1 Evolusi hewan invertebrate
Dari evolusi invertebrata
dapat diketahui bahwa evolusi vertebrata berasal dari nenek moyang
berupa Echinodermata (kulit berduri). Echinodermata akan berkembang menjadi
Echinodermata modern yang ada sekarang ini, misalnya bintang
laut, bulu babi.
Sebagai organisme multiseluler,
invertebrata mewakili beberapa langkah di sepanjang jalan menuju kompleksitas
organisasi yang membuat kebanyakan organisme seperti sekarang ini.
Kehidupan pertama berevolusi dalam
bentuk sel tunggal dalam air. Invertebrata adalah beberapa contoh awal
organisme multiselular yang berevolusi dalam air. Invertebrata mengatur jalan
bagi evolusi organisme lain saat transformasi sederhana mulai terjadi.
Perubahan sederhana ini menyebabkan makhluk kompleks berbentuk vertebrata.
Dalam
sistematika awal, binatang mencakup banyak organisme bersel tunggal yang
dikelompokkan sebagai Protozoa karena sifat heterotrof dan bergerak aktif
(motil). Pengelompokan ini terus dianut hingga pertengahan abad ke-20 dan hingga
sekarang masih dipakai untuk kepentingan praktis. Ketika orang mulai menganggap
bahwa organisme bersel satu tidak memiliki organisasi jaringan, dibentuklah
kelompok protista yang menghimpun semua organisme sederhana yang berperilaku
mirip binatang (bergerak, heterotrof).
Perkembangan
biologi sejak separuh akhir abad ke-20 telah menunjukkan bahwa banyak organisme
bersel satu tidak dapat lagi dipertahankan sebagai binatang. Ke dalam
"binatang" dimasukkan semua organisme bersel banyak yang sel
spermanya memiliki kesamaan struktur dengan koanosit, suatu sel generatif
primitif. Selain itu, penerapan konsep evolusi dan kladistik telah mengubah
banyak organisasi sistematika hewan. Proses reklasifikasi ini sampai sekarang
masih terus berjalan.
Menurut para
ahli, terbentuknya hewan-hewan di muka bumi ini dimulai dari zigot bersel satu
yang mengalami pembelahan sel dan sel tersebut akan bertambah banyak yang
terbentuk menyerupai bola. Bentuk seperti bola tersebut akan mengalami
perkembangan, yaitu akan melekuk ke dalam sehingga akan terbentuk dua lapisan,
yaitu ektoderm (lapisan luar) dan endoderm (lapisan dalam). Ektoderm dalam masa
perkembangannya membentuk bagian-bagian tubuh tertentu, yaitu epidermis, kulit,
dan sistem saraf, sedangkan lapisan endoderm akan berkembang menjadi sistem
pencernaan dan kelenjarnya. Ada beberapa hewan yang berkembang pada tingkat
kedua lapisan ini yang dinamakan diplobastik. Adapun yang termasuk golongan
hewan ini adalah Porifera dan Coelenterata. Di antara kedua lapisan, yaitu ektoderm
dan endoderm akan berkembang dan terbentuk lapisan mesoderm. Lapisan mesoderm
akan berkembang membentuk bagian tubuh yang menjadi otot, sistem reproduksi,
sistem sirkulasi, dan sistem ekskresi. Golongan hewan yang berkembang pada
ketiga tingkat lapisan ini dinamakan triplobastik. Golongan hewan
ini adalah Platyhelminthes dan Nemathelminthes.
Dari hasil
penelitian diketahui pada Platyhelminthes belum mempunyai rongga tubuh, yaitu
terlihat tubuhnya padat, tanpa rongga antara usus dan tubuh terluar sehingga
digolongkan sebagai triplobastik aselomata (selom = rongga tubuh). Adapun pada
Nemathelminthes mempunyai rongga tubuh semu, yaitu mesoderm belum membentuk
rongga yang sesungguhnya karena tampak pada mesoderm belum terbagi menjadi
lapisan dalam dan lapisan luar, yang dinamakan dengan triplobastik
pseudoselomata dan yang mempunyai rongga tubuh dinamakan triplobastik selomata
karena mesodermnya sudah dipisahkan oleh rongga tubuh yang terbentuk menjadi
dua lapisan, yaitu dalam dan luar. Termasuk golongan hewan ini adalah Annelida
sampai Chordata.
Dari uraian
di atas dapat diketahui bahwa terbentuknya hewan dimulai dari Protozoa kemudian
Porifera, Coelenterata, sampai pada tingkat Mamalia. Jadi, hewan tersebut
mengalami perkembangan dari satu sel menjadi banyak sel hingga terbentuk
triplobastik aselomata, pseudoselomata, sampai selomata. Hewan yang digolongkan
dalam kelompok Avertebrata memiliki persamaan ciri, yaitu tidak mempunyai
ruas-ruas tulang belakang (vertebrae). Jika kita amati, golongan hewan ini memiliki
pola organisasi tubuh yang agak sederhana, dibandingkan dengan kelompok hewan
Vertebrata. Dengan dasar inilah hewan-hewan ini dianggap primitif atau
merupakan bentuk-bentuk paling awal dari kehidupan yang telah mengalami sedikit
perubahan. Adapun kelompok invertebrata yaitu filum forifera , Coelenterata, Platyhelminthes ,Nemathrlminthes ,
Echinodermata ,Annelida , Molusca ,Antropoda sebagai berikut :
1).Filum Porifera
porifera adalah
suatu hewan invertebrata yang tidak mempunyai jaringan sejati (parazoa), tanpa
organ serta jaringan yang tidak terspesialisasi dan juga tubuhya mempunyai
terdapat banyak pori.

