Rabu, 13 Maret 2019

Sejarah Perkembangan Evolusi


A.     Sejarah Perkembangan Evolusi
Teori Evolusi pun mengalami “Evolusi” sama seperti waktu orang mengemukakan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari, banyak mendapat tentangan, bahkan hingga dipenjara. Hal ini dapat dipahami, mengingat orang tidak begitu mengerti mengenai apa yang sebenarnya menjadi landasan dari pernyataan yang dibuat para ahli tersebut. Adapun masa – masa perkembangan evolusi yaitu sebagai berikut :

1.      Masa Fiksisme (Tokoh-tokohnya: Aristoteles, Plato, Leeuwenhoek, Cuvier, Linnaeus, Buffon, Hooke)
Para ahli hingga abad ke-18 beranggapan bahwa suatu organisme sesamanya adalah identik sebagai ciptaan Tuhan (Fix = tetap, maksudnya tidak berubah). Pada masa itu tidak pernah dipersoalkan mengenai hubungan kekerabatan antara satu organisme dengan organisme yang lain. Semua kegiatan biologis dianggap sesuai dengan semua ajaran yang sudah diturunkan dalam kitab-kitab melalui para Nabi. Adanya kelainan atau cacat tubuh dianggap sebagai kutukan, sehingga orang tersebut dikucilkan masyarakat. Kemiripan atau kesamaan antara dua jenis organisme dianggap sebagai suatu kebetulan. Teori fiksisme dianggap sebagai satu-satunya teori yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun juga. Matahari dipercaya berotasi mengelilingi bumi, sehingga orang yang berpendapat dan yang menyatakan bahwa bumi mengelilingi matahari langsung masuk penjara karena dianggap menghujat Tuhan. Pada waktu itu Linnaeus (Carl von Linné) mengemukakan pengelompokan organisme hidup dalam bukunya, Sistema Naturae) yang didasarkan atas kesamaan alat reproduksi pada tanaman, sedangkan pada hewan dikelompokkan berdasarkan kesamaannya. Meskipun tidak mendapat tentangan, Linnaeus sudah mengelompokkan manusia bersama-sama dengan kera (kera = primata tidak berekor; monyet = primata berekor), namun tidak menimbulkan kontroversi pada waktu itu.
2.      Masa Adaptasi dan Transformasi (Tokoh-tokohnya a.l: Hutton, Malthus, Lamarck, Lyell)
Pada masa ini manusia mulai menyadari bahwa mereka tidak betul-betul sama antara satu dengan yang lainnya. Hal yang sama dapat pula diamati pada tumbuh-tumbuhan, bahwa tidak ada satu pohon pun yang mempunyai cabang yang tepat sama. Oleh karena itu, timbullah masalah mengenai dari mana datangnya perbedaan-perbedaan antarindividu. J.B. Lamarck mencoba menjelaskan bahwa perbedaan-perbedaan antarindividu tersebut disebabkan oleh kebiasaan individu tersebut. Pohon yang tertiup angin dari Barat mempunyai cabang pendek di sebelah Barat dan lebih panjang di sebelah Timur. Manusia yang sering berolahraga akan mempunyai tubuh besar. Namun Lamarck kemudian memperkirakan bahwa orang bertubuh besar akan mempunyai anak bertubuh besar. Dari satu segi memang demikian, tetapi kemungkinan lain pun sama besarnya. latihan adalah suatu proses adaptasi, sedangkan perubahan yang terjadi adalah proses transformasi. Menurut Lamarck, hal yang diperoleh dari latihan dapat diturunkan kepada anaknya.  Contoh lain yang dikemukakannya adalah leher jerapah. Hewan ini memiliki leher yang panjang karena mulut di kepala selalu digunakan untuk meraih daun-daun pakannya yang semakin tinggi.
        Gambar teori evolusi menuru Lamarck
3.      Masa Seleksi Alam (Tokoh-tokonya: C. Darwin, A.R. Wallace)
Pada masa ini Darwin dan Wallace bekerja secara terpisah. Darwin yang sebelumnya sekolah untuk menjadi imam dan kemudian sekolah kedokteran, merasa bahwa apa yang diberikan di bangku Universitas tidak memadai. Beliau banyak membaca dan pemikirannya dipengaruhi oleh tulisan Malthus mengenai Essay on the principle of Population. Beliau pun pernah bekerja dengan Lyell dan mempelajari fosil. Dengan pengetahuan ini, kemudian beliau berlayar dengan kapal “the Beagle” selama beberapa tahun keliling dunia. Dari pengalaman studinya dan perjalanan dengan kapal “the Beagle”, beliau memikirkan mengenai asal-usul burung di kepulauan Galapagos. Hasil pemikirannya kemudian didiskusikan dengan sejumlah ahli di Inggris.
