A.
Sejarah Perkembangan Evolusi
Teori Evolusi pun mengalami “Evolusi” sama seperti waktu orang
mengemukakan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari, banyak mendapat
tentangan, bahkan hingga dipenjara. Hal ini dapat dipahami, mengingat orang
tidak begitu mengerti mengenai apa yang sebenarnya menjadi landasan dari
pernyataan yang dibuat para ahli tersebut. Adapun masa – masa perkembangan
evolusi yaitu sebagai berikut :
1. Masa Fiksisme (Tokoh-tokohnya:
Aristoteles, Plato, Leeuwenhoek, Cuvier, Linnaeus, Buffon, Hooke)
Para ahli hingga abad ke-18 beranggapan bahwa suatu organisme sesamanya
adalah identik sebagai ciptaan Tuhan (Fix = tetap, maksudnya tidak berubah).
Pada masa itu tidak pernah dipersoalkan mengenai hubungan kekerabatan antara
satu organisme dengan organisme yang lain. Semua kegiatan biologis dianggap
sesuai dengan semua ajaran yang sudah diturunkan dalam kitab-kitab melalui para
Nabi. Adanya kelainan atau cacat tubuh dianggap sebagai kutukan, sehingga orang
tersebut dikucilkan masyarakat. Kemiripan atau kesamaan antara dua jenis
organisme dianggap sebagai suatu kebetulan. Teori fiksisme dianggap sebagai
satu-satunya teori yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun juga.
Matahari dipercaya berotasi mengelilingi bumi, sehingga orang yang berpendapat
dan yang menyatakan bahwa bumi mengelilingi matahari langsung masuk penjara
karena dianggap menghujat Tuhan. Pada waktu itu Linnaeus (Carl von Linné)
mengemukakan pengelompokan organisme hidup dalam bukunya, Sistema Naturae)
yang didasarkan atas kesamaan alat reproduksi pada tanaman, sedangkan pada
hewan dikelompokkan berdasarkan kesamaannya. Meskipun tidak mendapat tentangan,
Linnaeus sudah mengelompokkan manusia bersama-sama dengan kera (kera = primata
tidak berekor; monyet = primata berekor), namun tidak menimbulkan kontroversi
pada waktu itu.
2. Masa Adaptasi dan Transformasi
(Tokoh-tokohnya a.l: Hutton, Malthus, Lamarck, Lyell)
Pada masa ini manusia mulai menyadari
bahwa mereka tidak betul-betul sama antara satu dengan yang lainnya. Hal yang
sama dapat pula diamati pada tumbuh-tumbuhan, bahwa tidak ada satu pohon pun
yang mempunyai cabang yang tepat sama. Oleh karena itu, timbullah masalah
mengenai dari mana datangnya perbedaan-perbedaan antarindividu. J.B. Lamarck
mencoba menjelaskan bahwa perbedaan-perbedaan antarindividu tersebut disebabkan
oleh kebiasaan individu tersebut. Pohon yang tertiup angin dari Barat mempunyai
cabang pendek di sebelah Barat dan lebih panjang di sebelah Timur. Manusia yang
sering berolahraga akan mempunyai tubuh besar. Namun Lamarck kemudian
memperkirakan bahwa orang bertubuh besar akan mempunyai anak bertubuh besar.
Dari satu segi memang demikian, tetapi kemungkinan lain pun sama besarnya.
latihan adalah suatu proses adaptasi, sedangkan perubahan yang terjadi adalah
proses transformasi. Menurut Lamarck, hal yang diperoleh dari latihan dapat
diturunkan kepada anaknya. Contoh lain
yang dikemukakannya adalah leher jerapah. Hewan ini memiliki leher yang panjang
karena mulut di kepala selalu digunakan untuk meraih daun-daun pakannya yang
semakin tinggi.