Klasifikasi:
§
Hexactinellida
Memiliki spikula yang tersusun dari silika. Tubuhnya
kebanyakan berwarna pucat. Contohnya adalah Euplectella.
§
Demospongiae
Memiliki rangka yang tersusun dari serabut sponging.
Tubuhnya berwarna cerah karena mengandung pigmen amoebosit. Pigmen ini
berfungsi untuk melindungi tubunya dari sinar matahari. Bentuk tubuhnya tidak
beraturan. Contoh: Hippospongia
§
Calcarea
Memiliki rangka yang tersusun dari kalsium karbonat.
Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk seperti vas
bunga,dompet,kendi. Contoh spesies: Sycon raphanus
2) Coelenterata
Coelenterata (dalam bahasa yunani,
coelenteron = rongga) adalah invertebrata yang memiliki rongga tubuh.Rongga
tubuh tersebut berfungsi sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler).Coeleanterata
disebut juga Cnidaria (dalam bahasa yunani, cnido = penyengat) karena sesuai
dengan cirinya yang memiliki sel penyengat.Sel penyengat terletak pada tentakel
yang terdapat disekitar mulutnya.
Coelenterata memiliki struktur tubuh yang lebih kompleks.Sel-sel Coelenterata
sudah terorganisasi membentuk jaringan dan fungsi dikoordinasi oleh saraf
sederhana.
Kelas-kelas yang termasuk dala
filum Coelenterata adalah:
- Hydrozoa
Hydrozoa adalah kelas dari
anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Cnidaria.
Sebagian besar hewan Hydrozoa hidup di laut dan berkoloni. Siklus hidup
sebagian besar Hydrozoa mencakup tahap polip yang aseksual dan tahap medusa
yang seksual. Contoh hewan: Hydra
- Scyphozoa
Ubur-ubur adalah sejenis binatang laut yang
termasuk dalam kelas Scyphozoa. Tubuhnya berbentuk payung berumbai, dapat
membuat gatal pada kulit bila tersentuh. Bereproduksi secara aseksual dan
seksual. Contoh spesiesnya: Chrysaora fruttescens
- Anthozoa
Anthozoa berarti hewan yang bentuknya seperti bunga atau
hewan bunga, yang meliputi anemon laut serta hewan-hewan karang.
Anthozoa hidup sebagai polip. Contoh spesies: Anemon laut
3).Filum Platyhelminthes
Platyhelminthes sering disebut cacing pipih karena
tubuhnya berbentuk pipih seperti pita. Tubuh hewan ini tidak bersegmen,
mempunyai mulut, tetapi tidak mempunyai anus

Klasifikasi:
- Turbellaria
Tubellaria atau juga disebut Cacing
Berambut Getar adalah kelas dari
anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Platyhelminthes. Salah satu contoh Tubellaria adalah Planaria sp.Cacing ini bersifat karnivor dan
dapat ditemukan di perairan, genangan air, kolam, atau sungai. Biasanya cacing
ini menempel dibatuan atau di daun yang tergenang air. Beberapa Turbellaria melakukan gerakan berombak untuk berenang
di air. Contoh spesies: Planaria
- Trematoda
Trematoda atau disebut juga Cacing
Isap adalah kelas dari
anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Platyhelminthes. Jenis cacing Trematoda hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia.
Tubuhnya dilapisi dengan kutikula untuk menjaga agar tubuhnya tidak tercerna
oleh inangnya dan mempunyai alat pengisap dan alat kait untuk melekatkan diri
pada inangnya. Contoh anggota Trematoda adalah Fasciola hepatica (cacing hati). Cacing ini hidup
di hati ternak kambing, biri-biri, sapi, dan kerbau. Contoh spesies: Fasciola hepatica
- Cestoda
Tubuh cestoda dilapisi kutikula dan
terdiri dari bagian anterior (skoleks),leher (stobilus),rantai, proglotid.
Contoh spesies: Taenia solium
4).Filum Nemathelmintes.
Nemathelminthes
mempunyai tubuh berbentuk bulat panjang dan tidak bersegmen. Hewan ini
mempunyai mulut dan anus. Kebanyakan Nemathelminthes hidup bebas. Ada beberapa
yang hidup secara parasit. Contoh anggota Nemathelminthes yaitu cacing tambang
dan cacing perut

5).Filum Annelida
kelompok hewan
dengan bentuk tubuh seperti susunan cincin, gelang-gelang atau ruas-ruas.
Istilah kata Annelida berasal dari bahasa Yunani dari kata annulus yang berarti
cincin, dan oidos yang berarti bentuk. Annelida merupakan cacing dengan tubuh
bersegmen, tripoblastik dengan rongga tubuh sejati (hewan selomata) dan
bernapas melalui kulitnya.

Klasifikasi:
- Polychaeta
Polyhaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung
(parapodia) pada setiap segmen tubuhnya. Parapodia berfungsi sebagai alat
gerak. Parapodia juga mengandung pembuluh darah halus yang berfungsi untuk
bernapas. Setiap parapodium memilki beberapa rambut kaku yang disebut seta yang
tersusun dari kitin. Contoh spesies: Nereis
acutifolia
- Oligochaeta
Oligochaeta ini memiliki rambut yang sedikit.