Wallace berlayar ke daerah jajahan Inggris di Malaysia, dan kemudian bekerja di Borneo dan terus bekerja di Sulawesi dan Maluku. Di sana beliau melihat betapa berbedanya kandungan fauna di Indonesia Barat dan Indonesia Timur. Di kepulauan Aru, beliau menderita sakit Malaria, yang pada waktu itu tidak ada obatnya. Ketika pada suatu hari beliau tiba-tiba sembuh, timbullah pemikiran mengenai kesembuhan itu. Dari penyakitnya itu timbullah ide mengenai hukum alam: siapa yang kuat, dialah yang menang atau “survival of the fittest”. Pemikiran ini dituangkan dalam suatu karya ilmiah. Ternyata teori Wallace ini serupa dengan teori pemikiran Darwin sehingga Wallace diminta oleh “Royal Society of London” untuk menunggu agar Darwin pun membuat karya ilmiah mengenai teorinya dan kemudian kedua karya ilmiah tersebut dibacakan.
Menurut teori Evolusi tersebut, suatu organisme beraneka ragam dan alam yang akan melakukan seleksi. Individu yang sesuai akan dapat bertahan, sedangkan yang tidak kuat akan mati. Hanya Darwin belum merasa puas, karena Beliau belum dapat menerangkan dari mana datangnya keanekaragaman.
4.      Masa Teori Sintetik (Tokohnya: E. Mayr, P.J. Darlington, TH. Dobzhansky, Morgan, J. Huxley, G.G. Simpson)
Morgan yang bekerja dengan lalat buah Drosophila melanogaster selama lebih dari 30 tahun merupakan orang yang sangat berjasa dalam ilmu Genetika, karena berhasil menemukan banyak sekali fenomena baru mengenai kerja gen. Di lain pihak, Ernest Mayr dan P.J. Darlington yang mempelajari Taksonomi Sistematik dan Zoogeografi burung juga banyak menemukan fenomena evolusi yang baru. Dalam masyarakat ilmiah yang lebih komunikatif dibandingkan dengan masa sebelumnya, maka orang mulai melihat kaitan antara masing-masing ilmu. Ternyata bukan Ilmu Genetika dan Evolusi saja yang dapat saling menunjang, tetapi semua cabang ilmu biologi dapat dipakai untuk menerangkan fenomena Evolusi. Pendapat ini mendapat dukungan dari sebagian besar ahli biologi terkemuka di dunia, misalnya Theodozius Dobzhansky yang telah berjasa dalam merangkum begitu banyak fenomena Evolusi dari berbagai macam disiplin biologi. Hal ini menyebabkan teori Evolusi masuk dalam masa baru yang kemudian dikenal dengan Teori Sintetik Evolusi.
5.      Masa Evolusi Modern (Tokohnya: R.A. Fischer; S. Wright, F Haldane, M. Nei, M. Kimura, T. Ota)
Setelah ditemukannya struktur DNA dan majunya perkembangan komputer, maka teori Evolusi pun mengalami kemajuan yang pesat. Dengan analisis DNA, maka segala kemungkinan yang dahulu mustahil, kini dapat dilakukan, paling tidak secara teoritis. Dengan demikian, maka kemajuan dalam bidang evolusi pun dijabarkan secara matematis dan komputer pun memegang peranan yang penting untuk menunjang kemajuan teori Evolusi.
Kini data raksasa pun dapat diatasi dengan komputer dan hanya akan memakan waktu beberapa menit saja untuk memperoleh jawaban. Di dalam era evolusi modern terdapat dua kelompok pemikiran, yaitu kelompok netralis dan kelompok seleksionis.
a.      Pemikiran kelompok netralis
Apa pun bentuk suatu populasi, maka seleksi alam akan menyebabkan hilangnya suatu alel, sedangkan mutasi akan menambahkan suatu alel pula. Karena proses ini berlangsung sejak adanya kehidupan di muka bumi adalah lazim untuk mengkaji berapa banyak individu yang harus mati untuk menghapuskan suatu alel yang hanya dengan proses seleksi. Untuk menghilangkan suatu alel resesif dari suatu populasi, menurut perhitungan Haldane, diperlukan sekitar 300 generasi. Walaupun demikian, tidak semua mutasi menyebabkan perubahan atau hilangnya suatu alel. Kimura menyatakan bahwa perubahan alel pada dasarnya dalam suatu populasi dapat lebih cepat lagi, karena kecepatan mutasi suatu gen dapat mencapai satu asam amino setiap 107 tahun atau dengan kata lain ada satu alel yang hilang setiap 107 tahun. Mengingat bahwa jumlah asam amino yang di kode oleh DNA lebih dari 107, maka paling tidak ada satu mutasi asam amino per tahun dalam setiap spesies. Apabila hal tersebut benar, maka setiap spesies harus berkembang biak sangat cepat dan menghasilkan sebanyak-banyaknya anak, agar tidak ada alel yang hilang. Karena hilangnya suatu keanekaragaman dapat menyebabkan punahnya suatu spesies. Hal ini tidak mungkin terjadi.
