungkan rongga di dalam dengan di luar. Sel-sel yang ada di luar selalu berinteraksi dengan lingkungan, akan memperoleh struktur penguat khusus atau fungsi khusus, misalnya cilia atau flagella untuk bergerak. Badan ekskresi melalui vakuola bagian yang menghadap ke dalam tidak mengalami rangsangan sehingga tetap bermembran tipis dan kemudian menjadi sesuai untuk penyerapan makanan atau pertukaran gas dan ekskresi melalui vakuola.Proses di atas cukup untuk merangsang evolusi ke arah munculnya coelenterata. Organisme primitif seperti coelenterata dan platyhelmintes belum mempunyai coelom . Coelom primitif mulai dibentuk pada Aschelminthes, masih berupa jaringan yang berbentuk bunga karang, mengandung banyak rongga antar sel tetapi rongga yang sebenarnya belum terbentuk. Adapun tahapan-tahapan coelom nya sebagai berikut :
1.      Radiasi Pertama
Alga dan protozoa sekarang ini merupakan hasil radiasi yang pertama, sedangkan blastea tidak lagi dijumpai, kecuali dalam bentuk blastula dalam perkembangan embrio makhluk hidup bersel banyak.
2.      Radiasi ke dua
Secara hipotesis perkembangan hewan dari bentuk blastea adalah sebagai berikut. 
a.                Dari tingkat blastula, embrio hewan berkembang ke arah tingkat gastrula, sehingga terjadi 2 lapisan, yaitu lapisan dalam (endoderma) dan lapisan luar (ektoderma). Dalam tingkat gastrula hewan tersebut berkembang menjadi dewasa. Contoh hewan diploblastik yang kita jumpai sekarang adalah Porifera dan Coelenterata
b.               Kemungkinan lain adalah bahwa setelah melalui tingkat blastula dan gastrula, maka embrionya tidak berkembang menjadi hewan dewasa, tetapi antara lapisan endoderma dan lapisan ektoderma, terbentuklah lapisan mesoderma. Setelah terbentuk lapisan mesoderma baru-lah berkembang menjadi hewan dewasa. Hewan ini tidak lagi dijumpai, namun keturunannya yang terbentuk sebagai hasil evolutif (radiasi ketiga), dijumpai dalam berbagai bentuk. 

3.               Radiasi tiga
Tipe-tipe triploblas dapat digolongkan dalam 4 kelompok besar hewan hewan berikut ini karena meskipun mempunyai mesoderma tetapi berbeda asalnya (dari bagian mana) dan perkembangannya menjadi embrio. Radiasi ketiga ini terbagi menjadi 4 kelompok berikut ini:
a.KelompokI
Pada kelompok I ini bagian di kanan dan kiri dari mesoderma membentuk
benjolan yang kemudian meluas sehingga mengisi ruangan di antara ektoderma dan endoderma. Ruang yang terbentuk disebut coelom. Karena coelom bentuk asalnya dari endoderma maka disebut enterocoelmata. Contohnya: Echinodermata dan Chordata. 

b.
Kelompokll
Pada kelompok II mesoderma berasal derri ektoderma. Ektoderma melepaskan keiompok-kelompok sel dalam ruangan di antara endoderma dan ektoderma, sehingga mesodermanya kompak dan tidak dijumpai coelom. Hewan yang tidak memiliki coelom termasuk dalam acoelomata. Contohnva: cacing pipih dan cacing pita. 
c.KelompokIII
Pada kelompok III ini mesoderma terbentuk dari endoderma maupun ektoderma, hanya saja setelah mesoderma terbentuk maka terjadi celah yang kemudian berkembang menjadi coelom. Coelom tersebut dinamakan schizocoel, hewan yang memiliki schizocoel disebut schizocoelomata. Contohnya, Annelida, Mollusca, dan Arthropoda (Crustacea, Insekta, labah-labah). 
d.KelompokIV
Pada kelompok IV, mesoderma dibentuk oleh ektoderma, hanya saja mesoderma tak memenuhi ruangan seluruhnya, sehingga dengan demikian ruangan tidak dibatasi oleh mesoderma tetapi oleh ektoderma. Oleh karena itu, coelom tersebut dinamakan pseudocoel. Hewan yang memiliki pseudocoel termasuk dalam pseudocoelomata. Contohnya: Rotifera dan cacing gilik atau nematoda. Pada masa embrio, Annelida yang hidup di laut dan Mollusca sangat serupa, sehingga sulit sekali untuk dibedakan. Demikian juga antara insekta dan cacing tanah bentuk embrionya sulit sekali dibedakan meskipun bentuk dewasa mereka berbeda sama sekali. Hewan-hewan triploblastik pada dasarnya adalah simetri bilateral. Ada anggapan bahwa pada waktu terjadi perubahan bentuk dari diploblastik ke triploblastik terjadi juga perubahan bentuk simetrinya, yaitu dari Simetri radial ke simetri bilateral
.

