MK : FERMENTASI
Pengaruh
Konsentrasi Kadar Garam Terhadap sifat Organoleptic Bekasam Ikan Nila
A.
Fokus pertanyaan
a.
Bagaimana pengaruh konsensentrasi
garam terhadap kualitas bau, rasa, tekstur bekasam ikan nila?
b.
Berapa konsentrasi kadar garam yang
sesuai untuk membuat bekasam ikan nila?
B.
Dasar nilai
Ikan yang di fermentasi dapat meningkatkan protein
hewani dan meningkatkan masa penyimpanan. Bekasam ini memiliki aroma dan rasa
yang khas.
C.
Dasar Teori
Fermentasi bekasam merupakan
fermentasi yang terjadi secara spontan, hanya mengandalkan garam sebagai
penyeleksi mikroorganisme (Rahayu, 2000). Mikroorganisme yang tumbuh dengan
keberadaan garam pada bekasam adalah bakteri asam laktat yang termasuk pada golongan
mikroorganisme amilotik. Menurut Pambayun dan Kurnia (1995), amilum yang
merupakan karbohidrat utama akan menjadi substrat awal bagi bakteri asam laktat, kemudian dihidrolisis menjadi
karbohidrat sederhana. Menurut Djafar (1997), bakteri asam laktat mampu
menghidrolisis berbagai monosakarida dan disakarida. Oleh sebab itu digunakan
sumber karbohidrat berupa tepung ketan, tepung meizena, tepung terigu, tepung
tapioka dan tepung beras. Dalam pembuatan bekasam umumnya menggunakan ikan teri
dan ikan tawes (Setiadi,2001). Ikan yang digunakan pada penelitian ini adalah
ikan lele dumbo. Ikan lele dumbo merupakan salah satu ikan air tawar yang
memiliki ketersediaan cukup melimpah bagi masyarakat dan belum digunakan dalam
pembuatan bekasam. Ikan lele dumbo banyak terdapat didaerah perairan umum,
sawah, tambak juga kolam. Produksi ikan lele di Sumatera Selatan pada tahun
2004 sebesar 51,000 ton meningkat menjadi 69,000 ton pada tahun 2005. Salah
satu metode untuk mengawetkan ikan yaitu dengan dibuat menjadi bekasam.Bekasam
ini merupakan produk fermentasi ikan yang rasanya asam.Bekasam merupakan hasil
atau produk fermentasi secara tradisional yang dibuat dari ikan air tawar, yang diawali dengan proses
pembersihan ikan, pemberian garam dan
pemberian nasi serta diinkubasi selama
satu minggu.
Metode pengawetan ikan ini sangat praktis dan mudah dikerjakan
dengan peralatan yang sederhana, tidak
membutuhkan biaya yang tinggi serta
dapat meningkatkan nilai gizi, digemari masyarakat karena memiliki aroma
dan rasa yang khas serta bernilai
ekonomis. Selain itu juga masih
banyaknya masyarakat yang belum mengenal
produk bekasam itu sendiri (Suyatno, Sari dan Loekman, 2015). Menurut Afrianto
dan Liviawaty (1989), ikan yang dibuat
bekasam harus dikelompokkan berdasarkan
jenis, ukuran, dan tingkat kesegarannya
agar diperoleh ikan bekasam yang seragam dengan mutu baik.Ditambahkan oleh Adawiyah
(2007),ikan yangbiasa digunakan untuk pengolahan bekasam adalah ikan lele, ikan
mas, ikan wader, ikan nila, ikan mujair
dan ikan sepat, atau ikan air tawar lainnya. Bekasam banyak ditemui di daerah
Sumatera, Jawa Tengah, dan Kalimantan
walaupun dengan nama yang berbeda.
Bekasam ataupun pekasam merupakan satu
proses pengawetan yang sama yaitu dengan
menggunakan ikan, nasi sebagai sumber
karbohidrat, dan garam yang dimasukkan
ke dalam toples ditutup rapat dan disimpan untuk mengalami proses fermentasi selama beberapa
hari. Proses fermentasi pada bekasam
ikan ini merupakan fermentasi bakteri asam laktat yang dapat mengubah 95% glukosa menjadi asam laktat. Akan
tetapi, masih banyak masyarakat yang
belum mengetahui olahan ikan tersebut.
Ikan nila adalah jenis ikan air tawar yang mudah di budidayakan oleh
masyarakat. Ikan ini di besarkan di kolam. Ikan ini memiliki beberapa kandungan
yang baik untuk tubuh seperti lemak, protein serat dan lainnya. Ikan Nila
merupakan jenis ikan air tawar yang banyak ditemukan di daerah-daerah, dan
produksinya dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Namun ikan Nila biasanya
hanya dikonsumsi dalam bentuk segar, oleh karena itu perludilakukan alternatif
pengolahan yang dapat memperpanjang masa simpannya, salah satunya dengan cara
difermentasi. Salah satu produk fermentasi ikan yang diproduksi di Indonesia
adalah bekasam. Bekasam merupakan produk olahan ikan dengan cara difermentasi
melibatkan bakteri asam laktat dan garam (Murtini, 1992). Dalam proses
pengolahan bekasam ditambahkan sumber karbohidrat seperti nasi atau kerak
dengan tujuan merangsang pertumbuhan bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat
akan menguraikan pati menjadi senyawa-senyawa sederhana yaitu asam laktat, asam
asetat, asam propionat, dan etil alkohol. Senyawa-senyawa ini bergunasebagai
pengawet.
Nasi adalah olahan dari beras yang di hasilkan dari tumbuhan padi (Oryza
sativa). Nasi merupakan bahan makanan pokok yang memiliki kandungan
karbohidrat. Nasi ini digunakan sebagai bahan makanan mikroba alami pada
pembuatan bekasam.
D.
Hipotesis
H0 = kadar garam tidak berpengaruh terhadap sifat organoleptic bekasam.
H1 = Semakin tinggi kadar garam maka semakin baik rasa, tekstur bekasam tersebut.
E.
Metode
Variabel
bebas : kadar garam dan lama fermentasi
Variabel
kontrol : jenis ikan yang digunakan yaitu ikan Nila
Variabel
terikat : sifat organoleptic bekasam ikan nila
F.
Alat Dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
Pisau 1 buah
Baskom 2 buah
Talenan 1 buah
Neraca 1 buah
Sendok 1 buah
Toples 2 buah
Alat dokumentasi (hp)
Alat tulis menulis
|
Air bersih
Ikan nila 1 kg
Garam 1 bks
Nasi 40 % dari bb
|