Oligochaeta tidak memiliki parapodia., namun memiliki setqa pada tubuhnya yang
bersegmen. Contoh spesies : Pheretima
- Hirudinae
Hirudinea
tidak memiliki parapodia maupun seta pada segmen tubuhnya. Pada segmen diujung
posteriordan anterior terdapat alat penghisap. Alat penghisap digunakan untuk
bergerak dan menempel. Sebagian besar Hirudinea merupakan ektoparasit pada
permukaan tubuh inangnya. Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa (pacet)
dan Hirudo (lintah). Contoh : Hirudo
6).Filum molusca
adalah kelompok
hewan yang bersifat tripoblastik slomata dan invertebrata yang bertubuh lunak
dan multiseluler. Istilah Mollusca berasal dari bahasa Yunani dari kata
molluscus yang berarti lunak. Mollusca termasuk dalam hewan yang lunak baik
yang dengan cangkang ataupun tanpa cangkang.

Klasifikasi:
- Gastropoda
Kelas ini bergerak dengan menggunakan perut.
Gastropoda darat mengeluarkan lender dari kaki bagian anterior untuk memudahkan
pergerakannya. Tubuh gastropada dilindungi cangkang tunggal. Contoh spesies:
Siput (Lymnea sp)
- Pelecypoda
Pelecypoda memiliki cirri khas, yaitu kaki berbentuk
pipih seperti kapak. Kaki ini dapat dijulurkan dan digunakan untuk melekat di
batu dan menggali pasir dan Lumpur. Cangkang pelecypoda tersusun dari lapisan
periostrakum, prismatic, nakreas. Contoh : Kerang darah Anadara granosa
- Cephalopoda
Kelompok hewan ini seluruhnya hidup di laut dengan
berenang/merayap didasar laut. Makanannya berupa kepiting atau invertebrate
lain.Pergerakannya dilakukan dengan cara mengisap air memalui sifon masuk ke
dalam rongga mantel dan kemudian menyemburkan air keluar melalui sifon keluar.
Contoh: Mastigoteuthis
flammea
7)Filum Echinodermata
Echinodermata (hewan
berkulit duri) hanya ditemukan di laut. Hewan ini mempunyai rangka luar yang
terbuat dari lempeng-lempeng zat kapur.Organ penggerak hewan ini berupa kaki
pembuluh (kaki ambulakral). Contoh anggota Echinodermata: bintang ular, bintang
laut, duri landak, dan Teripang.

Klasifikasi:
- Asteroidea
Asteroidea
mempunyai duri yang termodifikasi menjadi bentuk seperti catut disebut
pediselaria. Pediselaria mempunyai fungsi untuk menangkap makanan serta
melindungi permukaan tubuh dari kotoran. Tubuh asteroida berbentuk seperti
bintang yang terdiri dari cakram pusat tersebut. Contoh: Bintang Laut
- Ophiuroidea
Ophiuroidea berbentuk seperti bintang ular. Namun
lengannya langsing fleksibel. Ophiuroidea tidak memiliki pediselaria. Terdapat
betas yang jelas antara cakram pusat dengan lengan-lengannya. Contoh: Ophiothrix
fragilis
- Echinoidea
Hewan
ini pergerakan dibantu oleh kaki ambulakralnya..Echinoidea yang bertubuh bulat
memiliki alat pencernaan yang khas yaitu “tembolok’ kompleks yang disebut
lentera Aristoteles.
Contoh
hewan: Bulu babi
- Holothuroidea
Kelas ini dikenal dengan nama timun laut/teripang.
Hewan ini tidak berlengan . Tubuhnya memanjang tidak berduri. Contoh
spesies: Holothuria
mexicana
- Crinoidea
Hewan ini berbentuk seperti tumbuhan, tubuhnya
bertangkai, dikenal sebagai lili laut. Sedangkan yang tubuhnya tidak bertangkai
disebut bintang laut berbulu. Hewan ini tidak memiliki duri. Contoh spesies:Ptilometra
australis
8).Filum Arthropoda
Arthropoda berasal
dari bahasa latin: Arthra artinya ruas, buku, segmen, dan Podos artinya kaki
yang berarti merupakan hewan yang memiliki kaki beruas, berbuku, atau
bersegmen. Tubuh Arthropoda merupakan simetri bilateral dan tripoblastik selomata.

Arthropoda
dibagi menjadi 4 kelas, yaitu :
- Insecta (Serangga)
Insecta adalah kelompok utama dari hewan beruas
(Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut
pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti “berkaki
enam”)
Contoh
: kecoa, kupu-kupu, nyamuk, lalat
- Crustaceae
(Udang-udangan)
Mayoritas
merupakan hewan air, baik air tawar maupun laut, walaupun beberapa kelompok
telah beradaptasi dengan kehidupan darat, seperti kepiting darat. Kebanyakan
anggotanya dapat bebas bergerak, walaupun beberapa takson bersifat parasit dan
hidup dengan menumpang pada inangnya.
Tubuh Crustacea terdiri
atas dua bagian, yaitu kepala dada yang menyatu (sefalotoraks) dan perut atau
badan belakang (abdomen). Bagian sefalotoraks dilindungi oleh kulit keras yang
disebut karapas dan 5 pasang kaki yang terdiri dari 1 pasang kaki capit
(keliped) dan 4 pasang kaki jalan. Selain itu, di sefalotoraks juga terdapat
sepasang antena, rahang atas, dan rahang bawah. Sementara pada bagian abdomen
terdapat 5 pasang kaki renang dan di bagian ujungnya terdapat ekor. Pada udang
betina, kaki di bagian abdomen juga berfungsi untuk menyimpan telurnya.