Oleh karena itu, para ahli matematika yang dipelopori oleh Kimura menyatakan bahwa suatu mutasi asam amino kebanyakan bersifat netral, jadi tidak terkena seleksi. Apabila seleksi pada suatu mutasi tidak ada, maka suatu spesies tidak akan dengan mudah punah, sehingga proses hilangnya suatu alel hanya bergantung kepada arus genetik dan kecepatan mutasi. Argumentasi pemikiran netralis didukung dari hasil analisis sejumlah spesies di dunia ternyata sebagian besar gen yang diteliti memiliki puluhan alel. Contoh dari suatu gen yang netral adalah kemampuan menggulung lidah. Kemampuan tersebut dimiliki sekitar 50% dari populasi manusia, sedangkan 50% lainnya tidak mampu menggulung lidah. Memang kemampuan menggulung lidah tidak pernah menjadi parameter dalam menentukan pasangan.
b.      Pemikiran kelompok seleksionis
Menurut pandangan kaum seleksionis, seleksi merupakan suatu mekanisme yang harus terjadi. Tidak ada alel yang memiliki kemampuan yang sama. Meskipun beberapa alel kelihatannya tidak terpengaruh oleh suatu keadaan, tidak berarti pada keadaan yang lain semua alel tetap tidak terkena seleksi. Memang kebanyakan alel kelihatannya netral. Hal ini disebabkan oleh ekspresi suatu gen tidak ditentukan oleh satu gen saja, tetapi oleh sejumlah gen sekaligus. Selain itu sejumlah gen bekerja sama sehingga pengaruh lemahnya suatu gen diimbangi oleh gen lain yang mempunyai pengaruh menguntungkan. Keadaan heterosigot menimbulkan efek heterosis, jadi kenyataannya terlihat lebih baik. Tetapi dalam keadaan homosigot, biasanya keadaannya akan lebih lemah.
Hal lain yang menguatkan adalah pengaruh tekanan seleksi biasanya bekerja secara antagonis. Misalnya sel darah sabit adalah suatu gen yang bersifat letal, jadi seharusnya hilang karena seleksi alam. Walaupun demikian ada pengaruh lain yang menyebabkan gen tersebut membawa keuntungan. Sebagai contoh diambil penyakit malaria yang disebabkan oleh Plasmodium. Penyakit malaria akan menyerang orang yang mempunyai darah normal. Tetapi orang yang heterosigot karena memiliki sel darah sabit, resisten terhadap penyakit malaria. Suatu argumentasi lain menunjukkan bahwa pada suatu spesies, sering sekali dijumpai gen yang mempunyai beberapa alel. Tetapi mengapa ada salah satu alel yang sangat dominan dalam frekuensinya, sedangkan frekuensi alel lainnya rendah sekali. Apabila suatu gen netral terhadap seleksi, maka frekuensi alel suatu gen harus lebih kurang setimbang atau dapat juga menonjol di suatu tempat tetapi rendah di tempat yang lain. Polimorfisme suatu gen sangat ditentukan oleh penting tidaknya suatu gen. Gen yang esensial umumnya mempunyai sedikit alel, sedangkan gen yang tidak begitu diperlukan (misalnya penghasil metabolit sekunder) mempunyai lebih banyak alel. Apabila suatu alel netral, maka tingkat polimorfisme pada kedua macam kelompok gen tersebut di atas harus sama.
B.     Pandangan para Ahli Mengenai Evolusi (Teori Evolusi  dan Para Penganutnya)
Teori tentang evolusi merupakan teori yang tetap hangat dipertentangkan sampai saat ini. Banyak tokoh yang berpendapat tentang hal ini, tetapi belum ada satu teori yang dapat menjawab semua fakta dan kejadian tentang sejarah perkembangan makhluk hidup. Beberapa teori dari para ahli yang menjadi dasar dari teori evolusi, di antaranya sebagai berikut.
a. Aristoteles (384-322 SM)
Aritoteles merupakan seorang filosof pencetus teori evolusi dan berasal dari Yunani. Teori evolusi yang dikemukakannya dikenal dengan teori abiogenesis. Teori tersebut menyatakan bahwa makhluk hidup yang pertama kali di bumi ialah benda mati atau tak hidup yang terjadi secara spontan, misal ikan dan katak yang berasal dari lumpur, cacing yang berasal dari tanah, dan belatung yang berasal dari daging yang membusuk. Prinsipnya teori Aristoteles menjelaskan tentang perkembangan makhluk hidup dan habitatnya dari tahap sederhana menujutahapan yang kompleks.