Gambar toples untuk menyimpan ikan
nila
G. Cara
Pembuatan
Cara Pembuatan Bekasam ikan nila
1.
Menyiapkan alat dan bahan yang di
butuhkan.
2. Ikan
Nila dibersihkan (buang isi perut, sirip dan insang), kemudian
dicuci dengan air mengalir, dan di potong menjadi bagian-bagian kecil.

Gambar
ikan nila yang sudah dibersihkan dan dipotong-potong
3.
Ditimbang
dan dicatat di bagi menjadi 2 sampel dengan berat yang sama.

Gambar
ikan nila yang akan di buat bekasam
4. Diberi garam 20% untuk sampel pertama dan 30% untuk
sampel kedua dari
berat ikan dicampur hingga homogen dan dibalurkan pada seluruh permukaan tubuh
ikan dan juga kedalam rongga perut ikan, agar fermentasi terjadi pada seluruh
bagian tubuh ikan.



Gambar
proses penimbangan garam dan pemberian garam pada ikan
5.
Masing-masing
sumber karbohidrat sesuai perlakuan 40% dibandingkan dengan berat ikan.


Gambar
penimbangan nasi dan pemberian nasi pada ikan
6. Kemudian dimasukkan dalam wadah toples
a dan b yang tertutup rapat dan di
fermentasi selama 7 hari.