Contoh
: kepiting, ketam, udang
- Arachnoidea
(Laba-laba)
Laba-laba, atau disebut juga labah-labah, adalah
sejenis hewan berbuku-buku (arthropoda) dengan dua segmen tubuh, empat
pasang kaki, tak bersayap dan tak memiliki mulut pengunyah. Laba-laba
merupakan hewan pemangsa (karnivora), bahkan kadang-kadang kanibal. Mangsa
utamanya adalah serangga.
Tidak semua laba-laba membuat jaring untuk menangkap
mangsa, akan tetapi semuanya mampu menghasilkan benang sutera –yakni helaian
serat protein yang tipis namun kuat– dari kelenjar (disebut spinneret)
yang terletak di bagian belakang tubuhnya. Serat sutera ini amat berguna untuk
membantu pergerakan laba-laba, berayun dari satu tempat ke tempat lain,
menjerat mangsa, membuat kantung telur, melindungi lubang sarang, dan
lain-lain.
Contoh
: kalajengking, laba-laba, kutu buku.
- Myriapoda
(Lipan)
Kelabang adalah hewan yang memiliki sepasang kaki di
setiap ruas tubuhnya. Hewan ini termasuk hewan yang berbisa, dan termasuk hewan
nocturnal (beraktivitas di malam hari).
Contoh : lipan (kelabang), luwing (kaki seribu)
A.
Asal usul kehidupan hewan invertebrata
Semua
hewan yang tidak memiliki tulang belakang dikelompokkan dalam Invertebrata
(avertebrata). Hewan invertebrata ada yang tersusun oleh satu sel (uniselluler)
dimana seluruh aktivitas kehidupannya dilakukan oleh sel itu sendiri.
Invertebrata atau sering disebut juga avertebrata diartikan sebagai binatang
binatang yang tidak bertulang belakang. Binatang-binatang yang masuk dalam
kelompok ini mempunyai variasi yang sangat luas tanpa memperhatikan ukuran,
bentuk, ciri-ciri morfologi dan hubungan phylogenetisnya. Sehingga
contoh-contoh hewan seperti cacing, belalang, sponge, koral, kepiting, bintang
laut, satu sama lain tidak mempunyai kesamaan struktur yang spesifik, tetapi
meskipun demikian semuanya termasuk invertebrata. Invertebrata mencakup sekitar
95 % dari seluruh hewan yang masih hidup. Dengan jumlah yang sangat banyak
tentunya keragamannya juga sangat tinggi. Ukurannya mulai dari yang kecil
(mikroskopis) contohnya beberapa jenis vermes sampai yang berukuran besar
(makroskopis) contohnya pada Phyllum Mollusca dari classis Cephalopoda misalnya
yang mempunyai ukuran sangat besar yaitu cumi-cumi raksasa (Architeuthis)
terdapat di Atlantik utara dengan panjang total 16,5 meter. Keragaman
invertebrata juga dapat kita temukan pada bentuk tubuh, simetri tubuh dan
tingkatan organisasi tubuh. Perkembangan embrio hewan metazoa melalui tahap
tahap tertentu. Secara embriologi, hewan ada yang memiliki dua lapisan kulit,
hewan demikian dinamakan diploblastik. Untuk hewan yang memiliki tiga lapisan
kulit dalam tubuhnya dinamakan triploblastik. Struktur tubuh, dan sistem sistem
yang ada pada hewan 3 invertebrata berbeda beda, makin tinggi tingkatannya
semakin komplek struktur dan sistem tubuhnya.
2.2 Evolusi
Pergerakan
Kebanyakan protozoa bersifat planktonik jadi bergerak
mengikuti arus atau siklus air harian.Beberapa protozoa aktif bergerak menggunakan silia, flagel bahkan gerak
brown.Pergerakan aktif mula-mula dikenal dengan gerak amoeboid yang disebabkan
aliran protoplasma. Amoeboid berlaku pada eukariota
seperti amoeba. Perubahan pergerakan amoeboid diperkirakan menghasilkan
mikrosilia seperti yang terlihat pada platyhelminthes (planaria) dan molusca.
Penyempurnaaan pergerakan kemudian mengarah pada pergerakan peristaltik seperti
pada cacing dan berundulasi pada lintah dan molusca. Pada masa ini belum
dikenal anggota tubuh. Pergerakan peristaltik secara gradual
berevolusi dengan menambah setae (parapodia) seperti pada cacing duri. Dari
penyempurnaan setae mulailah dihasilkan sejumlah kaki tabung seperti pada
kelompok echinodermata. Mekanisme penyempurnaan kaki tabung kemudian mengarah
pada kaki tabung bersegmen yang diadopsi oleh kebanyakan arthropoda.
Bentuk bola dapat membentuk rongga
tubuh akibat matinya sel yang berada di tengah, jadi dihasilkan bola berongga.
Kematian beberapa sel cukup untuk membuat rongga di tengah menjadi semacam
mulut yang menghubungkan rongga di dalam dengan di luar. Sel-sel yang ada di
luar selalu berinteraksi dengan lingkungan, akan memperoleh struktur penguat
khusus atau fungsi khusus, misalnya cilia atau flagella untuk bergerak.
Kelangsungan hidup suatu spesies sangat
bergantung dari kemampuannya untuk berkembang biak atau memperbanyak diri.
Hampir semua adaptasi tingkah laku, morfologi atau fisiologi diperkirakan
berperan dalam kesuksesan reproduksi, baik secara langsung atau tidak langsung.