Gambar teori evolusi menuru Lamarck
3. Masa Seleksi Alam (Tokoh-tokonya: C. Darwin,
A.R. Wallace)
Pada masa ini Darwin dan Wallace bekerja secara terpisah. Darwin yang
sebelumnya sekolah untuk menjadi imam dan kemudian sekolah kedokteran, merasa
bahwa apa yang diberikan di bangku Universitas tidak memadai. Beliau banyak
membaca dan pemikirannya dipengaruhi oleh tulisan Malthus mengenai Essay on
the principle of Population. Beliau pun pernah bekerja dengan Lyell dan
mempelajari fosil. Dengan pengetahuan ini, kemudian beliau berlayar dengan
kapal “the Beagle” selama beberapa tahun keliling dunia. Dari pengalaman
studinya dan perjalanan dengan kapal “the Beagle”, beliau memikirkan mengenai
asal-usul burung di kepulauan Galapagos. Hasil pemikirannya kemudian
didiskusikan dengan sejumlah ahli di Inggris.
Wallace berlayar ke daerah jajahan Inggris di Malaysia, dan kemudian
bekerja di Borneo dan terus bekerja di Sulawesi dan Maluku. Di sana beliau
melihat betapa berbedanya kandungan fauna di Indonesia Barat dan Indonesia
Timur. Di kepulauan Aru, beliau menderita sakit Malaria, yang pada waktu itu
tidak ada obatnya. Ketika pada suatu hari beliau tiba-tiba sembuh, timbullah
pemikiran mengenai kesembuhan itu. Dari penyakitnya itu timbullah ide mengenai
hukum alam: siapa yang kuat, dialah yang menang atau “survival of the
fittest”. Pemikiran ini dituangkan dalam suatu karya ilmiah. Ternyata teori
Wallace ini serupa dengan teori pemikiran Darwin sehingga Wallace diminta oleh
“Royal Society of London” untuk menunggu agar Darwin pun membuat karya ilmiah
mengenai teorinya dan kemudian kedua karya ilmiah tersebut dibacakan.
Menurut teori Evolusi tersebut, suatu organisme beraneka ragam dan alam
yang akan melakukan seleksi. Individu yang sesuai akan dapat bertahan,
sedangkan yang tidak kuat akan mati. Hanya Darwin belum merasa puas, karena
Beliau belum dapat menerangkan dari mana datangnya keanekaragaman.
4. Masa Teori Sintetik (Tokohnya: E. Mayr, P.J.
Darlington, TH. Dobzhansky, Morgan, J. Huxley, G.G. Simpson)
Morgan yang bekerja dengan lalat buah Drosophila
melanogaster selama lebih dari 30 tahun merupakan orang yang sangat berjasa
dalam ilmu Genetika, karena berhasil menemukan banyak sekali fenomena baru
mengenai kerja gen. Di lain pihak, Ernest Mayr dan P.J. Darlington yang
mempelajari Taksonomi Sistematik dan Zoogeografi burung juga banyak menemukan
fenomena evolusi yang baru. Dalam masyarakat ilmiah yang lebih komunikatif
dibandingkan dengan masa sebelumnya, maka orang mulai melihat kaitan antara
masing-masing ilmu. Ternyata bukan Ilmu Genetika dan Evolusi saja yang dapat
saling menunjang, tetapi semua cabang ilmu biologi dapat dipakai untuk
menerangkan fenomena Evolusi. Pendapat ini mendapat dukungan dari sebagian
besar ahli biologi terkemuka di dunia, misalnya Theodozius Dobzhansky yang
telah berjasa dalam merangkum begitu banyak fenomena Evolusi dari berbagai
macam disiplin biologi. Hal ini menyebabkan teori Evolusi masuk dalam masa baru
yang kemudian dikenal dengan Teori Sintetik Evolusi.
5. Masa Evolusi Modern (Tokohnya: R.A. Fischer;
S. Wright, F Haldane, M. Nei, M. Kimura, T. Ota)
Setelah ditemukannya struktur DNA dan majunya perkembangan komputer,
maka teori Evolusi pun mengalami kemajuan yang pesat. Dengan analisis DNA, maka
segala kemungkinan yang dahulu mustahil, kini dapat dilakukan, paling tidak
secara teoritis. Dengan demikian, maka kemajuan dalam bidang evolusi pun
dijabarkan secara matematis dan komputer pun memegang peranan yang penting
untuk menunjang kemajuan teori Evolusi.
Kini data raksasa pun dapat diatasi dengan komputer dan hanya akan
memakan waktu beberapa menit saja untuk memperoleh jawaban. Di dalam era
evolusi modern terdapat dua kelompok pemikiran, yaitu kelompok netralis dan
kelompok seleksionis.
a.