Gambar
bekasam dengan konsentrasi B(20%) dan A(10%)
7. Catat hasil
pengamatan di buku pengamatan mu.
8. Setelah 7
hari, keluarkan ikan dari toples, kemudian Masak Bekasam sesuai selera dan
ujilah organoleptic (bau,rasa,tekstur ikan) kepada panelis.
9. Catat hasil uji organoleptiknya.
H. Hasil dan Pembahasan
Kadar Air
Berdasarkan teori bahwa kadar air
menunjukkan jumlah air yang terkandung dalam bahan pangan. Air merupakan komponen penting yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme untuk berkembang biak
dalam produk olahan. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa di dalam
pengolahan, air sering dikeluarkan atau
dikurangi dengan cara penguapan dan pengeringan.
Berdasarkan hasil percobaan bahwa
pada fermentasi ini kadar air menunjukkan air bertambah karena hasil dari
perubahan karbohirat menjadi alcohol. Tekstur ikan nila tetap utuh, hanya saja
rasanya asam dan asin oleh garam yang digunakan pada treatment.
Kadar Asam Total
Berdasarkan teori bahwa Kadar asam
total merupakan suatu analisis kimia bahan pangan untuk mengetahui kandungan asam dari bahan pangan tersebut
(Wahyuni, 2004). Berdasarkan hasil
penelitian nilai kadar asam total ikan lele dumbo sebelum adalah 0,22%, setelah difermentasi nilai kadar asam
total bekasam berkisar antara 0,86%-1,37%.
Penelitian Nirmala (2008), melaporkan bahwa kadar asam total bekasam
ikan patin berkisar antara 0,79%-1,65%.
Kadar asam total terendah terdapat pada perlakuan A1 sedangkan kadar asam total tertinggi terdapat pada
perlakuan A5. Menurut Stanton dan Yeoh (1978),
pada kondisi yang optimum salah satu perubahan penting dalam fermentasi
adalah cadangan karbohidrat yang
difermentasi menjadi asam laktat oleh bakteri asam laktat. Pembentukan asam laktat tersebut menurut Sudarmadji et
al., (2003), akan menyebabkan peningkatan kadar asam total dan penurunan pH.
Sedangkan dalam percobaan pembuatan
bekasam tidak di cek kadar asamnya, tetapi dari segi organoleptic terutama bau
terdapat bau asam yang menyengat.
I.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, bahwa ikan berbau
asam, terdapat air pada proses fermentasi ikan dan asin yang kuat pada kadar
20%. Nasi sudah berubah menjadi alcohol dikarenakan terlalu lama dalam
fermentasi dan tekturnya menjadi lembut dan mengeluarkan bau yang khas alcohol.
Ikan nila menjadi asam karena bakteri spontan dari garam, rasanya asin
karena garam yang diberikan pada percobaan. Untuk hasil yang bagus, harus
memperhatikan konsentrasi garam dan waktu fermentasi (7 hari).
J. TRANSFORMASI DATA
1.
Mengapa menggunakan bahan tambahan
karbohidrat berupa nasi?
Karena karbohidrat tersebut
digunakan oleh bakteri untuk metabolisme dalam fermentasi ikan tersebut.
2.
Mengapa tubuh ikan dipotong (kepala)
dan dibuang ketika akan difermentasi?
Karena untuk memudahkan penyerapan
garam pada daging ikan. Jika besar, maka penyerapannya akan lebih lama dan
daging ikan bisa busuk Karena bagian dalamnya tidak terkena garam.
3.
Berapa lama waktu fermentasi yang
menghasilkan tekstur, rasa yang bagus?
Waktu yang baik adalah 7 hari,
karena setelah 14 hari bau bekasam sudah seperti alcohol ( berbau asam )
K. EVALUASI
Pada percobaan ini bermanfaat untuk
menambah nilai jual ataupun nilai guna dalam pengolahan ikan nila. Pada
fermentasi ini juga bermanfaat untuk mengawetkan ikan nila secara alami.
L. DAFTAR
PUSTAKA
Jamalis
N. dan Ira Sari. Riau University, Syahrul 2) The Effect Of Different
Fermentation Medium On Quality Of Fermented Common Snake Head (Channa
Striata) Bekasam
Widayanti,
dkk. 2015. UNDIP. Pengaruh Penambahan
Berbagai Konsentrasi Bawang Putih (Allium Sativum L.) Terhadap Mutu
“Bekasam” Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) Jurnal Saintek Perikanan Vol.10 No.2 : 119-124, Februari
2015
Zang,J
at all. Dynamics and diversity of microbial community succession
during fermentation of Suan yu, a Chinese traditional fermented fish, determined
by high throughput sequencing Food Research International 111 (2018) 565–573
Tidak ada komentar:
Posting Komentar