Jadi, sebenarnya semua organisme menjalani hidup untuk berkembang biak. Semua
proses reproduksi selalu mengikutsertakan diferensiasi sel, yaitu pengkhususan
fungsi sel yang diatur secara genetis. Banyak hal yang diketahui tentang
ekspresi gen berasal dari studi perkembangan hewan avertebrata. Hewan
avertebrata menunjukkan keanekaragaman yang tinggi dalam pola reproduksi dan
perkembangan, jauh melebihi apa yang dimiliki oleh hewan vertebrata. Kebanyakan
dari hewan vertebrata mengalami pembuahan internal dan menunjukkan derajat
perawatan pada anaknya. Semua vertebrata adalah deuterostomia karena pada
dasarnya pembelahan terjadi secara radial dan intermediet, serta mulut tidak
terbentuk dari blastoporus. Variasi dari pola deuterostomia dikarenakan adanya
perbedaan pada jumlah kuning telur (yolk). Hal ini menjadi lain apabila mengacu
pada perkembangan hewan avertebrata. Di antara hewan-hewan avertebrata terdapat
perbedaan yang mencolok pada (1) ekspresi jenis kelamin, (2) tapak pembuahan
(bila ada), (3) pola pembelahan sel, (4) tahapan di mana nasib sel ditentukan,
(5) jumlah lapisan jaringan yang terbentuk, (6) mekanisme pembentukan mesoderm
(apabila ada), (7) perkembangan rongga tubuh, (8) mekanisme perkembangan rongga
tubuh, dan (9) asal mulut dan anus (apabila ada).
1.
Reproduksi Aseksual
Reproduksi hewan avertebrata dapat terjadi
secara seksual atau aseksual. Reproduksi seksual selalu mengikutkan penyatuan
materi genetik dari dua genom. Sebaliknya reproduksi aseksual adalah reproduksi
tanpa mengikutkan penyatuan materi genetik dari dua genom. Dengan kata lain,
pada reproduksi aseksual tidak terjadi pembuahan. Waktu terjadinya reproduksi
seksual maupun aseksual diatur atau dipengaruhi oleh berbagai faktor di luar
tubuh (eksternal) dan di dalam tubuh (internal). Reproduksi aseksual umumnya
adalah proses replikasi, pada individu yang telah bermutasi reproduksi aseksual
akan menghasilkan keturunan yang sama pola genetiknya dengan induknya. Bentuk
reproduksi aseksual tidak dapat menambah keanekaragaman genetik dalam suatu
populasi. Di lain pihak, melalui reproduksi aseksual, satu individu dapat
berperan dalam meningkatkan jumlah populasi secara cepat, tidak termasuk
saingan potensial dan menambah populasi dengan genotipe yang menguntungkan.
Reproduksi aseksual tidak memerlukan pembentukan sel telur oleh betina. Pada
sepon (Porifera), Hydrozoa, Scyphozoa, Bryozoa, Thaliacea, beberapa Ascidia
maupun Protozoa, reproduksi aseksual dapat dilakukan melalui pertunasan.
Protozoa melakukan reproduksi aseksual dengan cara mereplikasi selnya melalui
pembelahan biner. Reproduksi aseksual pada Trematoda (parasit) terjadi melalui
pembelahan ameiosis pada tahap larva. Hal ini meningkatkan kemungkinan satu
genotipe untuk dapat menemukan inang yang sesuai. Larva kutu (Insecta) pemakan
jamur bereproduksi aseksual dengan menghasilkan larva-larva yang sama secara
genetis dalam tubuh mereka sehingga meningkatkan kemungkinan suatu genotipe
untuk menemukan jamur yang sesuai. Pada kelompok lain, seperti Anthozoa,
Ctenophora, Turbellaria, Rhyncocoela, Polychaeta, Asteroidea, dan Ophiuroidea
dapat melepaskan sebagian anggota tubuhnya dan membiarkannya agar dapat tumbuh
menjadi individu baru yang lengkap secara morfologi. Produksi telur sangat
terkait erat dengan reproduksi aseksual secara ameiosis pada beberapa spesies
avertebrata. Pada beberapa spesies Arthropoda dan Rotifera, reproduksi aseksual
berlangsung secara partenogenesis, yaitu telur berkembang menjadi individu
dewasa tanpa dibuahi. Proses ini
berlangsung tidak sesederhana yang dibayangkan. Pada beberapa rayap dan kutu
(kelas Arachnida), betinanya tidak dapat bertelur tanpa melakukan perkawinan
walaupun jantan tidak berperan dalam memberi materi genetik pada telur dan
keturunannya. Proses seperti ini disebut pseudogami (“kawin palsu”). Hal serupa
terjadi pada banyak spesies kumbang, perbedaannya betina kawin dengan jantan
dari spesies lain yang bersekutu walaupun tidak ada peleburan gamet, telur
tidak akan berkembang apabila tidak ada kontak dengan sperma. Pada kelompok
avertebrata lain, reproduksi aseksual dapat mengikutsertakan meiosis sehingga
pasangan kromosom dan segregasi dapat berlangsung, dan kombinasi genetik baru
dapat terbentuk walaupun tidak ada masukan materi genetik dari salah satu
individu pasangan. Hal tersebut terjadi pada beberapa spesies Protozoa dan
Nematoda. Keduanya bersifat parasit atau hidup bebas, tetapi paling sering
ditemukan pada Arthropoda, khususnya Insecta dan Arachnida. Reproduksi aseksual
sangat umum terjadi pada avertebrata. Malahan reproduksi tanpa pembuahan
merupakan cara reproduksi utama pada kebanyakan spesies. Perlu dicatat bahwa
reproduksi aseksual, dengan beberapa pengecualian, hanya memerlukan keberadaan
satu individu saja.