Pemikiran kelompok netralis
Apa pun bentuk suatu populasi, maka seleksi
alam akan menyebabkan hilangnya suatu alel, sedangkan mutasi akan menambahkan
suatu alel pula. Karena proses ini berlangsung sejak adanya kehidupan di muka
bumi adalah lazim untuk mengkaji berapa banyak individu yang harus mati untuk
menghapuskan suatu alel yang hanya dengan proses seleksi. Untuk menghilangkan
suatu alel resesif dari suatu populasi, menurut perhitungan Haldane, diperlukan
sekitar 300 generasi. Walaupun demikian, tidak semua mutasi menyebabkan
perubahan atau hilangnya suatu alel. Kimura menyatakan bahwa perubahan alel
pada dasarnya dalam suatu populasi dapat lebih cepat lagi, karena kecepatan
mutasi suatu gen dapat mencapai satu asam amino setiap 107 tahun atau dengan
kata lain ada satu alel yang hilang setiap 107 tahun. Mengingat bahwa jumlah
asam amino yang di kode oleh DNA lebih dari 107, maka paling tidak ada satu
mutasi asam amino per tahun dalam setiap spesies. Apabila hal tersebut benar,
maka setiap spesies harus berkembang biak sangat cepat dan menghasilkan
sebanyak-banyaknya anak, agar tidak ada alel yang hilang. Karena hilangnya
suatu keanekaragaman dapat menyebabkan punahnya suatu spesies. Hal ini tidak
mungkin terjadi.
Oleh karena itu, para ahli matematika yang
dipelopori oleh Kimura menyatakan bahwa suatu mutasi asam amino kebanyakan
bersifat netral, jadi tidak terkena seleksi. Apabila seleksi pada suatu mutasi
tidak ada, maka suatu spesies tidak akan dengan mudah punah, sehingga proses
hilangnya suatu alel hanya bergantung kepada arus genetik dan kecepatan mutasi.
Argumentasi pemikiran netralis didukung dari hasil analisis sejumlah spesies di
dunia ternyata sebagian besar gen yang diteliti memiliki puluhan alel. Contoh
dari suatu gen yang netral adalah kemampuan menggulung lidah. Kemampuan
tersebut dimiliki sekitar 50% dari populasi manusia, sedangkan 50% lainnya
tidak mampu menggulung lidah. Memang kemampuan menggulung lidah tidak pernah
menjadi parameter dalam menentukan pasangan.
b. Pemikiran kelompok seleksionis
Menurut pandangan kaum seleksionis, seleksi
merupakan suatu mekanisme yang harus terjadi. Tidak ada alel yang memiliki
kemampuan yang sama. Meskipun beberapa alel kelihatannya tidak terpengaruh oleh
suatu keadaan, tidak berarti pada keadaan yang lain semua alel tetap tidak
terkena seleksi. Memang kebanyakan alel kelihatannya netral. Hal ini disebabkan
oleh ekspresi suatu gen tidak ditentukan oleh satu gen saja, tetapi oleh
sejumlah gen sekaligus. Selain itu sejumlah gen bekerja sama sehingga pengaruh
lemahnya suatu gen diimbangi oleh gen lain yang mempunyai pengaruh
menguntungkan. Keadaan heterosigot menimbulkan efek heterosis, jadi
kenyataannya terlihat lebih baik. Tetapi dalam keadaan homosigot, biasanya
keadaannya akan lebih lemah.
Hal lain yang menguatkan adalah pengaruh
tekanan seleksi biasanya bekerja secara antagonis. Misalnya sel darah sabit
adalah suatu gen yang bersifat letal, jadi seharusnya hilang karena seleksi
alam. Walaupun demikian ada pengaruh lain yang menyebabkan gen tersebut membawa
keuntungan. Sebagai contoh diambil penyakit malaria yang disebabkan oleh Plasmodium.