2.4              Evolusi  invasi dari perairan  ke daratan

Menurut teori evolusi, makhluk di darat adalah hasil evolusi dari makhluk laut. Sekitar 375 juta tahun lalu, moyang makhluk darat keluar dari lautan. Mutasi untuk adaptasi terjadi hingga kemudian muncullah makhluk-makhluk baru yang bisa berjalan di daratan. Selama puluhan tahun, ilmuwan menemukan bukti kuat kebenaran teori itu. Kebanyakan ilmuwan mencari fosil-fosil hewan antara darat dan laut serta melihat karakteristiknya. Ilmuwan ingin menemukan hewan laut yang punya karakteristik hewan darat, atau sebaliknya. Kini, ilmuwan menemukan makhluk yang akan membuktikan kebenaran teori evolusi yang diajukan Charles Darwin tersebut. Apinun Suvarnaraksh dari Meijo University dan Daphne Soares dari New Jersey Institute of Technology mengungkap bahwa spesies ikan dari Thailand bernama Cryptotora thamicola bisa berjalan layaknya salamander, salah satu jenis amfibi. Spesies itu sebenarnya sudah ditemukan pada tahun 1985. Namun, kemampuannya berjalan seperti hewan darat baru saja terungkap. Dalam ekspedisi di kawasan karst di Thailand, Suvarnaraksh dan Soares menemukan C thamicola dan merekam perilaku geraknya. Kembali ke New Jersey, Soares menunjukkan rekaman video itu kepada pakar biomekanik, Brooke E Flammang. "Saya benar-benar terkejut. Makhluk ini benar-benar terlihat menikmati berjalan di atas permukaan batuan," kata Flammang. Menurut dia, C thamicola benar-benar berjalan seperti hewan berkaki empat. Flammang ingin memperlajari lebih lanjut hewan itu, tetapi menghadapi kendala karena C thamicola adalah hewan dilindungi. Suvarnaraksh punya alternatif. Ia pergi ke museum koleksi hewan di Thailand. Ia menemukan beberapa sampel C thamicola yang terawetkan dengan baik. Ia membawa sampel itu ke sekolah dokter gigi dan meminta analisis CT scan. Hasilnya ia kirim ke Flammang. "Saya benar-benar berpikir bahwa seseorang sedang membohongi saya," komentar Flammang saat melihat gambar itu, seperti dikutip New York Times pada Jumat (25/3/2016) lalu. Namun, saat melihat video dan gambar C thamicola, Flammang yakin, ikan itu benar-benar bisa berjalan seperti hewan berkaki empat (tetrapoda). Panggul C thamicola tak cuma punya satu tulang kecil seperti umumnya ikan, tetapi lebih kompleks. Tulang belakang ikan tersebut juga kompleks dan overlap, persis seperti tulang belakang tetrapoda. Dengan karakteristiknya, C thamicola tak hanya mampu berjalan di atas batuan, tetapi bahkan memanjat tebing di air terjun. Flammang mengatakan, ikan yang hanya hidup di gua Thailand itu benar-benar memberikan gambaran tentang bagaimana makhluk berevolusi menjadi makhluk darat. "Dari perspektif evolusi, ini penemuan besar," ujar Brooke E Flamming. "Inilah satu-satunya spesies hidup yang punya perilaku persis seperti yang kita pikirkan tentang bagaimana mereka harus berperilaku sebagai hewan yang berevolusi dari lingkungan perairan ke daratan," imbuhnya. Grzegorz Niedwiedzk dari Warsawa University pada tahun 2009 menemukan jejak yang diduga dibuat oleh ikan yang berjalan di permukaan batuan. Jejak itu berusia 400 juta tahun, sementara tetrapoda tertua berusia 375 juta tahun. Jadi, sulit menyimpulkan bahwa jejak itu memang dibuat oleh ikan. Temuan C thamicola ini membuka riset selanjutnya tentang evolusi. John R Hutchinson dari University of London mengatakan, "Ini adalah salah satu contoh bahwa ada keragaman ikan yang menanti untuk ditemukan." Indonesia sendiri kaya kawasan karst. Riset kawasan karst di Indonesia berpotensi melahirkan temuan yang tak kalah mencengangkan dari ini.
Teori evolusi memaparkan bahwa makhluk darat berasal dari makhluk laut yang berevolusi. Alat gerak hewan darat, tangan dan kaki, berasal dari evolusi bentuk sirip.
Fernando Casares dari Lembaga Penelitian Nasional Spanyol memberikan bukti genetik akan proses evolusi itu dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Cell.Dalam risetnya, Casares menginjeksikan gen hoxd13 dari tikus pada ikan zebra. Diketahui, protein yang dihasilkan gen itu berfungsi dalam perkembangan autopoda, cikal bakal tangan dan kaki.
Ikan zebra telah memiliki hoxd13, tetapi memproduksi protein yang lebih kecil dari hewan tetrapoda seperti mamalia. Dengan ekstrasalinan gen, peneliti berharap lebih banyak protein dihasilkan. Penelitian membuahkan hasil yang mengejutkan. Ikan zebra yang diinjeksi gen itu ternyata mulai menunjukkan perkembangan autopoda. Organ terus tumbuh sebelum empat hari kemudian ikan mati.
Sel-sel diduga berkembang di laut, menurunkan jenis-jenis hewan dan tumbuhan air yang hidup dan berkembang biak di dalam air. Karena adanya kompetisi, organisme itu ada yang mencoba hidup ke darat.Setelah hidup di darat terjadi kompetisi dalam memperebutkan makanan dan tempat hidup. Beberapa spesies diduga berusaha kembali ke air. Dalam upaya kembali ke air itu ada yang behasil, ada pula yang tidak berhasil. Contohnya yang berhasil adalah lumba-lumba, paus, yang sepenuhnya hidup di air. Sedangkan yang tidak berhasil misalkan buaya.
Contoh hewan yang mencoba hidup di darat
Description: Cryptotora thamicola.jpg


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

problem pendidikan biologi dan solusi

BAB  I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar, terencana, sistematis dan berlangsung terus mene...