2.
Reproduksi Seksual
a.
Pola seksual Walau banyak hewan avertebrata bereproduksi secara aseksual,
reproduksi secara seksual yang membutuhkan penyatuan gamet haploid sering
terjadi. Dua individu biasanya ikut serta dalam melakukan proses ini. Pola
genetik dari keturunan selalu tidak sama dengan pola genetik induknya. Kedua
induk biasanya berbeda jenis kelamin sehingga sering disebut sebagai diesis
atau gonokhoristik. Dengan kata lain, satu individu dapat menjadi jantan atau
betina secara bersamaan (hermaprodit bersamaan) atau dalam urutan (hermaprodit
berurutan).
2.3 Evolusi Coelom
Rongga tubuh (coelom)
merupakan salah satu karakter yang dapat digunakan dalam pengelompokan hewan.
Hewan-hewan yang tidak memiliki rongga tubuh dikelompokkan ke dalam Acoelomata.
Selama perkembangannya, rongga tubuh dapat terbentuk tidak sempurna dan disebut
rongga palsu. Disebut demikian oleh karena pada perkembangannya sel-sel
merenggang ke tepi membentuk semacam rongga, tapi tanpa dinding. Kelompok hewan
yang memiliki rongga tubuh palsu seperti ini dikelompokkan ke dalam
Pseudocoelomata. Sedangkan seluruh hewan yang memiliki rongga tubuh yang
sebenarnya dikelompokkan ke dalam Eucoelomata atau Coelomata (Gambar 1.1).
Berbagai Tipe Rongga Tubuh.
Pertambahan jumlah sel dapat
membentuk gumpalan sel yang mengarah pada bentuk-bentuk koloni. Pada metazoa
bentuk yang terjadi sangat bervariasi. Bentuk yang terjadi antara lain bentuk
bola, bentuk pipih yang melengkung atau berlipat kemudian akan membentuk rongga
tubuh.
Bentuk bola dapat membentuk rongga
tubuh akibat matinya sel yang berada di tengah, jadi dihasilkan bola
berongga.Kematian beberapa sel cukup untuk membuat rongga di tengah menjadi
semacam mulut yang menghubungkan rongga di dalam dengan di luar. Sel-sel yang
ada di luar selalu berinteraksi dengan lingkungan, akan memperoleh struktur
penguat khusus atau fungsi khusus, misalnya cilia atau flagella untuk bergerak.
Badan ekskresi melalui vakuola bagian
yang menghadap ke dalam tidak mengalami rangsangan sehingga tetap bermembran
tipis dan kemudian menjadi sesuai untuk penyerapan makanan atau pertukaran gas
dan ekskresi melalui vakuola.Proses di atas cukup untuk merangsang evolusi ke
arah munculnya coelenterata. Organisme primitif seperti coelenterata dan
platyhelmintes belum mempunyai coelom . Coelom primitif mulai dibentuk pada
Aschelminthes, masih berupa jaringan yang berbentuk bunga karang, mengandung
banyak rongga antar sel tetapi rongga yang sebenarnya belum terbentuk. Adapun
tahapan-tahapan coelom nya sebagai berikut :
1.
Radiasi Pertama
Alga dan protozoa sekarang ini merupakan
hasil radiasi yang pertama, sedangkan blastea tidak lagi dijumpai, kecuali
dalam bentuk blastula dalam perkembangan embrio makhluk hidup bersel banyak.
2.
Radiasi
ke dua
Secara hipotesis perkembangan hewan dari bentuk blastea
adalah sebagai berikut.
a.
Dari
tingkat blastula, embrio hewan berkembang ke arah tingkat gastrula, sehingga
terjadi 2 lapisan, yaitu lapisan dalam (endoderma) dan lapisan luar
(ektoderma). Dalam tingkat gastrula hewan tersebut berkembang menjadi dewasa.
Contoh hewan diploblastik yang kita jumpai sekarang adalah Porifera dan
Coelenterata
b.
Kemungkinan
lain adalah bahwa setelah melalui tingkat blastula dan gastrula, maka embrionya
tidak berkembang menjadi hewan dewasa, tetapi antara lapisan endoderma dan
lapisan ektoderma, terbentuklah lapisan mesoderma. Setelah terbentuk lapisan
mesoderma baru-lah berkembang menjadi hewan dewasa. Hewan ini tidak lagi
dijumpai, namun keturunannya yang terbentuk sebagai hasil evolutif (radiasi
ketiga), dijumpai dalam berbagai bentuk.
3.