Penyakit malaria akan menyerang orang yang mempunyai darah normal. Tetapi orang
yang heterosigot karena memiliki sel darah sabit, resisten terhadap penyakit
malaria. Suatu argumentasi lain menunjukkan bahwa pada suatu spesies, sering
sekali dijumpai gen yang mempunyai beberapa alel. Tetapi mengapa ada salah satu
alel yang sangat dominan dalam frekuensinya, sedangkan frekuensi alel lainnya
rendah sekali. Apabila suatu gen netral terhadap seleksi, maka frekuensi alel
suatu gen harus lebih kurang setimbang atau dapat juga menonjol di suatu tempat
tetapi rendah di tempat yang lain. Polimorfisme suatu gen sangat
ditentukan oleh penting tidaknya suatu gen. Gen yang esensial umumnya mempunyai
sedikit alel, sedangkan gen yang tidak begitu diperlukan (misalnya penghasil
metabolit sekunder) mempunyai lebih banyak alel. Apabila suatu alel netral,
maka tingkat polimorfisme pada kedua macam kelompok gen tersebut di atas harus
sama.
B.
Pandangan para Ahli Mengenai Evolusi (Teori Evolusi dan Para Penganutnya)
Teori tentang evolusi merupakan teori yang tetap
hangat dipertentangkan sampai saat ini. Banyak tokoh yang berpendapat tentang
hal ini, tetapi belum ada satu teori yang dapat menjawab semua fakta dan
kejadian tentang sejarah perkembangan makhluk hidup. Beberapa teori dari para ahli yang menjadi dasar dari teori evolusi, di
antaranya sebagai berikut.
a. Aristoteles (384-322 SM)
a. Aristoteles (384-322 SM)
Aritoteles
merupakan seorang filosof pencetus teori evolusi dan berasal dari Yunani. Teori
evolusi yang dikemukakannya dikenal dengan teori abiogenesis. Teori tersebut
menyatakan bahwa makhluk hidup yang pertama kali di bumi ialah benda
mati atau tak hidup yang terjadi secara spontan, misal ikan dan katak yang
berasal dari lumpur, cacing yang berasal dari tanah, dan belatung yang berasal
dari daging yang membusuk. Prinsipnya teori Aristoteles menjelaskan tentang perkembangan
makhluk hidup dan habitatnya dari tahap sederhana menujutahapan yang kompleks.
b. Anaximander (500 SM)
Anaximander juga merupakan seorang filosof yang
berasal dari Yunani. Ia berpendapat bahwa manusia berawal dari makhluk akuatik
mirip ikan dan mengalami proses evolusi.
c. Empedoclas (496-435 SM)
c. Empedoclas (496-435 SM)
Empedoclas adalah seorang filosof Yunani. Ia mengemukakan
teori bahwa kehidupan berasal dari lumpur hitam yang mendapat sinar dari
matahari dan berubah menjadi makhluk hidup. Evolusi terjadi dengan dimulainya
makhluk hidup yang sederhana kemudian berkembang menjadi sempurna dan akhirnya
menjadi beraneka ragam seperti sekarang ini.
d. Erasmus Darwin (1731-1802)
d. Erasmus Darwin (1731-1802)
Erasmus Darwin adalah kakek dari Charles Robert
Darwin, seorang tokoh evolusi berkebangsaan Inggris. Teorinya adalah bahwa
evolusi terjadi karena bagian fungsional terhadap stimulasi adalah diwariskan. Ia
menyusun buku yang berjudul Zoonamia yang menentang teori evolusi dari Lamarck.
e. Count de Buffon (1707-1788)
Buffon berpendapat bahwa variasi-variasi yang terjadi
karena pengaruh alam sekitar diwariskan sehingga terjadi penimbunan variasi.
f. Sir Charles Lyell (1797-1875)
Lyell adalah seorang ilmuwan yang berasal dari
Skotlandia dengan bukunya yang terkenal berjudul Principles of Geology. Di
dalam bukunya tersebut Lyell berpendapat bahwa permukaan bumi terbentuk melalui
proses bertahap dalam jangka waktu yang lama.
g. Lamarck
Jean Baptise de Lamarck (1744 – 1829) seorang ahli
biologi kebangsaan Perancis, memiliki suatu gagasan dan menuliskannya dalam
bukunya berjudul “Philoshopic”. Dalam bukunya tersebut Lamarck mengatakan
sebagai berikut.
- Lingkungan
mempunyai pengaruh pada ciri-ciri dan sifat-sifat yang diwariskan melalui
proses adaptasi lingkungan.
- Ciri
dan sifat yang terbentuk akan diwariskan kepada keturunannya.
- Organ
yang sering digunakan akan berkembang dan tumbuh membesar, sedangkan organ
yang tidak digunakan akan mengalami pemendekan atau penyusutan, bahkan
akan menghilang.