b. Anaximander (500 SM)
Anaximander juga merupakan seorang filosof yang berasal dari Yunani. Ia berpendapat bahwa manusia berawal dari makhluk akuatik mirip ikan dan mengalami proses evolusi.
c. Empedoclas (496-435 SM)
Empedoclas adalah seorang filosof Yunani. Ia mengemukakan teori bahwa kehidupan berasal dari lumpur hitam yang mendapat sinar dari matahari dan berubah menjadi makhluk hidup. Evolusi terjadi dengan dimulainya makhluk hidup yang sederhana kemudian berkembang menjadi sempurna dan akhirnya menjadi beraneka ragam seperti sekarang ini.
d. Erasmus Darwin (1731-1802)
Erasmus Darwin adalah kakek dari Charles Robert Darwin, seorang tokoh evolusi berkebangsaan Inggris. Teorinya adalah bahwa evolusi terjadi karena bagian fungsional terhadap stimulasi adalah diwariskan. Ia menyusun buku yang berjudul Zoonamia yang menentang teori evolusi dari Lamarck.

e. Count de Buffon (1707-1788)
Buffon berpendapat bahwa variasi-variasi yang terjadi karena pengaruh alam sekitar diwariskan sehingga terjadi penimbunan variasi.

f. Sir Charles Lyell (1797-1875) 
Lyell adalah seorang ilmuwan yang berasal dari Skotlandia dengan bukunya yang terkenal berjudul Principles of Geology. Di dalam bukunya tersebut Lyell berpendapat bahwa permukaan bumi terbentuk melalui proses bertahap dalam jangka waktu yang lama.