Radiasi tiga
Tipe-tipe triploblas dapat digolongkan dalam 4 kelompok besar
hewan hewan berikut ini karena meskipun mempunyai mesoderma tetapi berbeda
asalnya (dari bagian mana) dan perkembangannya menjadi embrio. Radiasi ketiga
ini terbagi menjadi 4 kelompok berikut ini:
a.KelompokI
Pada kelompok I ini bagian di kanan dan kiri dari mesoderma membentuk
benjolan yang kemudian meluas sehingga mengisi ruangan di antara ektoderma dan endoderma. Ruang yang terbentuk disebut coelom. Karena coelom bentuk asalnya dari endoderma maka disebut enterocoelmata. Contohnya: Echinodermata dan Chordata.
b.Kelompokll
Pada kelompok II mesoderma berasal derri ektoderma. Ektoderma melepaskan keiompok-kelompok sel dalam ruangan di antara endoderma dan ektoderma, sehingga mesodermanya kompak dan tidak dijumpai coelom. Hewan yang tidak memiliki coelom termasuk dalam acoelomata. Contohnva: cacing pipih dan cacing pita.
c.KelompokIII
Pada kelompok III ini mesoderma terbentuk dari endoderma maupun ektoderma, hanya saja setelah mesoderma terbentuk maka terjadi celah yang kemudian berkembang menjadi coelom. Coelom tersebut dinamakan schizocoel, hewan yang memiliki schizocoel disebut schizocoelomata. Contohnya, Annelida, Mollusca, dan Arthropoda (Crustacea, Insekta, labah-labah).
d.KelompokIV
Pada kelompok IV, mesoderma dibentuk oleh ektoderma, hanya saja mesoderma tak memenuhi ruangan seluruhnya, sehingga dengan demikian ruangan tidak dibatasi oleh mesoderma tetapi oleh ektoderma. Oleh karena itu, coelom tersebut dinamakan pseudocoel. Hewan yang memiliki pseudocoel termasuk dalam pseudocoelomata. Contohnya: Rotifera dan cacing gilik atau nematoda. Pada masa embrio, Annelida yang hidup di laut dan Mollusca sangat serupa, sehingga sulit sekali untuk dibedakan. Demikian juga antara insekta dan cacing tanah bentuk embrionya sulit sekali dibedakan meskipun bentuk dewasa mereka berbeda sama sekali. Hewan-hewan triploblastik pada dasarnya adalah simetri bilateral. Ada anggapan bahwa pada waktu terjadi perubahan bentuk dari diploblastik ke triploblastik terjadi juga perubahan bentuk simetrinya, yaitu dari Simetri radial ke simetri bilateral.
a.KelompokI
Pada kelompok I ini bagian di kanan dan kiri dari mesoderma membentuk
benjolan yang kemudian meluas sehingga mengisi ruangan di antara ektoderma dan endoderma. Ruang yang terbentuk disebut coelom. Karena coelom bentuk asalnya dari endoderma maka disebut enterocoelmata. Contohnya: Echinodermata dan Chordata.
b.Kelompokll
Pada kelompok II mesoderma berasal derri ektoderma. Ektoderma melepaskan keiompok-kelompok sel dalam ruangan di antara endoderma dan ektoderma, sehingga mesodermanya kompak dan tidak dijumpai coelom. Hewan yang tidak memiliki coelom termasuk dalam acoelomata. Contohnva: cacing pipih dan cacing pita.
c.KelompokIII
Pada kelompok III ini mesoderma terbentuk dari endoderma maupun ektoderma, hanya saja setelah mesoderma terbentuk maka terjadi celah yang kemudian berkembang menjadi coelom. Coelom tersebut dinamakan schizocoel, hewan yang memiliki schizocoel disebut schizocoelomata. Contohnya, Annelida, Mollusca, dan Arthropoda (Crustacea, Insekta, labah-labah).
d.KelompokIV
Pada kelompok IV, mesoderma dibentuk oleh ektoderma, hanya saja mesoderma tak memenuhi ruangan seluruhnya, sehingga dengan demikian ruangan tidak dibatasi oleh mesoderma tetapi oleh ektoderma. Oleh karena itu, coelom tersebut dinamakan pseudocoel. Hewan yang memiliki pseudocoel termasuk dalam pseudocoelomata. Contohnya: Rotifera dan cacing gilik atau nematoda. Pada masa embrio, Annelida yang hidup di laut dan Mollusca sangat serupa, sehingga sulit sekali untuk dibedakan. Demikian juga antara insekta dan cacing tanah bentuk embrionya sulit sekali dibedakan meskipun bentuk dewasa mereka berbeda sama sekali. Hewan-hewan triploblastik pada dasarnya adalah simetri bilateral. Ada anggapan bahwa pada waktu terjadi perubahan bentuk dari diploblastik ke triploblastik terjadi juga perubahan bentuk simetrinya, yaitu dari Simetri radial ke simetri bilateral.
2.4
Evolusi invasi dari perairan ke daratan
Menurut teori evolusi, makhluk di darat adalah hasil evolusi
dari makhluk laut. Sekitar 375 juta tahun lalu, moyang makhluk darat keluar
dari lautan. Mutasi untuk adaptasi terjadi hingga kemudian muncullah
makhluk-makhluk baru yang bisa berjalan di daratan. Selama puluhan tahun,
ilmuwan menemukan bukti kuat kebenaran teori itu. Kebanyakan ilmuwan mencari
fosil-fosil hewan antara darat dan laut serta melihat karakteristiknya. Ilmuwan
ingin menemukan hewan laut yang punya karakteristik hewan darat, atau sebaliknya.