Contoh yang dapat digunakan oleh Lamarck adalah
jerapah. Menurut Lamarck, pada awalnya jerapah memiliki leher pendek. Karena
makanannya berupa daun-daun yang tinggi, maka jerapah berusaha untuk dapat
menjangkaunya. Karena terbiasa dengan hal ini maka semakin lama, leher jerapah
menjadi semakin panjang dan pada generasi berikutnya akan lebih panjang lagi.
Teori Lamarck ditentang oleh Erasmus Darwin (kakek
dari Charles Darwin) yang mengatakan bahwa populasi jerapah adalah heterogen,
ada yang berleher pendek dan ada yang berleher panjang. Jerapah-jerapah
tersebut berkompetisi untuk mendapatkan makanan. Dari persaingan tersebut
jerapah berleher panjang akan menang dan akan tetap hidup, sifat ini akan
diwariskan kepada keturunannya. Jerapah yang berleher pendek akan mati dan
perlahan-lahan mengalami kepunahan.
h.
Teori evolusi Alfred Russel Wallace (1923-1913)
Alfred
mengembangkan teori yang serupa dengan Charles Darwin. Alfred mengadakan
pengamatan tentang adanya penyebaran flora dan fauna di wilayah oriental yakni
Sumatera, Jawa, dan Kalimantan yang ternyata memiliki banyak kesamaan dengan
flora fauna di Australia, Sulawesi, dan Maluku sebagai wilayah transisi.
i. Charles Robert Darwin
Sebagai
bapak evolusi, tentunya nama Charles Darwin sudah tidak asing lagi. Sebelum
gagasannya mengenai teori evolusi dipublikasi, Darwin terlebih dahulu telah
melakukan pelayaran ke kepulauan Galapagos dan mengobservasi berbagai macam
burung Finch yang memiliki berbagai macam bentuk paruh. Ternyata, perbedaan
morfologi tersebut menunjukkan adanya hubungan kekerabatan dengan burung-burung
yang ada di Amerika Serikat.
Dalam
menyusun gagasannya terkait teori evolusi, Darwin mengaitkan hasil
penelitiannya dengan pendapat Thomas Robert Malthus dan teori evolusi Alfred
Russel Wallace yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya. Thomas Robert
Malthus menuliskan dalam bukunya yang berjudul “An Essay of the
Principle of Population” bahwasanya jumlah kenaikan penduduk lebih
cepat daripada kenaikan produksi pangan. Sehingga makhluk hidup harus terus
berjuang untuk dapat terus bertahan, sedangkan sifat yang tidak mendukung akan
hilang. Hal ini, berarti makhluk hidup yang mampu beradaptasi akan dapat
bertahan hidup dan lulus seleksi alam.
Berikut
ini ide-ide Darwin berdasarkan hasil observasinya yang mengacu pada gagasan
kedua tokoh tersebut
§ Tidak ada individu yang sama. Antara satu individu
dengan individu lain memiliki perbedaan meskipun dalam satu keturunan yang
sama dan perbedaan tersebut bersifat menurun.
§ Setiap populasi akan cerderung bertambah banyak,
karena adanya kemampuan bereproduksi.
§ Populasi tidak akan terus bertambah, ada faktor
pembatas yang mengontrol kenaikan populasi yakni makanan dan predasi.
§ Jumlah individu baru yang lahir lebih banyak dibanding
individu yang dapat bertahan hidup.
§ Persaingan antar individu muncul dalam mendapatkan
makanan dalam upaya bertahan hidup.
§ Adanya seleksi alam mengakibatkan individu harus dapat
berdaptasi dengan lingkungannya. Individu yang lolos seleksi alam akan dapat
terus bertahan hidup dan mewariskan sifat-sifatnya pada keturunannya.
Dalam
bukunya yang berjudul The Origin of Species by Means of Natural
Selection, Darwin membantah teori evolusi Lamarck yang mengemukakanfaktor
yang mempengaruhi perkembangan makhluk hidup menuju ke arah yang lebih komplek
adalah lingkungan dan akan diwariskan pada keturunannya. Dalam bukunya
tersebut Darwin mengemukakan dua hal penting dalam teori evolusi, yaitu:
§ Spesies-spesies yang hidup sekarang berasal dari nenek
moyangnya yang hidup dari masa lalu dan tetap memiliki perbedaan meski
dari keturunan yang sama.