g. Lamarck
Jean Baptise de Lamarck (1744 – 1829) seorang ahli biologi kebangsaan Perancis, memiliki suatu gagasan dan menuliskannya dalam bukunya berjudul “Philoshopic”. Dalam bukunya tersebut Lamarck mengatakan sebagai berikut.
  • Lingkungan mempunyai pengaruh pada ciri-ciri dan sifat-sifat yang diwariskan melalui proses adaptasi lingkungan.
  • Ciri dan sifat yang terbentuk akan diwariskan kepada keturunannya.
  • Organ yang sering digunakan akan berkembang dan tumbuh membesar, sedangkan organ yang tidak digunakan akan mengalami pemendekan atau penyusutan, bahkan akan menghilang.
Contoh yang dapat digunakan oleh Lamarck adalah jerapah. Menurut Lamarck, pada awalnya jerapah memiliki leher pendek. Karena makanannya berupa daun-daun yang tinggi, maka jerapah berusaha untuk dapat menjangkaunya. Karena terbiasa dengan hal ini maka semakin lama, leher jerapah menjadi semakin panjang dan pada generasi berikutnya akan lebih panjang lagi.
Teori Lamarck ditentang oleh Erasmus Darwin (kakek dari Charles Darwin) yang mengatakan bahwa populasi jerapah adalah heterogen, ada yang berleher pendek dan ada yang berleher panjang. Jerapah-jerapah tersebut berkompetisi untuk mendapatkan makanan. Dari persaingan tersebut jerapah berleher panjang akan menang dan akan tetap hidup, sifat ini akan diwariskan kepada keturunannya. Jerapah yang berleher pendek akan mati dan perlahan-lahan mengalami kepunahan.
h. Teori evolusi Alfred Russel Wallace (1923-1913)
Alfred mengembangkan teori yang serupa dengan Charles Darwin. Alfred mengadakan pengamatan tentang adanya penyebaran flora dan fauna di wilayah oriental yakni Sumatera, Jawa, dan Kalimantan yang ternyata memiliki banyak kesamaan dengan flora fauna di Australia, Sulawesi, dan Maluku sebagai wilayah transisi.

i. Charles Robert Darwin
Sebagai bapak evolusi, tentunya nama Charles Darwin sudah tidak asing lagi. Sebelum gagasannya mengenai teori evolusi dipublikasi, Darwin terlebih dahulu telah melakukan pelayaran ke kepulauan Galapagos dan mengobservasi berbagai macam burung Finch yang memiliki berbagai macam bentuk paruh. Ternyata, perbedaan morfologi tersebut menunjukkan adanya hubungan kekerabatan dengan burung-burung yang ada di Amerika Serikat.
Dalam menyusun gagasannya terkait teori evolusi, Darwin mengaitkan hasil penelitiannya dengan pendapat Thomas Robert Malthus dan teori evolusi Alfred Russel Wallace yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya. Thomas Robert Malthus menuliskan dalam bukunya yang berjudul “An Essay of the Principle of Population” bahwasanya jumlah kenaikan penduduk lebih cepat daripada kenaikan produksi pangan. Sehingga makhluk hidup harus terus berjuang untuk dapat terus bertahan, sedangkan sifat yang tidak mendukung akan hilang. Hal ini, berarti makhluk hidup yang mampu beradaptasi akan dapat bertahan hidup dan lulus seleksi alam.
Berikut ini ide-ide Darwin berdasarkan hasil observasinya yang mengacu pada gagasan kedua tokoh tersebut
§  Tidak ada individu yang sama. Antara satu individu dengan individu lain memiliki perbedaan meskipun dalam satu keturunan yang sama dan perbedaan tersebut bersifat menurun.
§  Setiap populasi akan cerderung bertambah banyak, karena adanya kemampuan bereproduksi.
§  Populasi tidak akan terus bertambah, ada faktor pembatas yang mengontrol kenaikan populasi yakni makanan dan predasi.
§  Jumlah individu baru yang lahir lebih banyak dibanding individu yang dapat bertahan hidup.
§  Persaingan antar individu muncul dalam mendapatkan makanan dalam upaya bertahan hidup.
§  Adanya seleksi alam mengakibatkan individu harus dapat berdaptasi dengan lingkungannya. Individu yang lolos seleksi alam akan dapat terus bertahan hidup dan mewariskan sifat-sifatnya pada keturunannya.
Dalam bukunya yang berjudul The Origin of Species by Means of Natural Selection, Darwin membantah teori evolusi Lamarck yang mengemukakanfaktor yang mempengaruhi perkembangan makhluk hidup menuju ke arah yang lebih komplek adalah lingkungan dan akan diwariskan pada keturunannya. Dalam bukunya tersebut Darwin mengemukakan dua hal penting dalam teori evolusi, yaitu:
§  Spesies-spesies yang hidup sekarang berasal dari nenek moyangnya yang hidup dari masa lalu dan tetap memiliki perbedaan meski dari keturunan yang sama.
§  Perkembangan spesies dipengaruhi oleh seleksi alam dan variasi antar populasi. Contoh yang dikemukakan Darwin masih serupa dengan fenomena jerapah Lamarck. Sudut pandang Darwin menjelaskan bahwa pada awalnya jerapah tidaklah berleher pendek, melainkan jerapah memiliki varian leher pendek dan panjang. Kedua varian populasi jerapah harus berkompetisi untuk mendapatkan makanan yakni dedaunan yang letaknya tinggi . Jerapah yang pendek kalah dalam berkompetisi sehingga tidak lolos seleksi alam yang pada akhirnya punah. Sehingga, yang bertahap hidup dan lolos seleksi alam adalah jerapah leher panjang.
Teori evolusi Darwin pada prinsipnya menjelaskan bahwa perubahan pada semua makhluk hidup akan terus terjadi secara berangsung-angsur sesuai dengan perkembangannya dari generasi ke generasi yang mengarah pada terbentuknya spesies baru, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan mati dan punah.

j. August Weismann (1934-1914)
Weismann berpendapat bahwa sel-sel tubuh tidak dipengaruhi oleh lingkungan dalam penurunannya, melainkan berdasarkan pada prinsip genetika. Weismann melakukan percobaan untuk membuktikan teorinya tersebut. Perlakuan diberikan kepada dua tikus yang dipotong ekornya dan kemudian kedua tikus tersebut dikawinkan. Hasilnya adalah generasi keturunannya masih berekor panjang sampai generasi ke-21. Dari percobaan yang dilakukan tersebut maka akhirnya Weismann menarik kesimpulan seperti berikut.
  • Perubahan sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak diwariskan kepada generasi berikutnya.
  • Evolusi merupakan masalah genetika, artinya evolusi adalah gejala seleksi alam terhadap faktor-faktor genetika

k.  Harun Yahya
Teori evolusi menurut Harun Yahya merupakan antitesis dari teori evolusinya Charles Darwin. Darwin mengungkapkan bahwa makhluk hidup muncul di dunia merupakan kebetulan semata tanpa ada yang menciptakannya. Darwin juga memperkenalkan bahwa satu spesies atau mahluk bisa melakukan evolusi menjadi mahkluk yang lain dalam jangka waktu yang lama.
Jelas sekali pandangan Darwin dianggap HarunYahya bertentangan dengan dogma agama yang menyebut Tuhan sebagai pencipta segala jenis makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia. Teori yang ditemukan Darwin bisa dikatakan memperkuat keyakinan kaum taeisme dan komunisme, sebaliknya meruntuhkan dan atau bertentangan dengan normatif keagamaan yang menganggap Tuhan sumber segala kehidupan dan penciptaan.
Mengcounter teori evolusinya Darwin, Harun Yahya yang concern mengadakan penelitian dan menulis buku-buku keislaman jelas merasa keberatan dengan evolusi Darwin tersebut. Dengan teorinya yang secara khusus membantah teori Darwin yang fenomenal sekaligus kontroversial itu, Harun Yahya banyak menyebutkan dan mengalirkan data-data yang menggugurkan teori evolusi yang telah banyak disembah orang selama berabad-abad silam.
Hal bantahan tersebut misalnya, teori kebetulan pembentuk evolusi itu, ternyata jika diamati secara mendalam banyak sekali contoh adanya rancangan yang seolah by design atau disengaja oleh sang Maha Pengatur.
Dari beragam bukti ilmiah yang ditemukan para ilmuwan tak ada indikasi yang menyeret bahwa mahkluk hidup terbentuk melalui proses evolusi dimana makhluk hidup yang berbeda tak muncul ke muka bumi dengan jalan berevolusi. Sebaliknya, by design dari rancangan Tuhan secara nyata dibuktikan dengan munculnya spesies makhluk hidup yang muncul secara serentak dan bersama-sama dengan sempurna. Misalnya reptil, dari awal kemunculan memiliki bentuk sebagaimana reptil yang ada saat ini, tidak merupakan evolusi dari bentuknya semula sebagai bukan reptil.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

problem pendidikan biologi dan solusi

BAB  I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar, terencana, sistematis dan berlangsung terus mene...