Kini, ilmuwan menemukan makhluk yang akan membuktikan kebenaran teori evolusi
yang diajukan Charles Darwin tersebut. Apinun Suvarnaraksh dari Meijo
University dan Daphne Soares dari New Jersey Institute of Technology mengungkap
bahwa spesies ikan dari Thailand bernama Cryptotora thamicola bisa berjalan
layaknya salamander, salah satu jenis amfibi. Spesies itu sebenarnya sudah
ditemukan pada tahun 1985. Namun, kemampuannya berjalan seperti hewan darat
baru saja terungkap. Dalam ekspedisi di kawasan karst di Thailand, Suvarnaraksh
dan Soares menemukan C thamicola dan merekam perilaku geraknya. Kembali ke New
Jersey, Soares menunjukkan rekaman video itu kepada pakar biomekanik, Brooke E
Flammang. "Saya benar-benar terkejut. Makhluk ini benar-benar terlihat
menikmati berjalan di atas permukaan batuan," kata Flammang. Menurut dia,
C thamicola benar-benar berjalan seperti hewan berkaki empat. Flammang ingin
memperlajari lebih lanjut hewan itu, tetapi menghadapi kendala karena C
thamicola adalah hewan dilindungi. Suvarnaraksh punya alternatif. Ia pergi ke
museum koleksi hewan di Thailand. Ia menemukan beberapa sampel C thamicola yang
terawetkan dengan baik. Ia membawa sampel itu ke sekolah dokter gigi dan
meminta analisis CT scan. Hasilnya ia kirim ke Flammang. "Saya benar-benar
berpikir bahwa seseorang sedang membohongi saya," komentar Flammang saat
melihat gambar itu, seperti dikutip New York Times pada Jumat (25/3/2016) lalu.
Namun, saat melihat video dan gambar C thamicola, Flammang yakin, ikan itu
benar-benar bisa berjalan seperti hewan berkaki empat (tetrapoda). Panggul C
thamicola tak cuma punya satu tulang kecil seperti umumnya ikan, tetapi lebih
kompleks. Tulang belakang ikan tersebut juga kompleks dan overlap, persis
seperti tulang belakang tetrapoda. Dengan karakteristiknya, C thamicola tak
hanya mampu berjalan di atas batuan, tetapi bahkan memanjat tebing di air
terjun. Flammang mengatakan, ikan yang hanya hidup di gua Thailand itu
benar-benar memberikan gambaran tentang bagaimana makhluk berevolusi menjadi
makhluk darat. "Dari perspektif evolusi, ini penemuan besar," ujar
Brooke E Flamming. "Inilah satu-satunya spesies hidup yang punya perilaku
persis seperti yang kita pikirkan tentang bagaimana mereka harus berperilaku
sebagai hewan yang berevolusi dari lingkungan perairan ke daratan,"
imbuhnya. Grzegorz Niedwiedzk dari Warsawa University pada tahun 2009 menemukan
jejak yang diduga dibuat oleh ikan yang berjalan di permukaan batuan. Jejak itu
berusia 400 juta tahun, sementara tetrapoda tertua berusia 375 juta tahun.
Jadi, sulit menyimpulkan bahwa jejak itu memang dibuat oleh ikan. Temuan C
thamicola ini membuka riset selanjutnya tentang evolusi. John R Hutchinson dari
University of London mengatakan, "Ini adalah salah satu contoh bahwa ada
keragaman ikan yang menanti untuk ditemukan." Indonesia sendiri kaya
kawasan karst. Riset kawasan karst di Indonesia berpotensi melahirkan temuan
yang tak kalah mencengangkan dari ini.
Teori
evolusi memaparkan bahwa makhluk darat berasal dari makhluk laut yang berevolusi.
Alat gerak hewan darat, tangan dan kaki, berasal dari evolusi bentuk sirip.
Fernando Casares dari Lembaga Penelitian Nasional Spanyol memberikan bukti genetik akan proses evolusi itu dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Cell.Dalam risetnya, Casares menginjeksikan gen hoxd13 dari tikus pada ikan zebra. Diketahui, protein yang dihasilkan gen itu berfungsi dalam perkembangan autopoda, cikal bakal tangan dan kaki. Ikan zebra telah memiliki hoxd13, tetapi memproduksi protein yang lebih kecil dari hewan tetrapoda seperti mamalia. Dengan ekstrasalinan gen, peneliti berharap lebih banyak protein dihasilkan. Penelitian membuahkan hasil yang mengejutkan. Ikan zebra yang diinjeksi gen itu ternyata mulai menunjukkan perkembangan autopoda. Organ terus tumbuh sebelum empat hari kemudian ikan mati.
Fernando Casares dari Lembaga Penelitian Nasional Spanyol memberikan bukti genetik akan proses evolusi itu dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Cell.Dalam risetnya, Casares menginjeksikan gen hoxd13 dari tikus pada ikan zebra. Diketahui, protein yang dihasilkan gen itu berfungsi dalam perkembangan autopoda, cikal bakal tangan dan kaki. Ikan zebra telah memiliki hoxd13, tetapi memproduksi protein yang lebih kecil dari hewan tetrapoda seperti mamalia. Dengan ekstrasalinan gen, peneliti berharap lebih banyak protein dihasilkan. Penelitian membuahkan hasil yang mengejutkan. Ikan zebra yang diinjeksi gen itu ternyata mulai menunjukkan perkembangan autopoda. Organ terus tumbuh sebelum empat hari kemudian ikan mati.
Sel-sel diduga berkembang di
laut, menurunkan jenis-jenis hewan dan tumbuhan air yang hidup dan berkembang
biak di dalam air. Karena adanya kompetisi, organisme itu ada yang mencoba
hidup ke darat.Setelah hidup di darat terjadi kompetisi dalam memperebutkan
makanan dan tempat hidup. Beberapa spesies diduga berusaha kembali ke air.
Dalam upaya kembali ke air itu ada yang behasil, ada pula yang tidak berhasil.
Contohnya yang berhasil adalah lumba-lumba, paus, yang sepenuhnya hidup di air.
Sedangkan yang tidak berhasil misalkan buaya.
Contoh
hewan yang mencoba hidup di darat

Tidak ada komentar:
Posting Komentar