§ Perkembangan spesies dipengaruhi oleh seleksi alam dan
variasi antar populasi. Contoh yang dikemukakan Darwin masih serupa dengan
fenomena jerapah Lamarck. Sudut pandang Darwin menjelaskan bahwa pada awalnya
jerapah tidaklah berleher pendek, melainkan jerapah memiliki varian leher
pendek dan panjang. Kedua varian populasi jerapah harus berkompetisi untuk
mendapatkan makanan yakni dedaunan yang letaknya tinggi . Jerapah yang pendek
kalah dalam berkompetisi sehingga tidak lolos seleksi alam yang pada akhirnya
punah. Sehingga, yang bertahap hidup dan lolos seleksi alam adalah jerapah
leher panjang.
Teori
evolusi Darwin pada prinsipnya menjelaskan bahwa perubahan pada semua
makhluk hidup akan terus terjadi secara berangsung-angsur sesuai dengan
perkembangannya dari generasi ke generasi yang mengarah pada terbentuknya
spesies baru, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan mati dan punah.
j. August Weismann (1934-1914)
Weismann berpendapat bahwa sel-sel tubuh tidak
dipengaruhi oleh lingkungan dalam penurunannya, melainkan berdasarkan pada
prinsip genetika. Weismann melakukan percobaan untuk membuktikan teorinya
tersebut. Perlakuan diberikan kepada dua tikus yang dipotong ekornya dan
kemudian kedua tikus tersebut dikawinkan. Hasilnya adalah generasi keturunannya
masih berekor panjang sampai generasi ke-21. Dari percobaan yang dilakukan
tersebut maka akhirnya Weismann menarik kesimpulan seperti berikut.
- Perubahan
sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak diwariskan kepada generasi
berikutnya.
- Evolusi
merupakan masalah genetika, artinya evolusi adalah gejala seleksi alam
terhadap faktor-faktor genetika
k. Harun Yahya
Teori evolusi menurut Harun Yahya merupakan antitesis
dari teori evolusinya Charles Darwin. Darwin mengungkapkan bahwa makhluk hidup
muncul di dunia merupakan kebetulan semata tanpa ada yang menciptakannya.
Darwin juga memperkenalkan bahwa satu spesies atau mahluk bisa melakukan
evolusi menjadi mahkluk yang lain dalam jangka waktu yang lama.
Jelas sekali pandangan Darwin dianggap HarunYahya
bertentangan dengan dogma agama yang menyebut Tuhan sebagai pencipta segala
jenis makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia. Teori yang ditemukan Darwin
bisa dikatakan memperkuat keyakinan kaum taeisme dan komunisme, sebaliknya
meruntuhkan dan atau bertentangan dengan normatif keagamaan yang menganggap
Tuhan sumber segala kehidupan dan penciptaan.
Mengcounter teori evolusinya Darwin, Harun Yahya
yang concern mengadakan penelitian dan menulis buku-buku
keislaman jelas merasa keberatan dengan evolusi Darwin tersebut. Dengan
teorinya yang secara khusus membantah teori Darwin yang fenomenal sekaligus
kontroversial itu, Harun Yahya banyak menyebutkan dan mengalirkan data-data
yang menggugurkan teori evolusi yang telah banyak disembah orang selama
berabad-abad silam.
Hal bantahan tersebut misalnya, teori kebetulan
pembentuk evolusi itu, ternyata jika diamati secara mendalam banyak sekali
contoh adanya rancangan yang seolah by design atau disengaja
oleh sang Maha Pengatur.
Dari beragam bukti ilmiah yang ditemukan para ilmuwan
tak ada indikasi yang menyeret bahwa mahkluk hidup terbentuk melalui proses
evolusi dimana makhluk hidup yang berbeda tak muncul ke muka bumi dengan jalan
berevolusi. Sebaliknya, by design dari rancangan Tuhan secara
nyata dibuktikan dengan munculnya spesies makhluk hidup yang muncul secara
serentak dan bersama-sama dengan sempurna. Misalnya reptil, dari awal kemunculan
memiliki bentuk sebagaimana reptil yang ada saat ini, tidak merupakan evolusi
dari bentuknya semula sebagai bukan reptil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar